Mediatani – Kondisi pandemi Covid-19 ternyata bukan menjadi penghalang Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau melakukan ekspor ke Singapura. Bahkan, Perlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tidak berdampak pada kegiatan ekspor di daerah tersebut.
Perlu diketahui bahwa kerjasama yang telah terjalin diantara kedua belah pihak ini sudah terjalin sejak lama. Sejak tahun 1988, Pulau Bulan terus menjadi mitra dagang sebagai penyediaan babi komersial untuk masyarakat Singapura.
Kepala Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas II Tanjungpinang Raden Nurcahyono Nugroho mengatakan, Pulau Bulan berhasil melakukan ekspor babi ke Singapura sebanyak 1.000 ekor per harinya.
“Kegiatan ekspor babi ini rutin dilakukan setiap hari, kecuali Kamis. Kami terus melakukan mintoring ekspor babi ke Singapura dan sejauh ini belum ada kendala,” ujarnya dilansir dari laman antaranews, Senin 11 Oktober 2021.
Menurut Nurcahyono, masa pandemi dan maraknya isu virus flu babi atau penyakit African Swine Fever (ASF) bukan menjadi penghalang. Sebab, Pulau Bulan selalu menjaga dan melindungi keamanan serta kesehatan ternak utamanya ternak babi.
“Karena virus flu babi atau virus ASF ini sangat berpotensi dibawa oleh daging babi seludupan atau ilegal. Jika sampai masuk ke Singapura, maka seluruh ternak babi bisa mati semua,” paparnya.
Untuk selalu menjaga kerjasama yang sudah terjalin sejak lama ini, pemerintah setempat terus berupaya melakukan pencegahan. Pihak Balai Karantina Pertanian di daerah Kepulauan Bali, rutin melakukan patroli dan pengawasan di pintu-pintu masuk pelabuhan.
Pengawasan tersebut dilakukan dengan memeriksa barang bawaan penumpang. Dari hasil pemeriksaan, hingga sekarang belum ada deteksi mengenai virus mematikan ini.
Para peternak dan perusahaan besar juga terus melakukan peningkatan kapasitas untuk terus dapat memasok daging babi ke Negeri Singa. Mereka terus melakukan upaya pencegahan masuknya penyakit ASF di areal produksi yaitu dengan meningkatkan tindakan biosekuriti.
Dilansir dari laman bisnis.com, Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Fadjar Sumping Tjatur Rasa menyampaikan bahwa Kementerian Pertanian (Kementan) juga telah mengimplementasikan strategi pengendalian serta penanggulangan virus flu babi. Hal ini dilakukan untuk mengamankan wilayah Indonesia dari ancaman ASF.
Strategi yang dimaksud yaitu melakukan pembatasan lalu lintas babi dan produknya dari daerah tertular, surveilans, meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat, dan penerapan kompartementalisasi, seperti halnya di peternakan babi Pulau Bulan.
Kementan bersama penerintah daerah juga terus memastikan implementasi biosekuriti dan penjaminan dalam bentuk kompartemen bebas ASF akan terus berjalan. Selain itu, Indonesia terus melakukan pelaporan perkembangan kasus ASF ke OIE secara berkala.
“Transparansi dalam pelaporan sebagai kontribusi terhadap kepercayaan Singapura dan mitra dagang internasional lainnya terhadap Indonesia serta kemampuan Indonesia dalam implementasi kompartementalisasi dan pengendalian ASF,” ujar Fadjar Sumping pada Maret 2021 lalu.
Sebagai contoh, salah satu perusahaan peternakan babi PT Indotirta Suaka (ITS) Pulau Bulan, yang terus berupaya untuk memastikan babi yang diekspor ke Singapura dalam kondisi sehat termasuk upaya pencegahan masuknya ASF dan tindakan biosekuriti lainnya.
Upaya tersebut dilakukan dengan meningkatkan aktivitas penangkapan babi liar di kawasan Pulau Bulan, peningkatan surveilans dan mengirimkan sampelnya ke Balai Veteriner Bukittinggi untuk diperiksa kesehatannya.