Mediatani – Beternak lebah madu menjadi salah satu usaha yang cukup populer belakangan ini. Sebab, selain bisa menghasilkan madu yang rasanya manis, keuntungan yang didapatkan pun terasa manis bagi peternak lebah tersebut.
Tomuraja Tamba, salah satu peternak yang menuai manisnya hasil beternak lebah madu mengaku bahwa beternak lebah madu dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan keluarga.
“Jika dihitung dengan melihat potensi yang ada, beternak lebah madu dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan keluarga. Sebab ini adalah tugas petani, disamping dapat membantu penyerbukan tanaman, kita juga mendapatkan hasil yang melimpah,” jelasnya.
Tomuraja Tamba merupakan seorang peternak lebah madu asal Desa Sijambur, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Dirinya beternak lebah di lingkungan Hutan Lomban Pokki, Desa Sijambur.
Usaha ternak lebah madu sudah dilakoni Tomuraja sejak awal tahun 2021 dengan mengembangkan dua jenis lebah, yaitu Apis Cerana dan Trigona.
“Lebah madu yang kita kembangkan di sini ada dua, yaitu Apis Cerana dan Trigona yang lebih safe.”
Salah satu alasan yang membuat Tomuraja ingin beternak lebah madu karena lingkungannya adalah hutan yang merupakan peninggalan dari orang tua yang harus dijaga kelestariannya.
“Hutan ini sebenarnya peninggalan dari orang tua kita, karena orang tua kita berpesan bahwa hutan itu sangat penting untuk kehidupan,” tuturnya.
Karena beternak dalam lingkungan hutan, beternak lebah madu yang dilakukan tidak lepas dari upaya menjaga hutan agar tetap asri karena hal ini dapat mempengaruhi produktivitas lebah madu.
“Lebah memiliki sifat yang sangat ketergantungan pada hutan atau alam. Jadi konsepnya tidak ada alam, madu pun tidak ada,” ungkap Tomuraja.
Konsep yang diterapkan yaitu bagaimana peternak bisa memikirkan cara beternak lebah agar bisa mendapatkan hasil dari hutan tanpa merusak. Potensi beternak lebah madu menjadi baik ketika vegetasi berlimpah. Jika hal itu terjadi, maka madu dapat dipanen hingga setiap bulan sekali.
Adapun prinsip yang dipegang teguh Tomuraja dalam beternak lebah madu yaitu jika lebah yang dipelihara sejahtera, maka peternakpun akan sejahtera dengan hasil madu yang melimpah.
“Mudah-mudahan hal ini dapat kita tingkatkan nanti di Samosir demi Membuat Samosir menjadi asri, serta memulihkan hutan-hutan yang sudah gundul menjadi lingkungan yang cukup segar nanti,” ujarnya.
Selain beternak lebah madu, Tomuraja juga bertani sereh wangi dari hulu hingga ke hilir. Daun sereh wangi dipanen dan disuling hingga menghasilkan minyak dan dapat dikemas dalam berbagai produk. Selain bisa mengambil minyak, limbah hasil penyulingan pun dapat digunakan kembali dengan diolah menjadi kompos.
“Di hilirnya masih banyak sebenarnya karena kita juga buatkan limbah sereh wangi menjadi kompos padat yang dicampurkan dengan dedaunan karing, kotoran ternak, dan difermentasi sekitar 40 hari,” jelasnya.
Upaya tersebut dilakukannya agar mengurangi limbah yang dihasilkan, memanfaatkan potensi yang ada, dan juga memberi manfaat bagi tanaman sereh wangi.
“Bertani sereh wangi tidak ada yang hilang. Siklusnya berputar lagi. Jadi setelah dia menjadi kompos maka kita kembalikan lagi ke tanaman sereh wangi atau tanaman lain untuk menyuburkannya,” tutur Tomuraja.
Terkait pemasaran produk, Tomuraja memasarkan madu dan minyak sereh wangi yang dihasilkan secara daring melalui Whatsapp dan luring.