Mediatani – Sejak memasuki awal bulan di tahun pertama 2021 harga komoditas daging sapi mengalami lonjakan harga.
Lonjakan itu pun disinyalir karena naiknya harga sapi impor dari negeri Kangguru, Australia.
Dilansir Kamis (4/2/2021) dari situs berita Kumparan.com bahwa Perum Bulog bakal ikut ambil bagian dalam meredam harga daging sapi itu.
Direktur Utama Bulog, Budi Waseso, menuturkan bahwa sebenarnya, perusahaan tidak punya kewenangan untuk dalam komoditas daging.
Akan tetapi, sekarang pihaknya mendapatkan tugas khusus dari Kementerian Bidang Perekonomian untuk melakukan pengadaan daging kerbau.
Selain sebagai opsional, pula untuk mengantisipasi stok daging menjelang bulan puasa dan lebaran nanti.
Buwas mengungkapkan, perusahaan mendapatkan mandat untuk melakukan impor dengan kuota sebesar 80.000 ton.
Daging kerbau itu pun rencananya bakal didatangkan dari India.
“Kita mengajukan untuk impor daging khususnya untuk menghadapi puasa dan lebaran, karena kebutuhan itu meningkat. Maka kita dari jauh-jauh hari sudah ajukan dan ini, sudah diputus di Rakortas bahwa Bulog mendapatkan jatah penugasan untuk impor daging kerbau 80.000 ton tunggal,” jelas Buwas dalam virtual conference, Rabu (3/2) dikutip dari Kumparan.com, Kamis (4/2/2021).
Pengadaan daging dari negeri Bollywood itu, rencananya akan dilakukan secara bertahap.
Ia menargetkan seluruh kuota dapat direalisasikan agar mampu mengurangi persoalan di komoditas daging.
Buwas melanjutakn, saat ini proses pengadaan ini baru mencapai tahap lelang penetapan supplier daging kerbau.
Selain itu, dia juga mewanti-wanti perihal akan banyaknya kendala pengiriman lantaran adanya pembatasan.
“Bisa jadi tiba-tiba India lockdown, maka dari itu, nanti kita sesuaikan kemampuan supplier di sana. Jadi bisa saja satu bulan itu 10.000 hingga 50.000 ton. Tergantung supplier dan secara bertahap. Tapi kita berharap kuota yang direalisasi Bulog bisa 80.000 ton,” jelas dia.
Disamping itu, dilansir dari situs berita CNNIndonesia.com, Budi Waseso menduga kenaikan harga daging sapi belakangan ini karena ulah spekulan atau kartel.
“Dibilang alasannya daging suplai dari salah satu negara dibatasi, padahal tidak. Itu hanya akal-akalan supaya ada kenaikan yang nanti jadi pembenaran, sehingga dipatok harga daging yang tadinya Rp120 ribu per kg, sudah mahal itu tidak bisa turun malah dinaikkan jadi Rp130 ribu per kg dan dianggap harga normal ke depan,” ujar Budi dalam konferensi pers, Rabu (3/2) dikutip Kamis (4/2/2021) dari CNNIndonesia.com.
Melihat hal itu, Budi berharap kedatangan daging kerbau impor nantinya bisa menekan harga daging sapi tersebut.
Pasalnya, ia menilai konsumen Indonesia sudah mulai terbiasa dengan konsumsi daging kerbau, sebagai alternatif dari daging sapi.
“Pasarnya masyarakat Indonesia sudah familiar dengan daging kerbau, yang dulunya sulit untuk dikonsumsi karena masih belum terbiasa tapi sekarang sudah terbiasa. Sehingga ini juga bisa tekan dari harga daging sapi,” tutur dia.
Bulog sendiri mendapat jatah impor daging kerbau sebesar 80 ribu ton untuk penuhi kebutuhan konsumsi daging dalam negeri utamanya menjelang puasa dan lebaran.
Daging kerbau impor tersebut diketahui berasal dari India.
Budi menuturkan jatah impor tersebut ditetapkan dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) di bawah komando Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
“Sudah putus dari rakortas bahwa Bulog mendapatkan jatah penugasan untuk impor daging kerbau 80 ribu ton tunggal,” ujarnya.
Ia menuturkan proses impor tersebut akan dilakukan secara bertahap menyesuaikan kebutuhan dalam negeri.
Selain daripada itu, jumlah impor daging kerbau akan menyesuaikan kemampuan supplier dari India mengingat pandemi covid-19 masih melanda India sehingga dikhawatirkan terjadi penguncian wilayah (lockdown).
“Kami bagi dengan kemampuan supplier di sana. Bisa saja sebulan itu 10 ribu ton, 50 ribu ton, tergantung kemampuan supplier di sana secara bertahap. Tapi kami berharap kebutuhan dalam 1 tahun sesuai kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi dengan kuota yang direalisasi Bulog yaitu 80 ribu ton,” ujar dia.
Kini, Bulog juga belum melakukan lelang untuk menentukan pemasok daging dari India itu. Hal itu disebabkan karena keputusan jatah impor daging kerbau itu juga baru diterima oleh Bulog.
“Kami belum lakukan lelang, karena suratnya baru kami dapat. Kami baru membuat administrasi surat yang nantinya bakal ditindaklanjuti dengan undangan secara terbuka kepada para calon supplier yang akan menjual daging kerbau kepada kami,” jelas dia. (*)