Mediatani – Sebuah hasil kolaborasi yang inovatif diciptakan oleh kelompok petani muda di Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) dengan mahasiswa Universitas Jambi. Mereka berhasil membuat briket atau bahan bakar dengan memanfaatkan limbah serabut pinang.
Penggunaan limbah serabut sebagai bahan baku pembuatan briket ini dilatarbelakangi oleh semakin sulitnya untuk mendapatkan limbah batok kelapa untuk dijadikan arang.
Dilansir dari Sariagri, Jumat (21/1), Bupati Tanjabtim H Rommi Heryanto menjelaskan bahwa briket sangat cocok untuk digunakan sebagai bahan bakar alternatif saat arang batok kelapa sudah mulai susah didapatkan.
“Sekarang batok kelapa jadi barang mahal, susah didapat. Kalaupun ada harganya tak semurah dulu. Kelapa sekarang banyak dijual dan diekspor dengan batoknya, jadi arang batok sulit didapat,” katanya saat menerima Staf Ahli Menteri BUMN Arya Sinulingga, Jumat (21/1/2022)
Karena itu, ia mengajak Kementerian BUMN untuk mengembangkan pembuatan briket yang menggunakan bahan baku serabut pinang ini.
“Saya berharap BUMN bisa bersinergi dan mengembangkannya untuk bahan bakar alternatif,” kata Bupati Rommi.
Menurutnya, masyarakat bisa menggunakan briket limbah serabut pinang sebagai alternatif bahan bakar selain arang. Terlebih briket pinang itu sudah dikemas dalam plastik. Selain itu, juga dapat digunakan oleh industri sebagai bahan bakar pengganti batu bara.
Ia juga menjelaskan bahwa arang batok saat ini juga sudah cukup langka dan harganya mahal, yakni mencapai Rp3.000-an per kilogram. Sementara di Tanjabtim ini adalah daerah penghasil pinang terbesar, yang limbah serabutnya bisa dimanfaatkan untuk membuat briket.
Selama ini, limbah serabut pinang ini menjadi bahan atau limbah yang terbuang. Namun berkat inovasi dari kelompok tani dan mahasiswa yang membuat briket, semuanya jadi bisa termanfaatkan.
“Kapasitasnya memang masih kecil, namun ke depannya akan lebih besar lagi. Mungkin bisa ditambah peralatan dan mesin produksinya. Dari sisi potensi briket ini sangat potensial,” terang Rommi.
Terkait hal ini, Staf Ahli Menteri BUMN Arya Sinulingga mengapresiasi inovasi tersebut. Ia berjanji untuk membantu proses pemasaran produk, dan mencoba untuk mensinergikan dengan program pengembangan UMKM melalui BUMN yang ada di daerah itu.
“Kami akan bawa ke PLN, ini bisa menjadi bahan bakal alternatif pendukung batu bara di pembangkitan. Kita akan coba komunikasikan,” ungkap Arya.
Pemanfaatan Pelepah Pinang
Sebelumnya, Komunitas Konservasi Indonesia Warsi, LPPM Universitas Jambi dan Rumah Jambee, juga telah berinovasi memanfaatkan pelepah pinang untuk diolah menjadi piring atau wadah makanan pengganti bahan plastik sekali pakai.
Para petani pinang di Provinsi Jambi belum begitu mengetahu jika pelepah pinang merupakan potensi yang besar. Padahal kebun pinang yang selus 20.694 Ha itu membuat ketersediaan bahan baku untuk membuat piring tersebut sangat berlimpah.
Pelepah pinang ini bisa dimanfaatkan untuk membuat piring yang ramah lingkungan dan sebagai pengganti plastik dan streofoam untuk dijadikan alas dan wadah makanan.