Mediatani – Porang perupakan salah satu jenis tanaman umbi-umbian yang menjadi pembicaraan banyak orang dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini bermula dari kisah Paidi, mantan pemulung asal Madiun, Jawa Timur yang kini sukses menjadi miliader setelah berhasil menekuni budidaya porang.
Banyak petani akhirnya mengikuti usaha yang dilakukan Paidi dengan harapan bisa sukses sepertinya. Namun usaha yang mereka lakukan tidak semuanya membuahkan hasil semanis yang didapatkan Paidi. Kebanyakan dari mereka akhirnya mentok karena bingung bagaimana cara memasarkan hasil panen porang.
Dilansir dari kumparan – Dody Kastono, dosen Pertanian UGM yang beberapa tahun lalu sempat ikut mengembangkan porang di Gunungkidul dan Kulon Progo mengatakan bahwa sampai sekarang pasar ekspor porang, khususnya Jepang, memang masih terbuka lebar. Dody mengatakan bahwa pasar porang masih terbuka lebar karena diversifikasi produk porang cukup banyak, baik untuk kesehatan, kecantikan, pangan, dan lain-lain.
Menurut Dody, harga porang saat ini ada di kisaran Rp10 ribu hingga Rp12 ribu per kilogram. Namun kendalanya, tidak semua pabrik yang membeli porang menetapkan harga standar sehingga petani sulit menjual hasil budidayanya dengan harga yang bagus. Untuk kendala ini Dody menyarankan agar sebelumnya petani porang melakukan kesepakatan kemitraan dengan perusahaan pemasok porang agar tidak terkesan dipermainkan.
Syarat Diterima Pabrik
Berlian Rezki Wijayanti, seorang pengusaha budidaya porang di daerah Bantul, Yogyakarta, mengatakan pasar porang sebenarnya jelas. Sudah sekitar lima tahun terakhir dia mendalami komoditas ini dan menekankan bahwa bisnis porang tidaklah seperti bisnis tanaman hias yang didalamnya terdapat banyak permainan.
Seperti bisnis tanaman hias yang akhir-akhir ini harganya tiba-tiba bisa melejit tinggi seperti yang terjadi pada aglonema yang harganya sampai ratusan juta rupiah tiba-tiba bisa tidak ada harganya lagi. Ini adalah skema bisnis yang sering disebut sebagai monkey busines. Berlian menganggap bahwa pasar porang jelas karena kebutuhan akan porang terus berjalan di dalam negeri maupun di luar negeri.
Berlian mengakui, bahwa pemasaran porang gampang-gampang susah. Biasanya, para pembudidaya seperti Berlian menjual hasil panen porang ke sesama pembudidaya maupun ke pabrik pengolahan produk turunan porang. Bisa juga langsung ke pasar ekspor, tapi itu membutuhkan usaha yang lebih besar karena harus memenuhi regulasi negara tujuan ekspor.
Menurut Berlian, tiap pabrik memiliki ketentuannya masing-masing untuk kualitas hasil panen yang mau dibeli. Misalnya mereka mau menerima umbi dengan minimal berat 400 gram. Hal ini terjadi karena setiap pabrik menyesuaikan dengan alat yang mereka punya.
Kebanyakan pabrik juga tidak mau menerima umbi yang dihasilkan dengan bantuan pupuk kimia maupun zat-zat kimia lainnya. Pasalnya, zat-zat kimia yang digunakan dalam proses budidaya akan sangat mempengaruhi kualitas hasil panen.
Selain merusak kualitas dan berbahaya, penggunaan bahan-bahan kimia selama proses budidaya juga akan merusak citra petani. Nantinya, pabrik akan memblokir petani yang menggunakan bahan kimia dan akibatnya petani akan semakin sulit untuk mencari pasar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pengaruh proses pengolahan porang.
Daftar Pabrik Tujuan Pasar Porang
Untuk saat ini, mayoritas pabrik yang menerima komoditas porang berada di Jawa Timur. Hal itu tidak lepas dari sejarah Jawa Timur yang menjadi tempat awal mula komoditas ini dikembangkan di Indonesia. Selain di Jawa Timur, di beberapa daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, dan Jakarta juga ada beberapa pabrik yang bisa menjadi tujuan pasar petani porang.
Berikut adalah daftar pabrik yang bisa dijadikan tujuan pasar petani porang.
1. PT Asia Prima Konjac di Madiun, Jawa Timur
2. CV Agro Alam Raya di Jombang, Jawa Timur
3. PT Algalindo di Pasuruan, Jawa Timur
4. PT Ambiko di Pasuruan, Jawa Timur
5. PT Rajawali Penta Nusantara di Gresik, Jawa Timur
6. Prima Agung Sejahtera di Kota Surabaya, Jawa Timur
7. CV Jia Li di Surabaya, Jawa Timur
8. Pabrik Penepungan Porang di Kediri, Jawa Timur
9. PT Anugera Porangkaraya Indonesia di Banyuwangi, Jawa Timur
10. Serayu Agro Processing (SAP) di Purbalingga, Jawa Timur
11. Star Konjac Nusantara di Semarang, Jawa Tengah
12. CV Porang Center Indo di Rembang, Jawa Tengah
13. CV Sanindo Putra di Bandung, Jawa Barat
14. PT Siligati di Buleleng, Bali
15. PT Tridanawa Perkasa Indonesia (TPI) di Makassar, Sulawesi Selatan
16. PT Jagat Raya Indonesia di Menteng, Kota Jakarta Pusat
Daftar perusahaan itu menurut Berlian bisa dijadikan sebagai opsi jika pembudiaya porang ingin menjual hasil panennya dan menambahkan bahwa produk yang akan dijual harus sesuai dengan stabdar yang ditetapkan oleh pabrik.
Waktu Terbaik Memanen Porang
Porang dapat dijual langsung dalam kondisi segar maupun dalam bentuk chips (umbi produksi yang sudah dikeringkan). Hasil panen porang dapat ditentukan oleh cara perawatan dan tentunya waktu pemanenan. Hal inilah yang akan mempengaruhu kualitas dan harga jual hasil panen porang.
Pada musim panen awal antara Maret sampai April, merupakan waktu ketika harga porang paling rendah. Sebab, pada bulan-bulan tersebut terkadang hujan masih turun dan mengakibatkan kadar air menjadi tinggi. Sedangkan harga tertinggi ada di antara Juli hingga Agustus.
Misalnya awal panen tahun kemarin, pabrik menerima porang dengan harga Rp 9 ribu sampai Rp 11 ribu per kilogram pada bulan Juli. Sedangkan pada Agustus, harganya bisa mencapai Rp 13 ribu bahkan lebih. Itu untuk umbi produksi dengan berat minimal 500 gram. Berlian menambahkan bahwa untuk hasil panennya, minimal dapat 75 persen dari yang ditanam.