Mediatani – Setelah beberapa bulan terdengar tak aktif, Gunung Sinabung di Karo, Sumut, kembali menunjukkan aktivitasnya. Erupsi terjadi Sabtu (8/8) dinihari. Erupsi tersebut menghasilkan debu vulkanik yang menutupi lahan lahan pertanian masyarakat di sekitar kaki Gunung Sinabung.
Awan panas yang berguguran, dengan tinggi kolom abu vulkanik mencapai 7000 meter mengakibatkan 5 kecamatan terdampak abu vulkanik, yakni Kecamatan Mardinding, Kecamatan Naman Teran, Kecamatan Merdeka, dan Kecamatan Berastagi.
Sebagian besar lahan pertanian di 5 kecamatan tersebut terancam mengalami gagal panen. Lahan pertanian yang terpapar abu vulkanik memiliki ketebalan abu bervariasi tergantung arah angin pada saat erupsi berlangsung, sebagian besar lahan pertanian terancam mengalami gagal panen.
Seperti di Desa Sukandebi, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, yang merupakan kecamatan terparah terpapar abu pasca erupsi 7000 meter kemarin. Sebagian besar lahan pertanian di desa ini tertutup material abu yang cukup tebal, seperti lahan pertanian milik Usahanta Sitepu ini, lahan seluas 1 hektar miliknya terpapar abu vulkanik dengan ketebalan hingga 1 centimeter.
“Luas lahan kita ini 1 hektar bang, kita menanam tomat, kentang, bunga kol, ya semuanya kena abu bang, kalo gak turun hujan beberapa hari ini, pasti rusak semua taman kita di sini bang karna abu gunung ini,” ujar Usahanta Sitepu, salah satu petani di Desa Sukandebi, dilansir dari kompas, Rabu (12/6/2019).
Dengan kondisi seperti itu, dia mengaku tidak bisa berbuat banyak. Paling tidak untuk mengantisipasi kerusakan yang berlebih, ia mengibas abu yang menutupi daun di tanamannya dengan menggunakan sapu alami yang ia buat dari ranting daun, ini dilakukan untuk membersihkan daun dari tumpukan abu vulkanik sinabung.
“Ya kita untuk menanggulanginya cuma bisa kibas-kibas daunnya bang, biar jatuh abunya, sambil nunggu hujan, kalo udah hujan nanti, baru kita semprot lagi dengan zat hijau daun biar bersih dia lagi,” ujarnya.
Pemerhati Gunung Sinabung sekaligus pengabadi momen erupsi Gunung Sinabung yang berdomisili di desa Tiga Pancur, Kecamatan Simpang Empat, Anto juga menuturkan, debu vulkanik mampu merontokkan daun tanaman dan membuat daun tanaman terbakar akibat sulfur yang berlebihan menyelimuti tanaman.
“Itu kan ada sulfur yang dikeluarkan oleh Gunung Sinabung saat erupsi. Kalaupun dibasahi hujan pagi hari tetap juga daun tanaman terbakar,” sambungnya.
Terlihat sepanjang perladangan yang berada dekat jalanan sekitar daerah paparan erupsi diselimuti abu vulkanik yang membuat daun tanaman memutih. Namun menurutnya, Dengan adanya abu vulkanik tersebut, kesuburan tanah menjadi meningkat.
“Dengan debu vulkanik yang sudah beberapa kali terjadi membuat tanah menjadi lebih subur walau itu butuh waktu yang agak lama, kira-kira setahunanlah,” sambungnya.
Dinas Pertanian Kabupaten Karo, masih melakukan pendataan terkait kerusakan lahan pertanian akibat dampak abu vulkanik Gunung api Sinabung.
“Kita masih mendata lahan pertanian yang terpapar abu vulkanik pasca erupsi kemarin, berapa luas lahan terpapar dan berapa besar kerusakannya,” Ujar Kepala Dinas Pertanian Karo, Sarjana Purba, saat pengecekan langsung di Kecamatan Naman Teran, Rabu.
Saat ini Gunung Sinabung berada pada status Level III (Siaga). PVMBG merekomendasikan masyarakat dan pengunjung atau wisatawan agar tidak melakukan aktivitas pada desa-desa yang sudah direlokasi, serta lokasi di dalam radius radial 3 Km dari puncak Gunung Sinabung, serta radius sektoral 5 Km untuk sektor Selatan-Timur dan 4 km untuk sektor Timur-Utara.
Jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanik. Mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang lebat agar tidak roboh dan masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar.
Gunung api Sinabung terdata sudah ribuan kali erupsi. Berdasarkan catatan pos pemantau, erupsi tertinggi terjadi pada 2013. Saat itu tinggi kolom abu mencapai 11 kilometer. Keaktifan Gunung Sinabung sebelumnya tidak tercatat sejak 1600-an. Setelah ratusan tahun, letusan pertama terjadi pada 27 Agustus 2010. Erupsi hanya berlangsung hingga September.
Tiga tahun kemudian, pada September 2013, Gunung Sinabung kembali erupsi dan menunjukkan aktivitas vulkanik yang tinggi hingga saat ini. Sejak 2 Juni 2015, status gunung ini dinaikkan ke level IV atau Awas.
Setelah aktivitasnya menurun, tingkat aktivitas Gunung Sinabung diturunkan dari Level IV (Awas) menjadi Level III (Siaga) pada 20 Mei 2019 pukul 10.00 Wib.