Budi Beternak Iguana dan Hasilkan Puluhan Juta Sekali Panen

  • Bagikan
Iguana
Iguana/ist

Mediatani – Di Bali, orang beternak ayam, kambing, sapi maupun babi merupakan hal yang biasa. Yup, begitu pun di daerah lainnya. Namun, seorang pria asal Denpasar, Wayan Budi Artana nyatanya lebih memilih beternak reptile yakni iguana.

Dalam sekali panennya, pria 40 tahun ini mampu menghasilkan hingga Rp24 juta, yang mana dirinya hanya panen sekali dalam setahun.

Budi memiliki indukan tiga ekor jantan, dan 7 ekor betina. Sementara, dalam sekali bertelur dan menetas bisa mendapatkan hingga 300 ekor anak iguana.

Lantaran, untuk satu ekor iguana betina mampu bertelur hingga 70 butir, dengan harapan menetas sebesar 70 persen.

Budi sendiri mengaku memelihara iguana sejak 25 tahun silam. Ketika itu, dirinya masih duduk di bangku SMA. Ia diajak pergi ke Pasar Satria, Denpasar dan ia menemukan kadal dengan bentuk yang unik bernama iguana.

“Saya coba membeli satu ekor dan saya pelihara secara otodidak dan sampai sekarang iguana itu masih hidup,” kata Budi yang ditemui di kediamannya, Jalan Bypass IB Mantra, Kesiman, Denpasar Timur, mengutip dari laman tribun-bali.com.

Awalnya, lanjut dia, ia tidak tahu jika iguana yang ia pelihara adalah betina. Sampai akhirnya ada seorang keluarga yang menawarkan seekor iguana kepadanya karena saudaranya tersebut kesulitan uang untuk bayar SPP sekolah.

Akhirnya, ia pun membeli iguana itu lalu ditaruh dalam satu kandang. “Ternyata iguana yang saya beli bertelur, telurnya banyak waktu itu sampai 70 butir. Tapi yang menetas hanya 2 telur, karena saya belum tahu harus diapakan telurnya itu,” ujarnya.

Budi pula kemudian mulai belajar untuk membudidayakan iguana dari Youtube. Usai belajar selama 5 tahun, dia akhirnya pun berhasil menetaskan telur iguana hingga bisa menghasilkan tambahan uang.

Seiring berjalannya waktu, iguana ternakannya pun semakin banyak bahkan mencapai 300 ekor. “Kemarin laku sebanyak 300 ekor. Sebenarnya ini sangat menjanjikan, cuma banyak yang lepas dari kandangnya, makanya di sekitar sini banyak ada iguana liar,” terangnya.

Sedangkan, untuk saat ini dirinya masih memelihara sebanyak 56 ekor iguana. Ia mengatakan, iguana itu sudah bisa dijual setelah berusia satu bulan atau sebesar tokek.

Saat pandemi covid-19 ini, iguana berumur satu bulan pun ia jual Rp200 ribu perekornya. Akan tetapi, sebelum pandemi, ia menjual dengan harga Rp350 ribu perekornya.

Harga yang paling mahal, kata dia, dapat mencapai Rp7.5 juta untuk ukuran yang lebih besar. Meski begitu, untuk iguana ini, semakin tua harganya semakin murah karena iguana itu sudah tak bisa lincah lagi.

Untuk penjualannya, dirinya menggunakan sistem online di media sosial, situs jual beli, maupun lewat grup komunitas reptil. Ada dua jenis iguana yang diternakkannya saat ini yakni iguana green dan red.

“Pembelinya ada dari Jawa, Flores dan juga bule Rusia, karena mereka menemukan di situs jual beli lalu datang ke sini. Mereka senang karena dapat harga lebih murah di sini,” paparnya.

Untuk pakan yang diberikan berupa kangkung, pisang ataupun pepaya dan sehari rata-rata ia mengeluarkan hanya Rp10 ribu untuk pakan.

“Ini lebih sering saya kasi kangkung, gampang nyarinya di sini ada yang berkebun kangkung. Setiap sore dibawakan kangkung Rp10 ribu,” ucapnya.

Ia bilang, dalam perawatan iguana tak perlu repot atau pun harus terkena paparan sinar matahari. Kesulitannya, ujar dia, hanya dalam menetaskan telurnya. (*)

  • Bagikan