Mediatani – Harga telur ayam mulai merangkak naik pasca lebaran. Penyebab utamanya adalah harga pakan ternak yang melambung.
Asosiasi peternak mengungkapkan harga pokok produksi (HPP) telur ayam naik dikarenakan harga pakan dalam negeri, khususnya jagung yang juga mengalami kenaikan.
Harga jagung naik dari Rp4.800/kilogram (kg) menjadi Rp5.800-6.200/kg. Kenaikan harga jagung ini lantaran produksinya yang menurun akibat kondisi cuaca dan kekurangan pasokan pupuk.
“Naiknya tinggi sekali terkait dengan musim tanam di akhir 2020 dan awal 2021 itu kan curah hujannya tinggi, yang kedua juga suplai dari pupuk yang dibutuhkan petani jagung. Itu yang menyebabkan produktivitas tanaman jagung sendiri per hektarenya juga turun,” kata Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional Musbar Mesdi, melansir dari laman IDN-Times, Selasa (1/6/2021).
Pemerintah beri insentif ke peternak
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan mengatakan bahwa pengaruh pakan, khususnya jagung, berkontribusi 50 persen dalam unsur biaya bagi peternak telur.
“Harga-harga naik tentunya berdampak pada kenaikan harga telur. Untuk sementara peternak layer (ayam petelur) mendapatkan insentif transportasi jagung sehingga peternak masih bisa mendapatkan jagung,” jelas Oke, dilansir dari situs yang sama.
Untuk mengatasi kenaikan HPP telur ayam ini, pemerintah memberikan insentif untuk biaya transportasi atau distribusi jagung pakan.
Oke mengungkapkan, bentuk insentif ini ialah pengurangan biaya distribusi jagung pakan ternak. “Subsidi transportasi, sehingga harga jagung tak dibebani transportasi Rp700/kg,” kata Oke.
Dengan subsidi ini, menurutnya, peternak masih bisa memperoleh jagung untuk pakan ayam.
Jagung akan segera panen
Selain itu, Oke juga mengungkapkan kenaikan harga jagung yang berimbas pada harga telur itu diprediksi hanya sementara karena berdasarkan keterangan Kementerian Pertanian (Kementan), petani jagung lokal akan segera memasuki masa panen.
“Pasokan jagung akan lebih banyak dan diharapkan segera mengoreksi harga lebih baik ke depan,” imbuh Oke.
Harga pakan impor juga naik
Selain jagung, Musbar mengatakan harga pakan untuk ayam petelur juga naik. Contohnya harga pakan impor seperti bungkil kedelai atau soya bean meal (SBM), dan tepung daging dan tulang atau meat and bone meal (MBM) naik 40 persen.
“Penyebab utamanya ialah di harga pakannya sudah naik berkali-kali. Ini terjadi karena naiknya harga bahan baku dunia. Jadi yang kita impor dari Amerika Selatan yaitu Brazil itu naiknya luar biasa, sampai 40 persen,” terang Musbar.
Kenaikan HPP telur akibat harga pakan naik drastis ini tak membuat petani meraup untung besar.
“Kalau dalam kondisi harga bahan baku pakan naik, itu menyebabkan HPP ayam juga naik. Akan tetapi margin profitnya tidak menggambarkan peternak dapat untung,” ungkap Musbar.
Ternak Ayam Pedaging atau Ayam Petelur, Mana yang Lebih Menguntungkan?
Ada 2 jenis ternak ayam yang ada di Indonesia, yakni pertama, ternak ayam layer (telur) dan juga pedaging (potong). Dikutip, Selasa (9/3/2021) dari situs detikcom, Kepala Dinas Peternakan Kota Blitar Adi Andhaka mengatakan bahwa sebenarnya kedua jenis ternak ayam itu sama-sama menguntungkan.
Di samping diketahui Kota Blitar merupakan penyumbang pasokan telur nasional sebanyak 30%. Para peternak ayam layer di sana pun bisa menghasilkan puluhan ton telur dalam sebulan. Tidak salah jikalau daerah ini bisa jadi tempat menimba ilmu bagi yang ingin memulai usaha ternak ayam.
Dari segi modal, ayam broiler dapat dikatakan lebih sedikit dibandingkan dengan ayam layer…baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)