Hama Penyebab Penyakit Keriting Daun dan Cara Penanggulangannya

  • Bagikan
Ilustrasi: Tanaman Cabai

Mediatani – Menanam cabai di halaman rumah maupun di kebun menjadi aktivitas produktif yang dapat dilakukan terutama saat mengisi hari libur. Namun, hama dan penyakit tanaman merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan dalam bertani cabai, seperti penyakit keriting daun.

Keriting daun merupakan suatu gejala pada daun tanaman cabai yang menjadi keriting, kuning, kurus dan kemudian rontok. Keadaan seperti ini dapat menyebabkan nutrisi tidak dapat diproses secara optimal, tanaman tidak bertumbuh lebat, produktivias tanaman menjadi menurun dan dapat menyebabkan gagal panen.

Gejala penyakit keriting daun pada tanaman cabai dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurang perawatan, kekurangan air, kondisi benih dan bibit saat proses pembibitan serta serangan hama.

Ada beberapa hama yang menjadi penyebab dari gejala keriting daun. Hama tersebut tergolong dalam jenis kutu-kutuan seperti tungau, thrips dan aphids. Gejala dari serangan hama ini serta cara penaggulangannya pun berbeda-beda.

Dikutip dari Kompas.com, berikut penjelasan mengenai hama penyebab keriting daun pada tanaman cabai dan cara penanganannya.

1. Tungau

Hama tungau yang biasa menjadi penyebab penyakit keriting pada tanaman cabai yaitu tungau kuning (Polyphagotarsonemus latus) dan tungau merah (Tetranycus sp.).

Serangan hama tungau biasanya dimulai dari pucuk daun atau tunas muda. Serangan hama tersebut ditandai dengan munculnya bintik kuning pada permukaan daun dan lama-kelamaan melebar dan berubah menjadi warna kecoklatan yang akhirnya menjadi menghitam.

Daun yang terserang hama tungai akan mengalami perubahan bentuk dan pertumbuhan tunas menjadi terhenti. Bagian bawah pada daun tanaman akan berwarna seperti tembaga serta terdapat benang-benang putih halus.

Pada serangan yang parah, daun-daun cabai menjadi berguguran sehingga tidak tersisa sama sekali, tunas menjadi menghitam kecoklatan dan kemudian mati.

Untuk mengatasi serangan dari hama tungau, berikut beberapa langkah yang mesti dilakukan.

  • Tanam cabai di tempat yang cukup jauh dari tanaman cabai terserang hama tersebut.
  • Jangan tanam cabai pada tempat yang sama secara terus-menerus.
  • Lakukan rotasi tanaman agar memutus siklus hidup dari hama tungau.
  • Jaga kebersihan kebun.
  • Lakukan proses monitoring atau pengamatan secara rutin untuk memantau perkembangan tanaman dan serangan hama tungau.

Adapun beberapa langkah dalam pengendalian hama tungau yang dapat dilakukan yaitu:

  • Manfaatkan musuh alami dari hama tersebut, di antaranya tungau Phytoseiulus persimilis, cendawan Entomophthora fresenii, thrips Scolothrips sexmaculatus dan kumbang Stethorus gilvifrons.
  • Semprotkan cairan insektisida nabati dengan ekstrak tembakau, bawang putih yang dicampur dengan  sedikit deterjen. Interval penyemprotan setiap dua hari sekali dan dilakukan pada pagi atau sore hari.
  • Semprotkan insektisida kimia apabila pestisida nabati tidak mampu lagi mengendalikan hama tungau.
  • Gunakan bahan aktif akarisida dua jenis atau lebih secara bergantian agar menghindari kekebalan dari hama tungau terhadap bahan aktif tertentu.
  • Interval penyemprotan dilakukan selama 2-3 hari sekali atau disesuaikan dengan tingkat serangan hama, semprotkan pada waktu pagi atau sore hari dengan dosis yang disesuaikan.

2. Thrips

Hama berikutnya yaitu thrips. Gejala fisik dari serangan hama yang terlihat pada tanaman cabai yaitu terdapat bercak-bercak putih atau keperak-perakan atau kekuning-kuningan terutama pada bagian bawah daun cabai.

Bercak-bercak tersebut awalnya tampak dekat dengan tulang daun, lama-kelamaan kemudian menjalar ke tulang daun dan menyebabkan seluruh permukaan daun menjadi menguning.

Pada serangan yang berat, daun akan menjadi berwarna coklat, mengeriting, menggulung hingga akhirnya menjadi kering. Pada akhirnya pertumbuhan tanaman cabai akan menjadi kerdil dan tidak mampu menghasilkan bunga.

Adapun cara penaggulangannya yaitu:

  • Memastikan bibit tanaman cabai yang akan ditanam berasal dari varietas yang resisten terhadap serangan hama thrips.
  • Menjaga kebersihan lingkungan tanaman cabai dengan cara melakukan penyiangan gulma.
  • Usahakan untuk menyiram tanaman menggunakan springkler agar daun-daun tanaman ikut tercuci.
  • Jauhkan tanaman cabai dari tanaman-tanaman yang dapat menjadi inang bagi hama thrips seperti terong-terongan, semangka dan tanaman lainnya.

Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan cara memotong daun yang telah terserang hama atau dengan mencabut tanaman jika belum terjadi serangan yang banyak. Namun, jika telah terjadi serangan pada keseluruhan tanaman, maka mesti dicabut atau dibakar agar mencegah serangan hama thrips saat periode tanam selanjutnya.

Adapun pengendalian secara teknis dilakukan dengan memberikan jeda pada periode penanaman dengan tidak menanami lahan dengan tanaman yang sejenis. Untuk pengendalian secara biologis dilakukan dengan menyemprotkan biopestisida nabati dari larutan daun antawali, kapur dan kunyit.

Selain itu, lakukan pemulihan tanaman yang sudah sembuh dari serangan hama, dapat dilakukan dengan pemberian pupuk dan penyemprotan zat perangsang tumbuh seperti GA3, Atonik, atau pupuk daun.

Untuk pengendalian setelah terjadi serangan, dilakukan dengan cara penyemprotan dengan menggunakan cairan insektisida berbahan aktif abamektin, fipronil, karbosulfan atau imidakloprid.

3. Hama aphids atau kutu daun

Gejala serangan oleh hama aphids hampir mirip dengan pola serangan hama tungau. Akibat cairan daun yang dihisapnya, daun akan menjadi melengkung ke atas, keriting (kadang memelintir ke samping), dan menjadi belang-belang. Daun seringkali menjadi layu, menguning, dan akhirnya menjadi rontok.

Berbeda dengan hama tungau, hama kutu daun memiliki kemampuan untuk berkembang biak dengan sangat cepat, karena selain dapat memperbanyak diri melalui perkawinan biasa, hama ini juga mampu untuk bertelur tanpa melalui proses pembuahan.

Untuk menaggulangi serangan hama ini, berikut beberapa langkah pencegahannya; Menjaga kebersihan dari lahan tanaman, tidak melakukan penanaman pada lahan bekas tanaman cabai atau bekas lahan tanaman kacang panjang dan tidak melakukan penanaman pada lahan dekat tanaman kacang panjang.

Adapun cara pengendalian hama kutu daun yaitu, secara mekanis dengan cara mencabut dan membakar daun yang telah terinfeksi hama kutu daun.

Dapat juga menggunakan pestisida alami yang berbahan dasar bawang putih, tembakau dan lain-lain. Untuk proses pembuatanya dilakukan denganc cara merendam segenggam tembakau dalam air deterjen sebanyak 5 liter selama satu malam dan kemudian disaring lalu diaplikasikan di tanaman yang terserang.

Semprotkan dalam waktu tiga kali sehari, hingga hama kutu tersebut tidak menyerang tanaman lagi. Gunakan pestisida kimia jenis akrisida, seperti Rotraz, Demolish, Agrimec, Omite, Samite, Bamex dan lain-lain. Aplikasikan pestisida tersebut sesuai  dengan dosis yang dianjurkan.

  • Bagikan