Fakta atau Mitos, Air Kencing Bisa Sembuhkan Luka Sengatan Ubur-ubur

  • Bagikan
Jellyfish

Mediatani – Dalam keadaan tertentu, suatu wilayah pantai atau laut akan banyak dijumpai ubur-ubur (Chrysaora colorata). Tak jarang, keberadaannya di dekat kita luput dari pengamatan ketika sedang berenang di pantai.

Mengutip laman emedicinehealth, ubur-ubur atau jellyfish ini termasuk biota laut non-agresif  yang bisa berenang bebas di lautan. Secara sekilas, ubur-ubur ini tampak lucu karena tubuhnya yang mirip agar-agar. Tapi jangan salah, hewan laut yang satu ini bisa mengeluarkan sengatan yang menyakitkan saat merasa dirinya sedang dalam bahaya.

Sengatan itu berasal dari tentakelnya yang banyak. Pada tentakel ubur-ubur tersebut terdapat sel penyengat yang disebut nematocysts, dan sel ini mengandung bisa atau racun. Hal itu membuat ubur-ubur ini juga bisa menyebabkan kematian jika luka akibat sengatan tersebut dibiarkan.

Untuk memberi pertolongan pertama, ada salah satu mitos yang biasa dilakukan orang untuk membantu mereka yang terkena sengatan ubur-ubur, yakni dengan buang air kecil di atas luka sengatan.

Alhasil, luka sengatan ubur-ubur itu ternyata tidak sembuh. Gagasan atau ide memberikan air kencing untuk meredakan rasa sakit akibat luka sengatan ubur-ubur ternyata hanyalah mitos belaka. Sebab, sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat membuktikan gagasan tersebut.

Alih-alih ingin menyembuhkan luka sengatan, air kencing itu justru bisa semakin memperparah kondisi luka. Air kencing itu bisa menyebabkan sel nematocysts melepaskan lebih banyak racun.

Menurut Ketua Kelompok Peneliti Ekosistem Laut Dalam dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hanung Agus Mulyadi, untuk melakukan pertolongan pertama kepada penderita luka sengatan yaitu dengan membuang seluruh tentakel yang tertancap pada kulit korban.

Cara tersebut diungkapkannya saat membahas kejadian dimana 25 wisatawan tersengat ubur-ubur ketika tengah berenang di Pantai Pangandaran pada Juli 2020 lalu. Hanung menduga para pengunjung di Pantai Pangandaran itu disengat oleh ubur-ubur jenis api atau physalia physalis.

Untuk membersihkan tentakel yang melekat, gunakan air laut namun jangan sampai terlalu menggosok luka karena dapat menyebabkan nematocyst ubur-ubur terbakar. Jika sel tersebut terbakar, hal itu juga akan memicu bagian tentakel yang berduri akan menyebarkan racunnya ke dalam kulit.

Hindari pula penggunaan air yang berasal dari keran atau kemasan karena dapat menyebabkan nematocyst aktif dan memperburuk kondisi luka sengatan. Jika masih ada duri tentakel yang menempel pada kulit, lepaskan dengan menggunakan alat penjepit secara hati-hati.

Atau, bisa juga dengan mengikis area sengatan itu dengan lembut menggunakan plastik yang berbentuk kartu atau semacamnya. Setelah melepaskan tentakel, obati luka dengan menggunakan cuka apel atau alkohol. Gosok perlahan di area yang terkena sengatan untuk membantu melepaskan racun.

Cara lain yang juga bisa dilakukan saat tentakel sudah terlepas, yaitu dengan merendam bagian tubuh yang tersengat ke dalam air panas. Rendam selama 20 menit pada suhu air 40-45 derajat Celsius. Jika tidak memiliki termometer, cukup gunakan air panas yang suhunya masih dapat ditahan.

Untuk mengobati rasa sakit yang timbul, oleskan asam asetat yang biasa terdapat pada cuka, losion kalamin, atau krim hidrokortison. Selain itu, untuk mencegah terjadinya pembengkakan, kompres luka dengan es.

Dari banyak kasus yang terjadi, sengatan ubur-ubur tidak memerlukan penanganan dokter, tetapi jika mengalami gejala berikut, segera cari bantuan medis: sulit bernafas, nyeri dada, kram otot, kulit melepuh, mati rasa atau kesemutan, mual atau muntah, kesulitan menelan, ruam, atau nyeri yang memburuk jika luka sengatan terinfeksi

Namun untuk mencegah sengatan ubur-ubur saat tengah berenang di pantai, alangkah baiknya lebih berhati-hati dengan meggunakan baju renang yang dapat menutupi seluruh tubuh (fullbody).

  • Bagikan