Mediatani – Pernah mendengar kerang abalon? Memang, baik namanya dan budidaya abalon di Indonesia sendiri masih kalah populer dibanding lobster dan kepiting. Padahal, budidaya biota laut yang ini mudah dan menguntungkan, lho! Mau tahu bagaimana gambaran umum pembudidayaan abalon ini?
Mengenal Abalon Lebih Dekat
Abalon merupakan sejenis kerang dengan latu lembar cangkang dan lubang-lubang multifungsi di tepiannya. Organ itu menjadi alat makan, reproduksi, bernafas, dan membuang kotoran. Kerang ini hidup di dasar perairan. Lokasi itu dipengaruhi oleh temperatur dan ketersediaan makanan.
Ada total tujuh spesies abalon yang hidup di perairan Indonesia, lho, Sobat Mediatani. Tiga di antaranya ialah Haliotis asinina, H. squamata dan H. ovina. Kerang-kerang mahal ini banyak tersebar di pantai Indonesia bagian timur, seperti Lombok, Flores, Sumbawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Masyarakat sana mengenal abalon dengan sebutan ‘siput mata tujuh’ atau ‘bia telinga’. Secara umum, pertumbuhan abalon ialah sekitar 20-30 mm per tahun. Makanan abalon sendiri adalah rumput laut serta ganggang makro, di mana kedua tanaman itu sangat melimpah di perairan Indonesia.
Kerang abalon (Haliotis) ini rupanya belum populer di telinga masyarakat Indonesia. Ia kalah terkenal dengan para saingan, seperti lobster (Panulirus spp.), kepiting (Brachyura), tuna, cakalang, dan tongkol. Semua sama-sama mahal, tetapi abalon masih termasuk terbatas bagi masyarakat di golongan atas.
Manfaat Abalon di Bidang Konsumsi dan Kesehatan
Rupa abalon memang tidak secantik biota lain, tapi perburuan biota ini untuk menjadi bahan pengobatan sangat sengit terjadi di antara pegiat biota laut. Karena bermanfaat untuk kesehatan, abalon dijual dengan harga tidak murah di pasaran.
Nilai kesehatan dari abalon sendiri berkhasiat dalam mencegah kanker serta mampu menangani penyakit diabetes.
Bukan hanya untuk dikonsumsi, pasar lokal dekat pesisir juga menjual kerang abalon ini. Ia pun masuk sebagai salah satu komoditas ekspor dengan negara-negara tujuan di benua Asia, Eropa, bahkan Amerika Serikat.
Prospek Menggiurkan dari Budidaya Abalon di Indonesia
Seperti yang Sobat Mediatani tahu, Indonesia punya wilayah perairan yang sangat luas, sehingga negara ini pun kaya dengan daerah pesisirnya. Wilayah pesisir cocok menjadi lokasi budidaya abalon, didukung pula dengan permintaan dan harga abalon yang tinggi di masyarakat dunia.
Sobat Mediatani pun harus tahu bahwa seporsi abalon yang telah dimasak dapat menyentuh harga hingga satu juta rupiah! Nilai ekonomi setinggi ini membuat pemerintah mengusung sosialisasi budidaya abalon bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Budidaya abalon sendiri telah dimulai di Jepang pada tahun 1950an dan menyebar pula ke Indonesia. Meski begitu, budidaya abalon masih belum populer di masyarakat. Tidak seperti di Cina, Korea, dan Jepang, abalon menjadi hasil laut eksklusif dan dijadikan bahan dasar makanan istimewa.
Budidaya abalon, khususnya di Indonesia, masih tergolong baru sehingga membutuhkan inovasi teknologi agar budidaya dan produksi dapat berkembang.
Pasalnya, tidak hanya menambah penghasilan, namun juga baik untuk bidang ekologi. Bisa dikatakan demikian sebab budidaya sendiri jauh dari kata ‘eksploitasi’.
Peran Pemerintah terhadap Inovasi Teknologi untuk Budidaya Abalon di Indonesia
Budidaya abalon hingga kini masih jarang, sebab memakan banyak waktu sampai modal kembali lagi. Selama ini, abalon diperdagangkan dengan mengambilnya langsung dari perairan.
Tetapi, prospek besar yang begitu menjanjikan mendorong pemerintah agar mensosialisasikan budidaya ini pada masyarakat, terutama wilayah timur yang begitu potensial. Masyarakat di sana mesti tahu tentang abalon, cara budidaya, dan benefit ekonomi yang akan diperoleh dengan budidaya abalon.
Nilai ekonominya yang tinggi pasti mendapat perhatian besar dari masyarakat pesisir, terutama para pegiat biota laut atau nelayan.
Untuk proses pengembangan, pemerintah terus mencari teknologi tepat dan mudah diterapkan. LIPI turut berpartisipasi dalam pengembangan teknologi budidaya biota ini sejak dulu, tapi ternyata hanya perkembangan dua dari total tujuh jenis abalon yang tengah dan sudah dilakukan di Indonesia.
Keuntungan Teknologi Budidaya Abalon bagi Pembudidaya
Teknologi untuk budidaya abalon dinilai memiliki tiga manfaat utama, seperti pembenihan yang sederhana dan mudah dilakukan oleh si pembudidaya, pun dapat dilakukan sepanjang tahun. Selain itu, produksi benih abalon termasuk ekonomis dan efisien, sehingga cocok dikembangkan tanpa harus menukar profesi.
Terakhir, teknologi budidaya biota laut ini pun termasuk ramah lingkungan karena ketiadaan penggunaan bahan kimia atau disinfektan, melainkan penyediaan mikroalga dan makroalga sebagai pakan untuk produksi benih. Cangkangnya pun bisa dipakai sebagai bahan membuat perhiasan.
Bagaimana Memulai Budidaya Abalon di Indonesia?
Untuk melaksanakan budidaya abalon, perlu memperhatikan lokasi, kondisi perairan, kondisi kimia, dan akses menuju lokasi budidaya agar prosesnya berlangsung lebih optimal. Sobat Mediatani perlu memilih wilayah perairan yang terlindung dan aman untuk pembangunan konstruksi budidayanya.
Dan yang terpenting adalah, perairan bukan wilayah air yang tercemar, tempat buangan limbah industri, limbah pertanian, atau limbah rumah tangga. Budidaya abalon bisa dimulai memakai keramba jaring apung, jaring tancap, atau memakai keranjang-keranjang plastik dengan tambahan shelter.
Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPUI2K) Karangasem Bali melakukan pemeliharaan induk abalon dalam bak fiber dengan volume 1.500 liter dengan pemberian shelter (pelindung) dan sistem air mengalir.
Tiap bak berisi 150 ekor induk abalon. Pakan rumput laut diberi secara ad libitum. Pemeliharaan larva sendiri dilaksanakan dalam bak beton dengan sirkulasi air dan pengaturan aerasi kecil. Pakannya berupa bentik diatom dan larva abalon dipelihara dalam dua bulan sampai berubah jadi benih berukuran 1 cm.
—-
Biota laut bernama abalon ini ternyata mudah dibudidayakan dan konsumsinya juga memberi manfaat kesehatan bagi tubuh. Dengan prospek besar, sudahkah Sobat Mediatani berminat untuk ikut mempopulerkan budidaya abalon di Indonesia?