Harga Pakan yang Tinggi Masih Jadi Kendala Pembudidaya Ikan

  • Bagikan
Ilustrasi: Pemberian pakan pada ikan

Mediatani – Industri budidaya perikanan masih kerap terkendala oleh persoalan harga pakan. Seperti yang terjadi saat ini dimana harga pakan telah naik menjadi Rp 11.000 per kilogram (kg) dari harga sebesar Rp 9.900 per kg pada tahun lalu.

Peneliti Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan, Bogor Mas Tri Djoko menuturkan bahwa tingginya harga pakan tersebut tentu membuat biaya produksi budidaya menjadi semakin tinggi.

“Biaya produksi tinggi, dan harga pakan tidak sebanding dengan harga jual ikan,” ujar Mas Tri dalam webinar bedah buku naskah akademik pakan, Jumat (18/6).

Menurutnya, saat ini pemerintah perlu memperhatikan hal lain yang bisa menjadi alternatif lain untuk menekan harga pakan yang mahal. Sebagian bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan ikan seperti tepung bungkil kedelai masih didatangkan dari luar negeri alias diimpor.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan harga pakan yang mahal tersebut yaitu mencari opsi lain bahan baku dalam negeri yang mampu memasok kebutuhan pembuatan pakan.

“(Misalnya) Biji karet, ampas tahu, palm kernel meal,” sebutnya.

Selain itu, Mas Tri juga menyarankan supaya pemerintah melakukan kluster pakan di daerah yang menjadi sentra produksi budidaya. Cara tersebut akan membantu mengurangi biaya operasional dan produksi pakan.

“Khususnya di daerah budidaya ikan yang lokasinya relatif terpencil, untuk pembuatan pakan mandiri, untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya ikan dan kelompoknya,” ungkapnya.

Kebutuhan pakan untuk pengembangan industri perikanan budidaya, baik air tawar maupun air payau, memiliki jumlah yang cukup banyak. Dengan target produksi perikanan budidaya nasional di tahun 2024, maka diperkirakan kebutuhan pakan nasional mencapai 12 hingga 13 juta ton.

Dalam kesempatan tersebut, Peneliti Balai Riset Buididaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan Usman juga mengatakan sangat menyayangkan masih banyak produsen pakan komersial yang menggunakan bahan baku impor. Bahkan, lebih mirisnya lagi Indonesia mengimpor pakan ikan dan udang.

Adapun produksi perikanan budidaya yang diproyeksikan secara nasional pada tahun 2024, yakni sebesar 22,65 juta ton, dengan target 41 persen produksinya adalah ikan dan udang.

Untuk mewujudkan target tersebut, tentu masalah pakan ikan harus diselesaikan terlebih dulu. Terlebih pembudidaya ikan skala kecil selama ini masih menganggap harga pakan pabrikan cukup mahal dan menjadi salah satu faktor penghambat perkembangan usaha karena kecilnya keuntungan yang didapat.

Pembuatan pakan mandiri dengan menggunakan bahan baku lokal juga dianggap menjadi salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan harga pakan yang tinggi ini.

“Bahan baku lokal ini menyebar di beberapa daerah sentra budidaya khususnya di daerah yang lokasinya relatif terpencil,” ujar Usman.

Perum Perindo produksi pakan untuk tekan impor

Sebelumnya, Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) telah menyatakan untuk mendukung program budidaya ikan kerapu dan udang vannamei yang sedang digalakkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.

Direktur Utama Perum Perindo Fatah Setiawan Topobroto mengatakan, salah satu upaya yang akan dilakukan perseroan untuk mendukung program tersebut yaitu dengan menyediakan ikan beserta pakannya.

“Nanti pakan ikan akan dipasok dari Perum Perindo untuk program budidaya ikan kerapu. Pakan ikannya dari Pabrik Pakan kami di Subang,” ujarnya dilansir dari Liputan 6, Kamis (18/3/2021).

Sejak beroperasi 23 Juli tahun lalu, Perum Perindo melalui pabrik pakannya terus memastikan agar produksi pakan ikan dan udangnya dapat bersaing di kelasnya.

Pabrik pakan Perindo memiliki mesin pakan yang mampu memproduksi 6.300 ton per bulan. Sementara bahan baku yang digunakan untuk membuat pakan ikan dan udang juga memiliki kualitas tinggi, seperti tepung ikan, tepung terigu, tepung industri, gaplek, Squid liver powder, minyak ikan, squid liver oil, minyak sawit, vitamin dan mineral.

“Untuk beberapa bahan baku pakan ikan dan udang saat ini masih ada yang impor, karena di Indonesia saat ini untuk salah satu jenis bahan baku belum tersedia yaitu Fish Oil, namun secara bertahap akan menggunakan bahan baku yang diproduksi di dalam negeri,” jelas Fatah.

  • Bagikan