Mediatani – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku sedih menyaksikan industri daging di Indonesia. Hal itu disebabkan karena tingkat produksi yang lebih kecil atau rendah dibandingkan dengan negara lain.
“Sangat sedih kalau kita lihat. Misalnya di industri daging. Itu banyak negara yang justru jauh lebih besar produksi dagingnya di bandingkan Indonesia,” ujar Erick di Jakarta, Jumat (12/2/2021) yang dikutip Sabtu (13/2/2021) dari situs berita sindonews.com.
Masih dari sumber yang sama, bahwa dari data pemerintah, impor daging mencapai 1,5 juta ton per tahunnya. Jumlah impor itu mengindikasikan tingkat produksi daging di dalam negeri yang masih rendah.
Padahal, daging sebagai industri halal sangat memiliki potensi yang besar di Indonesia. Masalah ini pun dicatat pemerintah sebagai tugas lain yang harus diselesaikan.
Mantan Bos Inter Milan itu pula memastikan pemerintah akan mendorong pelaku usaha seperti UMKM dan industri makro untuk secara intensif meningkatkan produksi daging di Tanah Air.
“Yang jelas ini ialah potensi, yang namanya makanan itu potensi. Industri daging itu ke depan harus kita kembangkan, apalagi impor daging 1,5 juta setiap tahunnya,” ujar Erick.
Tidak hanya daging, produk halal seperti fesyen dan make up pun menjadi perhatian.
Indonesia yang tercatat sebagai negara dengan tingkat konsumsi tinggi, dinilai tepat jika budaya konsumerisme bersumber dari produk-produk dalam negeri sendiri.
Langkah itu pun bisa direalisasikan jika industri halal mendapat bantuan dari sisi pembiayaan untuk menggenjot tingkat produksinya.
Oleh karena itu, pemerintah melalui skema pengembangan ekonomi dan keuangan syariah menjadi alternatif untuk membantu pelaku usaha.
“Itu menjadi hak konsumer yang kita lakukan. Industri halal ini luar biasa, ada makanan ada fesyen, ada make up yang tidak kalah pentingnya. Hal-hal ini yang saya rasa menjadi dorongan. Di situlah fungsinya bank syariah, financial syariah juga mendukung menciptakan pengusaha-pengusaha baru, UMKM, dan industri secara bersahabat,” tutur Erick.
Sebelumnya, sebagaimana diberitakan mediatani.co, pemerintah bakal mengimpor kebutuhan daging sapi dan kerbau untuk mengantisipasi puasa dan lebaran 2021.
Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian berencana mengantisipasi kebutuhan dan ketersediaan daging sapi dan kerbau saat Ramadhan dan Idul Fitri 2021 dengan menyiapkan rencana impor.
Dikutip Rabu (10/2/2021) dari situs Ihram.co.id, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasrullah menjelaskan bahwa kebutuhan daging sapi atau kerbau secara nasional untuk 2021 mencapai angka 696.956 ton dengan perhitungan konsumsinya per kapita 2,56 kg/tahun.
Sementara itu, perihal ketersediaan daging sapi atau kerbau lokal hanya berkisar 473.814 ton. Maka dari itu, kebutuhan dan ketersediaan daging sapi/kerbau nasional sepanjang tahun 2021 masih memerlukan jumlah sebanyak 223.142 ton.
“Kekurangan tersebut akan dipenuhi dari impor baik dalam bentuk sapi bakalan, bakalan yang dipotong dan impor daging sapi atau kerbau,” kata Nasrullah di Jakarta, Selasa (9/2) yang disadur Rabu (10/2/2021) dari situs Ihram.co.id.
Ada pun perihal impor yang renacana akan dilakukan pemerintah, perinciannya yakni dalam bentuk sapi bakalan dengan jumlah sebanyak 502 ribu ekor, bakalan yang dipotong sebanyak 430 ribu ekor atau setara 96.367 ton dan impor daging sapi/kerbau sebanyak 185.500 ton.
Nasrullah juga merinci bahwa dari stok akhir tahun ini, akan diperoleh sebanyak 58.725 ton dalam rangka untuk pemenuhan kebutuhan daging dari bulan Januari hingga Maret tahun 2022 nanti.
Dirinya pula mengimbau importir daging yang sudah memperoleh rekomendasi dan izin agar segera melakukan realisasikan impor daging sapi beku pada Maret, April dan Mei 2021 ini. (*)