Cara Warga Pulau Rupat Mendulang Fulus dari Ikan Salai

  • Bagikan
Warga Pulau Rupat mengolah ikan dukang menjadi ikan salai.

Mediatani – Warga Pulau Rupat, Bengkalis, Riau, Ali Musa (58) sukses menyulap ikan yang selama ini dianggap sebagai limbah menjadi pundi-pundi rupiah. Dengan menggunakan ikan dukang, Ali Musa membuat usaha ikan asap (salai) yang bisa meraih omzet hingga puluhan juta.

Ikan dukang atau ikan sembilang ini merupakan ikan yang dahulu sangat mudah ditemukan di daerah tepi pantai berlumpur di Pulau Rupat. Jumlahnya yang banyak membuatnya dianggap tak bernilai bahkan banyak orang berpikir dua kali walau diberi secara cuma-cuma.

Namun, dengan inisiatif Ali Musa yang mengolah ikan dukang tersebut menjadi ikan asap atau salai, membuat ikan ini menjadi komoditas yang dicari oleh pengunjung sebagai oleh-oleh khas Pulau Rupat.

Semakin meningkatnya penjualan ikan asap tersebut, membuat Ali Musa juga turut membantu nelayan dengan membeli ikan dukang hasil tangkapannya. Untuk membuat 1 kg ikan salai, Ali Musa harus membeli 4 kg ikan dukang dari nelayan dengan harga Rp.9000 per kilogramnya.

“Secara tak langsung juga bantu-bantu ekonomi masyarakat nelayan. Orang dulu nggak cari ikan ini, sekarang jadi dicari terus. Bahkan nelayan seharinya itu bisa dapat Rp 1.000.000 karena saya salai ikan (dukang) ini,” papar Ali Musa, dilansir dari detikFinance.

Untuk membuat ikan salai tersebut, waktu yang digunakan cukup lama yakni sekitar 2 hari. Cara ikan dukang itu diasapi, yaitu dengan menggunakan bara api, dimana ikan ditaruh di dalam rak pemanggang yang tingginya 5 tingkat. Setiap 2 hari sekali, ikan tersebut akan dirolling.

“Terus nanti kita pindah-pindah, jadi mirip seperti siomay yang memanfaatkan bara api untuk mematangkannya. Orang kadang-kadang gini, kalau apinya terlalu besar bisanya di luarnya matang tapi dalamnya masih basah,” imbuh Ali Musa.

Ikan dukang yang telah disalai tersebut dapat disimpan selama 3 bulan lebih dan diolah menjadi beraneka macam makanan lagi. Harga produk ikan salai Ali Musa cukup bervariasi, yakni mulai dari ukuran seperempat (250 gr) dengan harga Rp 20.000 per bungkus dan Rp 80.000 untuk ukuran 1 kilogram.

“Ikan salai ini bisa diolah kembali, biasanya itu digulai dengan menggunakan santan dan daun singkong. Bisa juga digoreng atau dibakar dengan menggunakan bumbu cabe rawit,” imbuhnya.

Berkat inovasi dan ketekunannya, pria asli Kampar, Pekanbaru ini kini menjadi jutawan. Padahal, di awal membuat usaha tersebut, Ali Musa tidak mengeluarkan modal sama sekali. Ia mengaku, saat itu hanya meminjam seng untuk mengasapi ikan dukang yang dulu sangat mudah didapatkannya

Meski awalnya dipandang sebelah mata oleh orang di sekitarnya, kini hasil jerih payahnya itu pun bisa dinikmatinya sembari membantu para nelayan yang menangkap ikan dukang di Pulau Rupat. Selama sebulan, Ali Musa bisa mendapatkan Rp 10 juta dari penjualan ikan salainya.

“Kalau misalkan pendapatan di bawah Rp 10 juta rasanya itu masih kurang. Jadi saya harus dapat Rp 10 juta per bulan. Penjualan yang rutin itu ke Duri sama Pekanbaru. Tapi biasanya juga ada yang kita kirim ke Palembang, Jakarta, Jawa Tengah, Mataram, Bali, Batam, Jawa Timur,” tandasnya.

Agar usaha ikan salainya lebih lancar, Ali Musa menjadi nasabah BRI dan menggunakan layanan peminjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dana dari kredit tersebut kemudian ia gunakan sebagai pengganti modal sebelumnya.

“Saya ambil pinjaman di BRI karena awalnya untuk mengganti gelang istri yang dijual untuk menjadi modal kerja. Dengan usul meminjam 100 juta saya pinjam selama 3 tahun. Pinjaman itu juga untuk buat jaring dan bantu nelayan-nelayan di sini. Jadi bisa membantu banyak nelayan di desa ini juga,” pungkasnya.

  • Bagikan