Mediatani – Buah durian sudah mulai ramai di pasaran. Hanya saja buah ini masih berada pada taraf harga yang cukup mahal. Wajar saja, karena masa panen durian Wonosalam baru dimulai sejak dua pekan terakhir
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Suparto warga asal Kandangan, Kabupaten Kediri yang membenarkan harga durian Wonosalam masih terbilang mahal karena masih baru memasuki masa panen.
Suparto yang saat itu menunggu pembeli durian yang dijualnya di Jalan KH Wahab Hasbullah, Tambakrejo, Jombang, berkata bahwa musim panen baru masuk dua pekan ini, jadi harganya masih mahal.
Harga durian Wonosalam paling murah yang dijual oleh Suparto yaitu empat puluh ribu rupiah. Ia menjual durian dengan berbagai ukuran yang dibawanya dengan mobil pick-up, harga yang ia tentukan disesuaikan berdasarkan ukuran durian dari yang kecil hingga ukuran besar.
Suparto menganggap bahwa harga durian tidak bisa diratakan semua, harga durian tergantung dari seberapa besar ukuran durian tersebut.
Suparto sudah menjajakan buah durian sejak tahun 1986 dan hanya berjualan buah durian. Selama berjualan, ia mendagangkan buah durian dari berbagai daerah di Indonesia. Untuk saat ini, Suparto menjual durian Wonosalam karena durian ini sudah memasuki musim panen (Bulan Januari hingga Bulan Mei nanti).
Tetang durian Wonosalam, Suparto menganggap bahwa durian ini memiliki citarasa yang berbeda jika dibandingkan dengan durian lainnya. Menurutnya orang yang biasa makan durian pasti tau ciri-cirinya, termasuk rasa manis dan pahit dari durian tersebut.
Namun selama pandemi Covid-19, Suparto mengaku mengalami penurunan omset karena sepi pembeli. Jika dibandingkan, daya beli konsumen sebelum pandemi lebih banyak daripada saat pandemi.
Tentunya hal ini juga dirasakan oleh pedagang durian lainnya. Sahmo Farudin, pedagang durian yang berada di Kelurahan Temas Kecamatan batu mengatakan bahwa penyebab dari sepinya pembeli karena adanya larangan yang dikeluarkan. Ia menyebutkan jika memasuki waktu libur saat sebelum pandemi, itu bisa jadi panen buatnya. Namun saat pandemi, hasil yang didapatkan jauh dari itu.
Saat pandemi, ia hanya mendapatkan sekitar lima pembeli tiap harinya, tentunya jauh jika dibandingkan sebelum pandemic yang bisa mencapai seratus pembeli tiap harinya. Karena permintaan yang rendah, hal ini menyebabkan ia sering menyisakan buah yang tidak laku dijual.
Untuk menyiasati hal ini terkadang Sahmo mengolah durian yang tidak laku menjadi produk olahan seperti selai durian atau olahan lain. Ia menganggap bahwa hal ini aman untuk dilakukan karena buah durian terkadang hanya kulitnya saja yang layu sedangkan isinya masih bagus dan masih bisa dikonsumsi.
Disamping masa pandemi covid-19 yang menjadi kendala, cuaca ekstrem belakangan ini pun menjadi kendala yang lain. Buah durian tidak tahan jika berada dalam kondisi kadar air yang cukup tinggi. Jika kondisi ini terus terjadi, kulit durian akan mudah retak dan terdapat bercak-bercak hitam di permukaannya.
Biasanya para petani mengatasi hal ini dengan memanen buah yang sudah masak secepat mungkin. Sahmo mengatakan bahwa sejauh ini belum ada jalan keluar selain upaya yang dilakukan ini.
Sahmo dan tentunya pedagang durian yang lain berharap pandemi covid-19 segera berakhir dan kondisi kembali normal seperti biasa agar kedepannya pengunjung bisa bebas masuk dan membeli durian seperti biasa.