Masyarakat Jatim Dilatih Buat Pakan Ikan Mandiri untuk Tekan Biaya Produksi Budidaya

  • Bagikan
Ilustrasi: pembuatan pakan mandiri

Mediatani – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) menggelar “Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan” bagi masyarakat di Jawa Timur pada Rabu (30/6/2021).

Pelatihan dilaksanakan di lima kabupaten/kota, yakni Kabupaten Madiun, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto, dan Kota Mojokerto.

Sebanyak 300 peserta dari berbagai daerah tersebut sangat antusias mengikuti pelatihan yang dilaksanakan secara blended learning, dimana pelatih berada di Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Banyuwangi, sedangkan peserta berada di lokasi masing-masing namun tetap didampingi oleh penyuluh perikanan. Cara tersebut dilakukan untuk menekan angka penyebaran Covid-19.

Terpisah, Kepala BRSDM KP, Sjarief Widjaja menjelaskan bahwa pelatihan ini merupakan tindak lanjut dari program terobosan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono dalam rangka meningkatkan produksi perikanan budidaya berbasis komoditas ekspor dan mengembangkan kampung-kampung perikanan budidaya air tawar, payau, dan laut berbasis kearifan lokal.

Namun, produktivitas usaha budidaya ini tentunya sangat ditunjang oleh ketersediaan pakan. Jika masyarakat mampu memproduksi pakan mandiri, maka ketersediaan pakan ikan dapat memenuhi target produksi budidaya.

“Di sisi lain, kita perlu menyadari bahwa sekitar 60-70% dari kebutuhan usaha budidaya dialokasikan untuk pakan. Tak bisa dielakkan, harga pakan pabrikan cukup tinggi dan membuat margin keuntungan semakin kecil. Kendati demikian, masih banyak pembudidaya yang menggantungkan usahanya dari pakan pabrikan,” ungkap Sjarief.

Oleh karena itu, masyarakat didorong untuk memprodusi pakan mandiri demi menekan biaya pakan yang dibutuhkan untuk usaha budidaya di sekitarnya.

Dalam kesempatan ini, Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) Lilly Aprilia Pregiwati mengatakan, pelatihan ini diselenggarakan sesuai dengan karakteristik wilayah dan sosial ekonomi masyarakat di Jawa Timur yang memiliki potensi bahan baku pembuatan pakan ikan melimpah.

“Kami mengajak peserta untuk mengetahui cara pembuatan pakan ikan yang ramah lingkungan serta tentunya mudah diaplikasikan oleh pembudidaya. Hal ini bermanfaat untuk menyiasati tingginya harga pakan pabrikan,” ujaknya.

Lily juga mendorong masyarakat untuk melakukan pengembangan teknologi pembuatan pakan ikan lebih lanjut. Hal itu bisa dilakukan dengan pendampingan pelatih dan penyuluh perikanan di wilayahnya.

Dengan upaya tersebut, nantinya akan muncul wirausaha penjual pakan ikan yang memanfaatkan bahan baku lokal yang lebih ekonomis. Selain itu, masyarakat juga didorong untuk mrlakukan penjualan melalui e-commerce.

Dalam pelatihan ini, peserta dibekali dengan materi penyiapan peralatan dan bahan pembuatan pakan ikan, pemilihan dan penghitungan bahan baku, pencampuran pakan, hingga pembuatan laporan hasil pembuatan pakan ikan.

Anggota Komisi IV DPR RI, Mindo Sianipar turut mengapresiasi adanya penyelenggaraan pelatihan dengan metode blended learning. Karena selain untuk mencegah penyebaran Covid-19, metode ini dinilai efisien untuk menekan biaya operasional ketimbang harus mengadirkan ratusan peserta dari berbagai wilayah.

Mindo mengajak seluruh peserta untuk memanfaatkan kesempatan ini guna meningkatkan usaha budidaya air tawar di Jawa Timur. Menurutnya, keuntungan usaha budidaya lele tidak lebih dari 15% jika masih bergantung terhadap pakan pabrikan.

“Saya mendorong pelatih dan penyuluh perikanan untuk memastikan komposisi bahan baku pakan dapat disubstitusi dengan ketersediaan di masing-masing kota. Jika tidak ada bungkil kedelai atau bonggol jagung, dapat memanfaatkan bahan baku lainnya seperti dedak halus,” harap Mindo.

Lebih lanjut Mindo mengusulkan agar pakan ikan memanfaatkan azolla karena mengandung tinggi protein dan ekonomis karena banyak tersedia di alam. Sebagai informasi, azolla mengandung kadar protein tinggi antara 24-30%. Kandungan asam amino essensialnya, terutama lisin 0,42% lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrat jagung, dedak, dan beras pecah.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Jombang, Murti Cahyani mengucapkan terima kasih atas dipilihnya Kabupaten Jombang dalam kegiatan ini. Menurutnya, Jombang sangat potensial karena memiliki jumlah pembudidaya air tawar yang cukup banyak. ”Semoga pelatihan ini bisa dilaksanakan secara berkelanjutan,” ucapnya.

Pelatihan juga disambut dengan antusias oleh peserta, salah satunya Eliat Joko Samboto yang tergabung dalam Komunitas Mari Sejahterakan Petani Kabupaten Mojokerto. Dia mengaku baru mengetahui beberapa bahan baku lokal pembuat pakan.

“Semoga pelatihan ini dapat secara rutin diselenggarakan di tempat kami. Jika diberi kesempatan kami ingin belajar tentang pembuatan pakan ikan maggot. Mengingat Mojokerto memiliki potensi budidaya maggot,” tutupnya.

  • Bagikan