Oleh : Muh. Irman Marzuki
Pemanasan global telah terjadi semenjak abad 20. Mulai dari awal revolusi industri di negara-negara Eropa, pemanasan global memberikan dampak terhadap perubahan iklim global sebagai akibat dari efek rumah kaca dan pemenuhan emisi gas CO2 di udara.
Kondisi tersebut yang dapat mengakibatkan perubahan kondisi suhu global dan mempengaruhi kondisi siklus metereologi dan geologi, yang mengakibatakan bencana alam dimana kondisi terjadinya bencana memiliki hubungan dengan pemanasan global dan kenaikan muka air laut oleh karena adanya penambahan masa air laut akibat pencairan es di kutub yang ditimbulkan setiap tahunnya.
Di Indonesia misalnya, suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekitar 0,3oC sejak 1900 dengan suhu tahun 1990an merupakan dekade terhangat dalam abad ini dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat, hampir 1oC di atas rata-rata tahun 1961-1990.
Peningkatan kehangatan ini terjadi dalam semua musim di tahun itu. Curah hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia di abad ini dengan pengurangan tertinggi terjadi selama periode Desember- Febuari, yang merupakan musim terbasah dalam setahun.
Dalam konferensi internasional tentang pemanasan global di Jepang tahun 2005 telah menghasilkan Kyoto Protokol yang menjadi landasan dan kerangka kerja bagi seluruh negara-negara di dunia untuk menekan laju pemanasan global dan perubahan iklim.
Akhir-akhir ini bencana sering terjadi dimana-mana mulai dari tsunami, gempa, badai, banjir, longsor, erupsi gunungapi, kekeringan dan lainnya, hal ini harus menjadi suatu pemikiran bersama dalam mengatasinya dan menyelesaikan permasalahan ini.
Bencana yang selalu terjadi silih berganti tanpa mengenal waktu dan wilayah, kondisi alam yang tidak seimbang dan perubahan siklus iklim yang tedak sesuai mengakibatkan bencana tidak dapat diprediksi secara pasti, hilangnya keseimbangan lingkungan akibat kerusakan alam yang tidak stabil menjadi sesuatu yang harus diatasi oleh semua pihak yang ada.
Isu climate change yang beberapa tahun terakhir menjadi isu terhangat seakan menjadi beban tersendiri bagi masyarakat. Di lain pihak isu climate change yang banyak ditampilkan secara visual melalui media elektronik bisa berdampak negatif terhadap mental anak-anak, serta dapat menimbulkan sifat apatis di kalangan anak-anak terhadap lingkungan.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu langkah sebagai bentuk peran aktif untuk mencegah perubahan iklim melalui program Green Smart School Action For Climate Change yang di tujukan kepada anak-anak usia sekolah dasar untuk mengurangi perubahan iklim/panas yang meningkat secara signifikan
Pada era modern seperti sekarang ini serta semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi seakan rasa peduli terhadap lingkungan semakin berkurang. Hal ini terlihat dari ketidak seimbangan pembangunan tata ruang antara bangunan dan pepohonan di sekitrnya.
Dari fakta di lapangan terlihat bahwa pada wilayah perkotaan sudah jarang terdapat lahan kosong milik negara atau lahan-lahan mentah lainnya.
Maka akan lebih mengenal jika lahan yang ada dikategorikan berdasarkan kriteria-kriteria yang mengarah pada trend dan visualisasi psikologis dari area-area yang ada dan membaginya dalam bentuk tipologi kawasan, dibanding metode tradisional yang hanya mengandalkan pengkategorian pada visual lahan yang masih kosong, ada vegetasi, atau terbangun. Sehingga bila dilihat berdasarkan keadaan litologi, topografi, jenis tanah, iklim dan vegetasi yang ada.
Dari gambaran tersebut, dapat di simpulkan bahwa harus ada peran aktif masyarakat dalam melestarikan lingkungan utamanya bagi generasi muda dan anak-anak usia sekolah dasar sebagai calon penerus bangsa.
Selama bertahun-tahun kita terus menerus melepaskan karbondioksida ke atmosfer dengan menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batubara, gas bumi dan minyak bumi.
Hal ini telah menyebabkan meningkatnya selimut alami dunia, yang menuju kearah meningkatnya suhu iklim dunia, dan perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi juga mematikan. Salah-satu cara untuk mengurangi karbondioksida ini adalah dengan menanamkan konsep Green Smart School Action kepada anak-anak usia sekolah dasar.