Mediatani – Tingginya kenaikan harga jagung di dalam negeri ternyata berimbas kepada para peternak ayam petelur maupun ayam pedaging. Semestinya, keseimbangan harga jagung dalam negeri antara para petani jagung dan peternak ayam bisa tercipta.
Chief Executive Officer (CEO) Daun Agro, M Hadi Nainggolan mengemukakkan bahwa salah satu cara terbaik agar petani jagung dan para peternak ayam juga dapat sejahtera yaitu dengan berfokus pada peningkatan produktivitas dari hasil panen, serta mampu untuk menekan biaya budidaya jagung per musim tanam.
Karena secara nasional, rata-rata dari hasil panen jagung masih pada kisaran 6 ton per hektar. Sedangkan untuk biaya untuk bercocok tanam jagung per hektarnya bisa menembus sampai dengan Rp 13 juta.
Apabila hendak berkaca dengan negara-negara yang sektor pertanian pangannya telah maju, rata-rata hasil dari produksi panen jagung negara tersebut telah mencapai 12 ton per hektar secara konsisten dengan biaya untuk bercocok tanam jagung per hektarnya bisa direduksi menjadi hanya Rp 8 juta.
Itulah sebabnya mengapa jagung impor jauh lebih murah daripada jagung yang ditanam sendiri di Indonesia.
“Kata kunci agar indonesia bisa swasembada jagung adalah inovasi, mekanisasi, transformasi teknologi, digitalisasi dan mereformasi semua industri hulu sarana produksi pertanian. Agar biaya produksi budidaya per musim tanam bisa kita pangkas lebih murah dan hasil produksi panen nyata naiknya,” jelas Hadi, Minggu (13/3/2022).
Jika hal itu dapat dilakukan, tambah Hadi, maka harga jagung untuk pakan ternak dapat disesuaikan. Petani jagung sejahtera dan begitupun dengan para peternak ayam yang juga akan sejahtera.
Adapun pada saat ini, para petani jagung yang menjadi mitra binaan Daun Agro rata-rata telah mampu memperoleh laba bersih sebesar Rp 12,5 juta per hektarnya.
Untuk laba tertinggi saat ini sudah menembus sampai dengan kisaran harga Rp 21 juta per hektar, sedangkan untuk laba terendah para petani mitra binaan Daun Agro itu di kisaran harga Rp 4 juta per hektarnya.
Hadi menambahkan, hal itu adalah imbas dari kebijakan untuk menyetop impor jagung yang dibuat oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Kebijakan setop impor jagung itu menjadikan serapan hasil panen dalam negeri menjadi semakin meningkat dan membuat harga beli jagung petani menjadi naik. Hal ini menjadi satu jalan terbaik membuat petani sejahtera.
Atas kebijakan dari setop impor itu, Hadi menjelaskan bahwa para petani dari berbagai daerah di Indonesia menjadi merasa senang.
Karena harga jual dari hasil panen jagung sekarang membuat para petani bisa merasa lega, mampu menutupi semua biaya produksi selama pada musim tanam dan petani memperoleh keuntungan yang signifikan.
“Para petani jagung di berbagai daerah Indonesia merasa senang karena hasil kerja keras mereka dalam menanam jagung membuahkan laba yang cukup bagus,” ungkapnya.
Hadi optimis Jokowi bakal memberi perhatian khusus dalam mewujudkan visinya agar menjadikan Indonesia sebagai negara swasembada pangan. Bahkan Indonesia dapat mengekspor jagung ke berbagai negara lainnya.
“Kita sebagai tani milenial siap berkolaborasi secara konkrit dengan pemerintah untuk mewujudkan Indonesia maju di sektor pangan,” tambahnya.