Dorong Produk Halal, Indonesia Butuh Rantai Pasok Pertanian Terintegrasi

  • Bagikan
Sumber foto: kabarbisnis.com

Mediatani – Untuk mendorong perkembangan produk halal Indonesia agar menjadi salah satu kekuatan ekonomi nasional, dibutuhkan integrasi antar rantai pasok pertanian.

Dilansir dari laman sindonews.com, Ketua Umum Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) Guntur Subagja Mahardika menyampaikan bahwa ekosistem halal food harus terintegrasi from farm to table.

Hal tersebut disampaikannya pada webinar pertanian yang bertema “Agriculture for sustainable growth” yang berlangsung secara daring pada hari Selasa (5/10/2021).

Webinar ini menjadi salah satu rangkaian dari event Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2021 yang berkolaborasi dengan Bank Indonesia, Kementerian Pertanian, Intani dan juga Pesantren Al-Ittifaq.

Webinar ini dibuka oleh Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia M Anwar Bashori. Webinar tersebut menghadirkan beberapa pembicara seperti Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto dan KH. Fuad Affandi Rifai, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Bandung, Jawa Barat.

Saat mengisi materi, Guntur menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 bisa jadi momentum bangkitnya sektor pertanian. Pasalnya, sektor pertanian menunjukkan peningkatan yang signifikan ketika sektor lainnya mengalami keterpurukan.

“Dalam kondisi terganggunya logistik ekspor impor selama pandemi kita harus mampu memenuhi kebutuhan pangan dan pertanian mandiri,” jelas Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI ini.

Pengembangan sektor pertanian, tambah Guntur, bukan lagi hanya menghasilkan produk makanan saja. Namun, industri pertanian juga akan mendongkrak industri kesehatan berbasis herbal, pariwisata agro dan industri kecantikan.

Guntur juga mengungkapkan bahwa hingga kini sektor pertanian juga telah menyerap tenaga kerja terbesar hingga mencapai 29%.

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim, Indonesia belum mampu menjadi eksportir makanan halal (halal food) di dunia. Indonesia bahkan menjadi importir makanan halal kedua terbesar setelah Arab Saudi.

Sebagai informasi, berdasarkan hasil publikasi Dinard Standard, diketahui bahwa terdapat lima besar negara eksportir makanan halal, yang secara berurutan yaitu Brazil, Amerika Serikat, India, Rusia, Argentina.

Terkait hal ini, Managing Director Food PT Sreeya Sewu Indonesia, Tbk Dicky Saelan menegaskan bahwa produk yang halal harus menjadi nilai jual dari produk-produk Indonesia.

Sehingga hal yang harus perlu diperhatikan adalah bagaimana cara membangun blockchain rantai pasok halal dari hulu ke hilir untuk mengembangkan produk halal Indonesia yang terintegrasi.

“Pasar produk halal sangat besar,” tegas Dicky.

Sementara itu, Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia M Anwar Bashori Anwar Bashori menyampaikan bahwa Bank Indonesia (BI) mendorong sektor pertanian karena ekosistem dari makanan halal.

Menurut Anwar, sejak dulu, sektor pertanian telah menerapkan prinsip syariah. Contohnya seperti maro, metelu, bagi hasil dan masih ada yang lainnya.

Anwar mengatakan bahwa permasalahan terbesar dalam transaksi ekonomi selama ini adalah pembagiannya yang tidak adil.

“Kerja sama berbagai pihak di sektor pertanian dan lintas sektor lain bisa membawa keadilan ekonomi dan maslahat, sekaligus bisa membantu pemerintah untuk mengembangkan ekonomi syariah,” pungkas Anwar.

  • Bagikan