Mediatani – Guyuran hujan yang membasahi sekitar 100 hektare tanaman semangka dan blewah di Desa Rejosopinggir, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang terpaksa membuat kesal para petani yang menanamnya. Pasalnya, buah yang tinggal hitungan hari dipanen itu membusuk akibat terkena hujan.
Ekspresi kekesalan para petani pun diluapkan dengan menghancurkan semangka dan blewah hasil panennya. Aksi tersebut kemudian direkam oleh salah satu petani di Desa Rejosopinggir. Video berdurasi 1 menit ini diunggah akun Instagram @ndorobeii satu hari yang lalu.
“Video kekesalan petani buah semangka dan blewah di Jombang karena gagal panen. Kekecewaan petani di Desa Rejosopingir, Kecamatan Tembelang yang gagal panen dikarenakan guyuran hujan,” tulis akun @ndorobeii pada postingan video tersebut seperti dikutip detikcom, Minggu (1/11/2020).
Video sekelompok petani menghancurkan semangka dan blewah di Jombang itupun viral di medsos. Video viral ini memperlihatkan 4 petani beramai-ramai membanting semangka di lahan mereka. Sehingga semangka-semangka utuh itu hancur di atas tanah.
Dalam video tersebut juga tampak seorang petani mencacah sebuah blewah menggunakan pisau di tengah hamparan tanamannya. Dengan ekspresi kesal, pria ini beberapa kali memukulkan blewah ke mukanya sendiri. Dia lantas kembali mencacah buah tersebut hingga hancur di permukaan tanah.
“Ogak panen yo wes, ogak panen yo wes (tidak panen ya sudah),” ucap petani tersebut.
Aksi yang dilakukan oleh sekelompok petani itu lantas menuai berbagai macam komentar dari para netizen. Tak sedikit netizen yang menyayangkan aksi tersebut. Banyak pula yang merasa kasihan dengan nasib para petani.
“Jangan kesel gitu dong kan yang nurunin hujan Allah,” tulis akun @ervndys.
“Aduh sy ngerti perasaan petani bagaimana. Soalnya saya pernah merasakan jd petani semangka. Sdh tanam susah* org beli harga ga seberapa. Gagal panen pula semangkanya dikasihkan itik sama sapi,” komentar akun @symsidarb.
Heri Beki (30), seorang petani warga Desa Rejosopinggir mengatakan bahwa dirinya melakukan aksi tersebut untuk meluapkan emosi karena gagal panen ke teman-teman satu desa yang sama-sama menanam blewah.
“Berhubung ada yang mengupload jadi viral. Niat saya tidak ingin viral,” kata Heri Beki.
Heri sendiri mempunyai 2 hektare tanaman blewah di Dusun Rejoso, Desa Rejosopinggir. Tanaman blewah tersebut gagal panen karena buahnya membusuk setelah diguyur hujan. Dia mengaku rugi hingga Rp 10 juta.
“Ceritanya tiga hari lagi saya mau panen. Malamnya hujan berjam-jam. Saya lihat buahnya busuk. Udah tak bisa dijual, ditawarkan ke mana-mana tak ada yang mau,” ungkapnya.
Kepala Desa Rejosopinggir Yoyok Supriyanto membenarkan video yang viral tersebut direkam oleh para petani di desanya. Menurut dia, aksi menghancurkan semangka dan garbis hasil penen wujud kekesalan para petani.
“Itu sebagai luapan emosi saja. Musim hujan yang sekarang ini membuat petani agak syok (karena gagal panen. Walaupun sudah diprediksi musim hujan akan tiba,” terangnya.
Yoyok menjelaskan, terdapat sekitar 100 hektare tanaman semangka dan blewah di kampungnya. Dari jumlah itu, 80-90 persen tanaman semangka dan blewah gagal panen akibat diguyur hujan.
“Hanya sedikit yang bisa dipilih untuk dibawa pulang. Kerugiannya saya kira ratusan juta. Baru kali ini gagal panen. Tahun lalu panen bagus, per 100 bata (lahan seluas 1.400 meter persegi) saat panen menghasilkan Rp 10 juta lebih,” kata Yoyok.
Ia juga mengungkapkan, semangka dan blewah ditanam hanya satu tahun sekali di Desa Rejosopinggir. Yaitu pada musim kemarau setelah panen raya padi, tepatnya pada Agustus. Namun karena masa tanam padi mundur, membuat masa tanam semangka dan blewah juga ikut mundur.
Akibatnya, musim hujan datang saat buah-buahan tersebut belum dipanen dari sawah. Semangka dan blewah siap panen sebagian besar membusuk setelah diguyur hujan.