Mediatani – Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengakui masih menunggu restuatau instruksi pemerintah dalam menindaklanjuti pemanfaatan 106 ribu ton sisa beras impor yang turun mutu.
Diketahui, rencananya, sisa beras impor itu pun bakal disulap atau dibuat menjadi tepung beras.
Sebagaimana diberitakan CNNIdonesia.com, melansir Sabtu (3/4/2021) saat ini, kata Buwas, sapaan akrabnya, belum ada komunikasi terbaru antara perusahaan dengan pemerintah perihal tindak lanjut pemanfaatan beras yang terlanjur turun mutu itu.
Rencananya, lanjutnya, hal tersebut baru akan dibahas dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) beberapa waktu ke depan.
“Nanti yang 106 ribu ton ini akan kita angkat dalam rakortas, karena ini beras CBP (cadangan beras pemerintah). Jadi, keputusannya harus dari pemerintah mau diapakan, apa jadi tepung terigu atau apa? Itu nanti keputusannya di pemerintah,” ujar Buwas saat konferensi pers virtual, Senin (29/3), lalu.
Buwas menekankan bahwa sisa beras impor itu akan diolah karena masih dapat dimanfaatkan. Artinya, beras yang terlanjur turun mutu tidak serta merta dimusnahkan dan tidak digunakan untuk konsumsi.
“Tapi bukan dimusnahkan, karena itu turun mutu dalam batas kewajaran. Jadi bukan seperti saat beras tiba dan tentu harus ada perawatan,” jelasnya.
Di sisi lain, ia menuturkan beras yang sudah terlanjur turun mutu sejatinya tetap dirawat oleh Bulog. Salah satunya, dengan penyimpanan yang baik di gudang-gudang Bulog.
Lebih lanjut, Buwas mengungkapkan beras bekas impor pada 2018 itu masih tersisa dan kemudian secara perlahan-lahan turun mutu karena tidak kunjung terkonsumsi.
Menurut dia, hal ini terjadi karena ada perubahan kebijakan pemberian bantuan sosial (bansos).
Semula, pemberian bansos dari pemerintah berbentuk bahan pokok, di mana salah satunya berupa beras. Namun, belakangan berubah menjadi bansos tunai berupa uang.
“Selama dua tahun ke belakang kan kita sudah tidak lagi menyalurkan bansos rastra. Dulunya Bulog salurkan sejumlah 2,6 juta ton setahun, begitu berubah, maka 2,6 juta ton ini tidak ada lagi untuk bansos rastra. Memang, kemarin karena covid-19, Pak Presiden (Jokowi) buat program baru lewat Mensos, yaitu bansos dan kita salurkan 450 ribu ton, tapi habis itu tidak ada lagi,” terangnya.
Meski begitu, Buwas memastikan Bulog akan tetap berkomitmen dalam merawat beras CBP yang ada di gudangnya.
Beberapa jurus pun dilakukan mulai dari tata kelola gudang yang lebih baik hingga program modern rice plant.
“Bulog sekarang sedang bangun modern rice plant, kita akan serap gabah sebanyak mungkin dari semua wilayah produksi. Dengan sistem ini tidak lagi berkurang kadar air karena ada pengeringan, dryer, dan kita simpan di selo. Sekarang lagi dibangun, akan serap 6 ribu ton beras dalam selo-selonya,” pungkasnya.
Sebelumnya, sebagaimana diberitakan mediatani.co, di Banyuwangi juga tercatat ada 3.000 ton beras Vietnam yang merupakan sisa dari impor pada tahun 2018 lalu masih ngendon atau menumpuk di Banyuwangi.
Ribuan ton beras itu faktanya masih tersebar di gudang-gudang Bulog di Banyuwangi.
Pimpinan Cabang Bulog Banyuwangi Jusri Pakke pun membenarkan hal itu.
“Iya Pak, masih ada sekitar 3.000 ton beras yang ada di gudang Bulog. Semuanya tersebar di gudang kami. Ada yang di Ketapang juga,” ujarnya kepada detikcom, Selasa (23/3/2021) lalu, melansir Jumat (26/3/2021).
Beras Vietnam itu, lanjut Jusri, belum didistribusikan. Hal itu dikarenakan masih menunggu instruksi dari pusat. Beras itu tidak disebar di Pulau Jawa. Melainkan di beberapa daerah di luar Jawa.
“Kami menunggu instruksi dari pusat. Karena distribusi wewenang dari pemerintah pusat,” jelas dia.
Mengenai total beras Vietnam yang telah didistribusikan, Jusri menuturkan, pihaknya masih belum mengetahui secara detail, lantaran karena dirinya baru saja masuk ke Bulog Banyuwangi akhir 2020.
“Kita tidak tahu Pak. Mungkin pimpinan sebelumnya yang tahu,” tuturnya. Baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)