Mediatani – Seorang petani asal Jambelaer, Desa Pasirbaru, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi mencoba untuk mengembangkan Padi Black Madras di kampungnya. Burhanudin mengaku ketertarikannya untuk membudidayakan varietas padi asal Jepang tersebut berawal dari media sosial.
“Saat awal melihat iklan itu saya langsung suka. Nah, saya telepon ke pemasang iklan untuk mengirimkan bibit padinya untuk ditanam. Alhamdulillah waktu itu saya tanam tiga kilogram bibit padi Jepang ini dengan hasil 3,2 ton per 3.500 meter persegi,” ujar Burhanudin dilansir dari Sukabumiupdate, Selasa (1/8/2020).
Black Madras sendiri merupakan salah satu varietas padi yang awalnya dikembangkan di Jepang. Secara morfologi, tanaman ini tidak berbeda jauh dengan jenis tanaman padi pada umumnya. Namun, jika dilihat secara fisiologinya tanaman ini memiliki warna daun yang unggu kehitaman yang tentunya jauh berbeda dengan warna daun tanaman padi umumnya.
Saat pertama ditanam, daunnya memang berwarna hijau seperti benih padi biasa. Tapi setelah berumur dua minggu, batang dan daun tanaman padi ini mulai berubah menjadi ungu kecoklatan. Meski daunnya berwarna ungu, tetapi beras yang dihasilkannya pun tetap berwarna putih.
Sejak tahun 2019 lalu, varietas padi tersebut mulai dikembangkan oleh Burhanuddin. Menurutnya, untuk perawatan Padi Black Madras hampi sama dengan padi biasa, baik dalam penanaman maupun dalam perawatan selama proses menuju panen. Perhitungannya sama dengan padi lokal, yakni 90 hari paling lama dan 85 hari paling cepat
“Keunggulan padi jenis ini, konon katanya bisa untuk mengobati darah tinggi, kolesterol, diabetes dan lainnya,” katanya lagi.
Dikutip dari cybex.pertanian.go. id, kelebihan dari tanaman padi Black Madras ini yaitu tidak mudah terserang hama dan penyakit. para Petani meyakini bahwa padi Black Madras memiliki ketahanan terhadap hama wereng. Hama wereng enggan menyerang padi tersebut karena aroma dan ketidaktertarikannya terhadap warna daunnya yang lain dari padi biasa.
Selain itu, padi Black Madras juga tahan terhadap hama burung. Hal tersebut mungkin disebabkan karena warna daun yang ungu tua dan daun benderanya yang tegap sehingga melindungi malai dari serangan burung.
Hama tikus pun juga tidak mau mendekat, terbukti dari beberapa petak sawah lain dapat terserang hama pengerat tersebut, sementara padi Black Madras selamat dari gangguannya. Selain tahan terhadap beberapa jenis hama, padi Black Madras ternyata juga tahan terhadap penyakit kresek (hawar daun bakteri).
Sejak menanam Padi Black Madras tersebut, Burhanuddin mengaku banyak petani yang berkonsultasi kepadanya tentang pertanian. Rerata, petani yang berkonsultasi adalah petani yang kerap gagal panen.
“Saat ini ada 10 orang warga sini yang konsultasi soal penanaman padi. Kalau dari wilayah luar kurang lebih ada 100 orang konsultasi ke saya. Wilayah desa caringin juga ada minta binaan ke saya. Kita berbagi ilmu tentang pemeliharaan padi di sawah, dari awal sampai panen,” tandasnya.