Mediatani – Sebuah hasil penelitian terbaru, ekstrak ikan gabus yang terdapat dalam produk Onoiwa MX efektif untuk digunakan sebagai adjuvan standar pengobatan Covid-19 bagi pasien covid-19 yang masih pada tahap awal. Adjuvan adalah bahan subtansi atau obat yang bekerja membantu berkhasiatnya obat lain.
Dilakukan uji klinis acak terkontrol single blind parallel study terhadap 48 pasien di Indonesia, para pasien tersebut kemudian ditindaklanjuti selama 7 hari setelah pemberian Onoiwa MX dosis terakhir.
Tim peneliti yang terlibat terdiri dari Guru Besar bidang Farmakologi Bahan Alam dari Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Prof. Dr. apt. Syamsudin M.Biomed, praktisi dokter spesialis paru yang menangani Covid-19, dr. Lusi Nursilawati Syamsi, Sp.P, Dr.rer.nat. Chaidir Amin dari BPPT dan Dr. Nurita Andayani merupakan ahli statistika.
Hasil penelitian ini pun diterima dengan baik dan telah dinyatakan lolos uji kelayakan jurnal kedokteran international di Eropa, sehingga pada bulan Juli 2021 ini telah diterbitkan dalam European Journal of Molecular & Clinical Medicine, 2021, Volume 8, Issue 3, Pages 2945-2957.
Meski tidak begitu mengejutkan, namun penemuan ini mengingat ikan gabus yang bernama latin Channia striata tersebut memiliki kandungan albumin yang disebut dapat membantu terapi untuk pasien Covid-19. Albumin adalah senyawa protein yang banyak ditemukan dalam plasma darah.
Dikutip dari jurnal Physiology, Albumin (2020), dijelaskan bahwa ada beragam fungsi albumin dalam tubuh manusia. Salah satunya adalah menjaga tekanan onkotik atau tekanan yang membantu membawa cairan dan senyawa lain di dalam tubuh.
Jurnal tersebut disusun oleh peneliti dari Mayo Clinic Rajat N Moman, peneliti asal Columbia University Amerika Serikat (AS) Nishant Gupta, dan peneliti dari Penn Highlands Healthcare System AS Matthew Varacallo.
Dalam penelitiannya, Syamsudin menjelaskan, mereka menggunakan bahan aktif utama yang digunakan dalam produk Onoiwa MX ini adalah ekstrak ikan gabus. Dalam pemrosesan ekstrak ikan itu digunakan teknik enzymatic low pressure low temperature dan sudah dipatenkan oleh Nucleus Farma dan belum banyak digunakan oleh produsen lain.
“Tujuan teknik ini untuk membuat ukuran partikel ekstrak lebih kecil (small molecule drugs) dan menjaga zat aktif tetap stabil. Paten proses ini menggunakan reaksi enzimatik yang dapat memutus ikatan protein lebih aktif sehingga sistem penghantaran obat tercapai dengan baik ke sel target,” jelasnya.
Produk ini digunakan sebagai oral albumin yang bertujuan untuk mempertahankan onkotik plasma dan membawa molekul metabolit obat ke dalam sel atau dapat menjadi obat pengganti albumin intravena bagi dokter di unit gawat darurat maupun rawat inap.
“Hal tersebut pun didukung dengan kutipan hasil riset jurnal yang berjudul Serum albumin-mediated strategy for the effective targeting of Sars-Cov2 oleh Pushpendra Mani Mishra pada tahun 2020 bahwa albumin direferensikan sebagai bahan terapi pengobatan Covid-19 karena efektif sebagai penghantar obat untuk menargetkan Sars-Cov2,” ujarnya.
Lusi Nursilawati Syamsi menjelaskan bahwa penelitian yang sudah dilakukan bertujuan menguji seperti apa efektifitas produk Onoiwa MX yang dilakukan terhadap pasien dinyatakan positif Covid-19.
Ada sebanyak 48 pasien positif Covid-19 dan dibagi menjadi 2 kelompok. Untuk kelompok pertama, pasien diberikan terapi standar hidroklorokuin 2×200 mg, injeksi azitromisin 1×500 mg, oseltamivir 2×75 mg serta injeksi levofloxacin 750 mg dan Onoiwa MX 3×1 selama 7 hari.
Sedangkan untuk kelompok kedua, pasien diberikan hidroklorokuin 2×200 mg, azitromisin 1×500 mg, oseltamivir 2×75 mg serta levofloxacin injeksi ditambah kontrol 750 mg (plasebo) 3 kali sehari selama 7 hari.
Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan tanda-tanda klinis dan vital pada pasien setiap hari sebagai adjuvan pengobatan standar yang diberikan untuk melakukan penanganan pasien Covid-19 yang terkonfirmasi pneumonia sedang dengan dosis 3×1 sachet per hari secara oral selama 7 hari.
Hasil pengobatan dinilai untuk perbaikan gejala klinis dan laboratorium setiap 5 hari perawatan pasien. Pemeriksaan klinis dilakukan pada bulan November 2020 hingga Januari 2021 setelah lolos uji etik. Penelitian dimulai dengan mengisi informed consent, menandatanganinya, dan setelah itu dilanjutkan ke fase seleksi, perlakuan, dan pasca perawatan.
“Selama penelitian, gejala klinis, kemudian dihitung darah lengkap, protein C reaktif, D-dimer dinilai sebelum dan setelah perawatan Covid-19. D-dimer sangat diperhatikan pada kasus Covid-19 sesuai pedoman tatalaksana penanganan pasien Covid-19, dikarenakan peningkatan nilai d-dimer dapat memicu infeksi yang berkelanjutan sehingga menyebabkan kematian,” urai Lusi.
Sementara Bambang mengakui bahwa saat ini belum ada pengobatan untuk Covid-19, terapi yang digunakan termasuk antivirus dan antibiotik hanya meredakan gejalanya.
Selain obat-obatan, langkah-langkah pencegahan seperti upaya pemerintah untuk memvaksinasi masyarakat sedang dilakukan. Meski vaksin sedang didistribusikan dan program vaksin tengah berjalan, upaya lain untuk mengurangi dampak Covid-19 tetap diperlukan.
Dalam penelitian ini, adjuvan tidak digunakan sebagai pengganti pengobatan Covid-19, melainkan sebagai suplemen pengobatan. Selanjutnya, dalam situasi seperti ini dimana tidak ada obat yang efektif sebagai obat, kombinasi Channa striata, Curcuma xanthoriza dan Moringa oleifera dalam Onoiwa MX sangat memiki manfaat dalam pengobatan Covid-19.
Kombinasi ini dapat menghambat terjadinya fusi dan masuknya virus ke dalam sel, sementara obat lain menginternalisasi target beberapa komponen virus dan memberi sinyal pada sel untuk menghentikan penyebaran virus.
Onoiwa MX merupakan produk yang dibuat PT Natura Nuswantara Nirmala (Nucleus Farma), one of the leading bio-tech company yang merupakan salah satu produsen inovatif obat natural dan suplemen kesehatan yang menggunakan bahan dasar alami lokal asli dari Indonesia.
“Sebuah prestasi yang sangat membanggakan, produk asli Indonesia produksi Nucleus Farma dapat masuk ke dalam studi penelitian di dalam artikel jajaran jurnal internasional,” kata Edward Basilianus, CEO Nucleus Farma.