Dongkrak Nilai Tambah Produk Petani dengan Teknologi Pascapanen

  • Bagikan
Ilustrasi: Agenda Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) volume 22 bertemakan kostratani sebagai pusat agribisnis di AOR BPPSDMP, Jakarta, Jumat 17 Juni 2022.

Mediatani – Kementerian Pertanian (Kementan) menerapan teknologi pascapanen terpadu sebagai upaya untuk mengurangi kehilangan hasil padi dari 10-13% menjadi 5-7%.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, melalui penerapan teknologi pascapanen, diharapkan konsumen akan semakin menerima berbagai produk olahan dari pangan lokal, seperti sagu,  aneka sereal nonpadi, dan aneka umb yang banyak tersebar di pulau-pulau di Indonesia.

“Penguatan ketahanan pangan lokal masih memerlukan berbagai dukungan inovasi teknologi pascapanen,” ungkap Mentan, Sabtu (18/6/2022).

Mentan berharap teknologi pascapanen tersebut mengikuti trend teknologi terkini, sehingga akan menjadikan pertanian semakin maju, mandiri dan modern.

Dia menambahkan, diversifikasi pangan lokal juga diperlukan demi memperkuat ketahanan pangan dan gizi, mulai dari tingkat individu hingga pada tingkat nasional.

Hal serupa juga disampaikan melalui agenda Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) volume 22 yang mengusung tema kostratani sebagai pusat agribisnis, di AOR BPPSDMP, Jakarta pada Jumat (17/6/2022).

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, yang turut hadir secara virtual pada kegiatan tersebut mengatakan, para petani dan pemerhati pertanian perlu terus memasifkan pengembangan tanaman pangan lokal untuk menghindari dampak dari krisis pangan global yang tengah mengancam seluruh negara.

“Ayo beralih ke pangan lokal, ganti gandum dengan singkong ganti jeruk mandarin dengan jeruk lokal, karena ini yang dapat menyelamatkan pangan lokal,” terang Dedi.

Dedi mengharapkan agar insan pertanian dapat menggunakan pangan lokal dan produk-produk turunannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat membantu para petani dan keluarganya agar meningkatkan kesejahteraan.

Sementara itu, Dosen IPB University sekaligus narasumber MSPP, Netti Tinaprilla mengatakan, perlu adanya proses produksi untuk menghasilkan produk yang akan dijual.

Pengusaha melakukan proses produksi untuk menghasilkan produk yang dijual. Di samping itu, hasil produksi tersebut dapat menjadi input/bahan baku bagi perusahaan lain (intermediate product).

“Proses produksi terjadi melalui berbagai tahap yang menghasilkan value added, karena setiap perlakuan berdampak biaya dan produk telah berubah bentuk sehingga harga jual menjadi naik,” ungkap Netti

Narasumber MSPP lainnya, Boyke Sukarya yang merupakan seorang petani sekaligus pengusaha milenial tepung talas beserta turunannya menjelaskan, tanaman Balitung (Xanthosoma sagittifolium) menjadi makanan pokok alternatif di berbagai belahan dunia/tropis dan daerah di Indonesia dan termasuk salah satu komoditas yang dapat menjadi sumber karbohidrat

Meskipun begitu, sampai sekarang tanaman Balitung masih belum mendapat perhatian baik dalam pembudidayaan dan industri. Padahal, Balitung dapat menjadi sumber karbohidrat tepung dan pati. Selain itu, Balitung dapat diolah menjadi starchips untuk snacks, roti dan cake, perkedel, campuran bubur serta olahan kuliner lainnya.

“Kedepannya saya ingin mendapatkan dukungan pemerintah di antaranya Bappenas dan Kementan sebagai mitra strategis untuk keberhasilan rencana pengembangan Balitung seluas 5.000 hektar,” tutup Boyke.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version