Mediatani – Memasuki musim kemarau atau musim tanam yang ketiga ini, sejumlah petani di Desa Palir, Kecamatan Tengah, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, harus mencari cara agar tidak mengalami kerugian akibat kekurangan air di lahan pertaniannya.
Para petani lantas memilih melakukan alih tanam dari tanaman padi ke mentimun. Hal itu dilakukan sebagai upaya mengantisipasi gagal panen menyusul turunnya debit air dari saluran irigasi setempat yang kini sudah tidak mencukupi untuk mengairi lahan persawahan.
Menurut para petani, mentimun merupakan tanaman yang tidak membutuhkan air lebih banyak dibandingkan padi. Selain itu, alih tanam pun dilakukan agar lahan tetap produktif di musim kemarau.
Petani di Desa Palir, Nining (45) mengatakan, tanaman mentimun memiliki waktu budidaya yang lebih singkat yaitu dalam kurun waktu 70 hingga 80 hari. Sedangkan untuk tanaman padi, bisa dipanen dalam waktu paling cepat 100 hari.
“Alih tanam sudah dilakukan lima tahun terakhir ini, karena kalau padi sudah tidak mungkin di musim, risiko rugi dan gagal panennya lebih besar,” kata Nining, dilansir dari HarianJogja, Minggu (4/10/2020).
Tak hanya masalah kemarau, Nining mengatakan, para petani juga kesulitan mendapatkan pupuk subsidi dari pemerintah. Hal tersebut membuat petani harus melakukan perawatan dengan pupuk kandang yang didapatkan dari para pengepul.
“Kalau tahun lalu, kesulitannya karena kemarau, sekarang ditambah susah pupuk,” katanya.
Namun alih tanam tersebut hanya dilakukan pada musim tanam yang ketiga. Petani lainnya, Rahmat (50), menjelaskan bahwa para petani yang melakukan alih tanam, biasanya akan kembali menanam padi pada musim tanam pertama, yakni antara bulan Januari sampai Februari.
Hal tersebut dilakukan, karena masa Januari hingga Februari merupakan musim penghujan, sehingga pasokan air terpenuhi dan wilayah Desa Palir sampai saat ini masih terbebas ancaman banjir.
“Dalam satu tahun kan ada tiga masa tanam, petani di sini cuma bisa dua kali masa tanam, sisanya tanam tanaman lain, kaya mentimun, kaya kacang panjang atau jagung,” katanya.
Kelangkaan pupuk terjadi di Kabupaten Cirebon beberapa waktu terakhir ini. Hal tersebut terjadi lantaran adanya pengurangan suplai dari pemerintah pusat.
Saat ini stok pupuk petani yang tercatat di wilayah Kabupaten Cirebon, hanya sebanyak 23.000 ton. Angka itu masih kurang 42.000 ton untuk lahan pertanian di kabupaten tersebut.