Mediatani – Bisakah kucing diberi makan nasi? Pertanyaan tersebut mungkin jarang ditanyakaan orang-orang awam yang hanya sekedar memberi makan kucing.
Namun itu bisa juga menjadi penting diketahui bagi mereka yang ingin memelihara secara intenif seekor kucing. Tak mengapa juga bagi mereka yang selama ini memberi makan kucing dengan nasi dan ikan atau daging, paling tidak harus mengetahui hal-hal mendasar ini.
Pada masa lalu, sebelum ada beragam produk makanan hewan, masyarakat lazim memberi nasi yang dicampur ikan untuk kucing peliharaan mereka.
Nah yang jadi pertanyaannya, bolehkah kebiasaan itu dilanjutkan?
Dalam kehidupan kita sehari-hari, di kebanyakan wilayah di Indonesia, nasi memang merupakan makan pokok.
Nasi menjadi satu di antara sumber energi utama.
Itulah sebabnya, makanan yang berasal dari padi itu tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari.
Meski begitu, perut manusia tentu tidak sama dengan perut kucing.
Mekanisme pencernaan manusia juga tidak sama dengan kucing.
Dengan kata lain, kebiasaan atau lazimnya mengonsumsi nasi pada manusia tak bisa diterapkan juga pada kucing.
Itu sebabnya dokter hewan menegaskan pentingnya menghentikan kebiasaan memberi nasi kepada kucing.
Dokter hewan Radhiyan Fadiar Sahistya dikutip Minggu (7/2/2021) dari situs berita Bisnis.com, menegaskan bahwa kucing tidak mampu mencerna karbohidrat menjadi sumber energi secara baik.
Hal itu disebabkan karena energi utama kucing berasal dari protein.
Saat kadar protein berkurang, kucing menggunakan lemaknya sebagai sumber energi.
“Lantas apa akibatnya jika kucing mengonsumsi terlalu banyak karbohidrat? Karena kucing tak dapat mencerna karbohidrat dengan baik, maka efeknya adalah gula darah kucing meningkat secara drastis,” kata Radhiyan dalam webinar “Pentingnya Gizi Pada Anjing dan Kucing di Masa Pandemi” yang tayang di YouTube, dikutip Bisnis.com dari Antara, Minggu (31/1/2021) disadur Minggu (7/2/2021).
Dengan secara berlebihan memberikan nasi bisa mengakibatkan kasus diabetes kepada kucing, terutama kucing yang sudah menginjak usia dewasa.
Nutrisi Seimbang
Sama halnya dengan manusia, memberikan makanan dengan nutrisi seimbang kepada hewan peliharaan pula penting agar “anak-anak bulu” bisa tumbuh dengan baik.
Semua harus dalam porsi yang pas.
Jika berlebihan, anjing atau kucing dapat mengalami gangguan ginjal, khususnya yang berusia di atas tujuh tahun.
Radhiyan menuturkan mengapa makanan-makanan hewan peliharaan dari pabrik dipisahkan berdasarkan kategori usia, yaitu makanan untuk anak kucing atau anjing juga untuk hewan yang telah dewasa.
Anak kucing atau anak anjing sebenarnya masih mendapat asupan nutrisi dari air susu induk.
Organ pencernaan mereka lanjut dia belum berkembang sempurna sehingga butuh nutrisi berbentuk cairan.
Saat sudah menginjak usia satu hingga dua bulan, mereka pun bisa belajar makan selain air susu.
Dia bilang, berikan makanan yang ukurannnya kecil dan lembut agar anak anjing atau kucing tak kesulitan untuk memakannya.
Setelah anak anjing atau pun anak kucing berusia dua hingga tiga bulan, Anda baru bisa mulai memberikan makanan dengan tekstur yang lebih padat.
Kadar protein dalam makanan khusus kucing atau anjing dewasa lebih rendah dalam menunjang fungsi ginjal yang menurun.
Kucing dan anjing juga butuh asupan serat.
Bila kurang serat, mereka bisa mengalami diare, namun bila berlebihan juga akan mengakibatkan sembelit.
Vitamin juga dibutuhkan dalam porsi yang pas.
Kekurangan vitamin mengakibatkan hilang nafsu makan, sementara kelebihan vitamin bisa berujung kepada masalah kesehatan.
Lemak ialah sumber energi kedua bagi anjing dan kucing, lebih banyak diberikan pada formulasi pakan yang ditujukan untuk anjing atau kucing yang sedang bunting serta menyusui, atau hewan yang sedang sakit.
Hal itu diperlukan, karena lemak bisa meningkatkan selera makan dan menyediakan 2,5 kali energi lebih besar dibandingkan protein dan karbohidrat dengan berat yang sama.
“Namun dalam pemberian lemak secara berlebihan tak baik karena bisa memicu gangguan kesehatan,” kata Radhiyan.
Ada dua jenis makanan dari pabrik yang ditujukan untuk anjing dan kucing, yaitu makanan kering dan makanan basah.
Makanan basah memiliki kandungan air yang lebih tinggi, tapi dari segi nutrisi kandungan dalam makanan kering lebih tinggi.
Jika Anda memilih untuk memberi makanan hewan peliharaan yang diproduksi pabrik, maka berikanlah itu sesuai kebutuhan.
Jangan berikan makanan anjing kepada kucing.
Radhiyan melanjutkan bahwa formulasi pakan untuk kucing dan anjing berbeda sehingga berikanlah makanan sesuai dengan jenisnya.
Air bersih
Jangan lupa kata dia, selalu menyediakan air bersih untuk hewan peliharaan.
Dikarenakan 90 persen kadar air dalam tubuh anjing dan kucing didapatkan dari makanan dan minuman mereka.
Jangan biarkan hewan peliharaan meminum air dari sumber yang kotor, seperti kolam ikan atau air di kamar mandi yang bisa menyebabkan diare hingga cacingan akibat air yang tak higienis.
Ada pemilik “anak bulu” yang memilih untuk membuat makanan sendiri bagi peliharaan mereka.
Jika ingin memberi ikan kepada kucing, maka panaskan dulu agar matang dengan cara dikukus atau direbus.
Selain itu, berikan pakan yang berbeda secara bergantian, karena setiap bahan baku itu memiliki nilai nutrisi yang berbeda.
Dia mencontohkan, misalnya, dalam satu pekan kucing diberi pakan dari ikan. Sisanya, berikan makanan dari bahan baku unggas.
Jangan lupa juga untuk memberikan multivitamin tambahan.
Sementara itu, serat juga bisa didapat dengan menggunakan agar-agar.
Lalu, kemudian bagaimana bila peliharaan mendadak tak punya nafsu makan?
Pemilik hewan dapat mengecek kesehatan piaraannya.
Anjing atau kucing yang mengandalkan indra penciuman bisa tak berselera makan apabila terkena flu yang membuatnya memproduksi ingus berlebihan dan mereka sulit membaui makanan.
Bagaimana bila bulu kucing rontok?
Pemilik hewan peliharaan mungkin khawatir bila bulu kucing mendadak banyak yang rontok, terutama saat ada perubahan seperti mengganti jenis pakan.
Sama seperti halnya rambut manusia yang rontok, kucing pula mengalami kerontokan bulu, ujar dokter hewan Novi Wulandari.
“Bulu rontok tak selalu karena pergantian makanan, tapi itu hal yang normal,” kata Novi dalam webinar Peduli Kucing Sekitar Kita.
Akan tetapi, makanan yang tak sehat serta kondisi tidak fit dan penyakit yang tidak terdeteksi juga bisa menjadi penyebab bulu kucing rontok.
Apabila penyebabnya tidak kunjung diketahui, maka periksakan si anak bulu ke dokter hewan untuk mendapatkan solusinya.
Selain mengganti makanan, bulu dapat rontok ketika si kucing sedang birahi, hamil, juga melahirkan.
Bulu kucing rontok bisa pula disebabkan oleh infeksi atau parasit yang membuat kulit kucing gatal.
Garukan yang berlebihan bisa membuat bulunya rontok sehingga bagian tersebut jadi botak. (*)