Mediatani.co — Musim panen raya bawang tahun ini dikhawatirkan menjadi cerita pilu bagi petani Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Sebab, musim panen raya bawang kali ini dihantui oleh anjloknya harga bawang di tingkat petani.
Saat ini, bawang merah Brebes dihargai Rp 10 ribu per kilogram, alias anjlok dari harga jual sebelumnya yang mencapai Rp 14 ribu per kilogram.
Suharjo salah seorang petani bawang merah asal Brebes mengatakan, lantaran harga bawang yang murah, para petani merasakan kerugian yang cukup besar. “Mumet, harga bawang murah,” kata Kasad, satu di antara petani bawang merah di Brebes melalui keterangan tertulis, Kamis (14/12).
Menurut Suharjo, meskipun hasil panen melimpah namun hal itu tak begitu banyak memberikan kesejahteraan bagi petani lantaran biaya produksi yang dikeluarkan petani untuk menanam bawang cukup tinggi.
Sebagai ilustrasi, harga tebas bawang merah per petak mencapai Rp 7 juta. Namun, jika dihitung berdasarkan pengeluaran untuk biaya produksi, seperti untuk biaya pupuk, tanam, bibit, dan pengendali hama, harga itu tidak memberi keuntungan.
Kasad salah seorang petani yang lain menuturkan, kadangkala para petani justru memilih menyimpan terlebih dahulu hasil panennya sambil menunggu harga kembali naik di kemudian hari. Menurutnya, hal itu dilakukan akibat harga bawang yang selalu rendah di tiga musim terakhir ini.
Selain itu juga, Kasad menyebut hal ini diperparah oleh cuaca yang tidak bersahabat. Beberapa pekan terakhir bawang merah hasil panen mengalami pembusukan lantaran hujan. “Ada petani yang terpaksa menjual dengan harga murah untuk menutup biaya operasional, karena pupuk dan pengairan harus dibayar,” ungkap Kasad.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), Juwari mengungkapkan, saat ini harga bawang di tingkat petani pada awal Oktober di Brebes sempat berada pada titik terendah, yakni Rp10 ribu per kilogram. Padahal, untuk mencapai break event point alias titik impas, harga bawang seharusnya di angka Rp13.500 per kilogram. Bagi petani yang memiliki lahan 0,25 hektare, selisih harga (untung) seharusnya Rp 5.000.
“Kalau hanya dijual Rp15.000 juga hasilnya enggak nutup modal,” jelas Juwari.
Dijelaskan oleh Juwari, modal yang dikeluarkan sudah cukup besar sehingga ini membuat petani merasa rugi. Saat menanam, harga bibit bawang sedang naik mencapai Rp3,2 juta per kwintal. Harga normalnya Rp2,5 juta per kwintal. “Modalnya banyak tapi hasilnya sedikit,” ungkapnya.
Dengan kondisi ini, dia berharap pemerintah agar ikut berperan dalam menstabilkan harga bawang merah. “Pemerintah jangan hanya berperan ketika harga bawang naik, tetapi juga ketika harga turun,” kata Juwari.
Menurutnya, janji pemerintah untuk melibatkan Bulog untuk mengatasi anjloknya harga belumlah terealisasi. “Bahkan sebuah gudang di Wanasari yang sedianya akan dipakai untuk menampung hasil panen, sampai saat ini belum juga beroperasi,” tutupnya.