Mediatani – Kementerian Pertanian (kementan) saat ini mencatat selama masa pandemi Covid-19, jumlah petani, peternak, dan pekebun tumbuh 2% pada 2020.
Kemudian, berdasarkan catatan Kementerian Pertanian, tercatat ada sekitar 3 juta jumlah petani baru. Wow! Peningkatan ini pun ditengarai dengan maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di masa pandemi.
Dari situ, hal ini memungkinkan mereka yang mengalami PHK kesulitan mencari mata pencaharian di sektor lain dan akhirnya banyak dari mereka beralih ke sektor peternakan, pertanian dan perkebunan.
“Akhirnya ramai-ramai mereka alih profesi menjadi petani, pekebun, peternak. Dan keberpihakan pemerintah dalam hal ini, saya menjamin, bahwa kita semua tetap mencari jalan keluar. Apapun yang terjadi kita tetap bersama rakyat kita,” ujar Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Harvick Hasnul Qolbi, dalam keterangannya, Senin (21/6/2021), melansir dari situs Okezone.com, Selasa (22/6/2021).
Pemerintah pun terus mengajak kaum milenial untuk menggeluti dunia pertanian. Sebagaimana yang diharapkan oleh Presiden Joko Widodo. Di mana menjamin income dari petani itu sendiri.
Selain itu, ada pula upaya-upaya dalam melakukan promosi bidang pertanian. Misalnya, mempromosikan bahwa menjadi petani itu keren dan modern, sehingga muncul petani-petani yang berdasi, koperasi yang bisa membentuk korporasi, dan sebagainya.
“Itu semua akan terjamin tentu jika semua sektor yang menunjang pertanian itu bisa kita atasi, mereka trust soal pengadaan pupuk, penyuluhan, modernisasi alat mesin pertanian, dan lain-lain,” kata dia.
Di sisi lain, Wamentan juga menuturkan bahwa Indonesia diminta menjadi dewan pangan dunia. Hal ini pun menjadi kado istimewa di mana Presiden Jokowi sedang merayakan hari ulang tahun ke-60 pada hari ini
Menurut dia, penobatan itu merupakan hasil kerja keras para kelompok petani, pekebun, dan peternak di Indonesia selama ini.
“Sektor pangan dan pertanian ini menyumbang 16,4% dari APBN, tapi utamanya itu karena hasil kerja keras kita, para petani, pekebun, peternak,” kata Harvick.
Kabar Gembira! Ekspor Pertanian Januari-Mei 2021 Naik 13,39 Persen
Selain meningkatnya jumlah profesi petani, Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya juga menunjukkan nilai ekspor hasil pertanian selama Bulan Januari hingga Mei 2021 mengalami kenaikan yang tinggi, yaitu sebesar 13,39 persen.
Adanya kenaikan tersebut terjadi karena subsektor tanaman obat, sarang burung walet dan produk olahan lainya seperti rempah dan kopi mengalami kenaikan permintaan.
Dengan hasil yang didapatkan, maka sektor pertanian secara kumulatif menyumbang kenaikan tinggi terhadap industri pengolahan, yaitu sebesar 30,53 persen.
“Jika dilihat dari pergerakan di atas, maka kita bisa melihat bahwa performa ekspor indonesia berdasarkan subsektor sangat menggembirakan. tentunya kita berharap ke depan performa ekspor kita akan semakin bagus lagi,” ujar Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto.
Melansir dari Tempo, hal ini disampaikannya dalam siaran pers yang digelar virtual, Selasa, 15 Juni 2021.
Adapun nilai ekspor nonmigas secara keseluruhan yang dihitung pada Bulan Mei 2021 mencapai 94,36 persen.
Begitu pula dengan ekspor pertanian yang dihitung secara tahunan (YonY) mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen, dimana yang menjadi penyumbang terbesar dari ekspor tersebut adalah tanaman obat aromatik dan rempah.
“Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Mei 2021 mencapai US$83,99 miliar atau naik 30,58 persen dibanding periode yang sama tahun 2020, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$79,44 miliar atau naik 30,31 persen,” ungkap Suhariyanto.
Kabar baik ini bukan hanya berpengaruh terhadap pendapatan negara, tapi juga bagi para buruh tani.
Hal ini dapat dilihat dari upah nominal harian buruh tani nasional pada Mei 2021 yang juga mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen jika dibanding upah buruh tani pada April 2021 lalu.
Sehingga upah yang dulunya sebesar Rp56.629,00 saat ini menjadi Rp 56.710,00 per hari. Sementara upah riil buruh tani mengalami penurunan sebesar 0,07 persen…baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)