Mediatani – Mandarin fish atau ikan mandarin sudah dikenal sebagai salah satu penghuni lautan yang sangat mempesona karena keindahan warnanya. Ikan dengan nama latin Synchiropus splendidus ini memiliki bentuk tubuh yang mungil namun bercorak cerah dan berwarna warni.
Ikan yang termasuk dalam familia dragonet ini juga memiliki tubuh memanjang dan sirip punggung. Ikan mungil ini hanya memiliki panjang tubuh sekitar 6 cm saja.
Pada tubuh ikan mandarin juga terdapat garis-garis warna hijau, jingga, dan kuning, dengan warna biru mendominasi sekujur tubuhnya. Ikan mandarin bertahan hidup dengan memakan krustacea kecil dan beberapa hewan invertebrata lainnya.
Di dasar laut, ikan ini kerap ditemukan hidup di antara susunan terumbu karang. Di celah-celah karang itu, ikan mandarin sibuk untuk mencari makan sambil berlindung dari ikan besar pemangsanya. Ikan yang juga dijadikan ikon pariwisata internasional ini juga akan keluar dari celah karang untuk mencari makan saat di pagi dan malam hari.
Ikan mandarin juga biasa disebut mirip dengan western dragonet. Meski demikian, keduanya memiliki perbedaan yang menonjol pada motif batik di tubuh mereka.
Corak pada tubuh western atau picture dragonet berbentuk bulat, sedangkan ikan mandarin memiliki corak garis. Namun keduanya sama-sama bersifat teritorial yang cukup aktif.
Ikan mandarin tidak akan membiarkan ikan jenis apa pun, yang seukuran, akan masuk ke dalam wilayah karang yang ditempatinya. Jika ikan lain berusaha masuk, maka ikan mandarin jantan akan terus menyerang ikan pendatang tersebut hingga pergi.
Sama halnya ketika mencari makan, ikan mandarin juga akan melakukan perkawinan pada pagi dan sore hari saja, walaupun dalam beberapa temuan sering dilakukan pada sore hari. Uniknya proses perkawinannya ikan ini membuat para pehobi foto bawah laut menjadikannya salah satu obyek primadona.
Selain itu, karena warnanya yang menarik, ikan mandarin menjadi incaran banyak para pehobi ikan hias. Karena itu pemerintah di balai budidaya air laut di Ambon, Maluku, berupaya untuk membudidayakan ikan mandarin agar tidak punah karena penangkapan yang berlebihan.
Diincar pehobi ikan hias
CEO Nemaz Aquatic Agus Putra mengatakan bahwa ikan mandarin memiliki corak oriental Tionghoa. Menurutnya, warna ikan mandari cerah dan mampu berenang dengan baik, harganya akan lebih mahal.
Umumnya, ikan mandarin yang banyak diburu adalah ikan yang memiliki kombinasi warna lebih dari tiga jenis. Warna identik ikan mandari adalah oranye, hijau, hitam, dan putih. Warna tersebut biasanya akan semakin pekat saat ikan mencapai usia dewasa di atas 1–2 tahun.
Agus mengaku saat ini telah memiliki koleksi ikan mandarin yang masih berupa bibit atau berusia sekitar 6 bulan. Ikan itu didapatkan dari perairan Banyuwangi dan Bali yang diketahui masih memiliki ekosistem yang relatif baik.
’’Di perairan Jakarta, sudah tidak ada karena limbahnya parah,’’ tuturnya.
Meski masih berusia bibit, Agus bisa membanderol ikan tersebut dengan kisaran harga Rp 200 ribu–Rp 300 ribu per ekor, bergantung dari kualitas warnanya. Meski tidak sepopuler ikan dori, mandarin masih memiliki pangsa pasarnya sendiri.
Meski demikian, pasar ikan mandari tidak begitu besar lantaran termasuk dalam kategori yang sulit dipelihara. Karena ukurannya yang kecil, makanan yang dikonsumsi ikan ini sangat terbatas karena bukaan mulutnya yang sangat kecil.
Agus biasa memberikan pakan berupa copepod ataupun plankton. Pasalnya, ikan mandari umumnya tidak mau memakan pakan berupa pelet. Imbasnya, para hobbies harus berusaha ekstra untuk memenuhi kebutuhan makanan ikan hias ini.
Para pehobi ikan ini yang tidak mau repot juga bisa membeli plankton hidup yang dijual di toko khusus dengan harga yang relatif mahal. Namun, kebanyakan para penikmat aquatic ini biasanya akan melakukan budidaya plankton.
’’Untuk budidaya kami, bibit zoo plankton cuma dimasukkan di akuarium kecil atau ember. Nanti 3–5 hari, mereka akan bertelur,” ungkap Agus.
Untuk perawatannya, Agus mengatakan bergantung dari desain akuarium. Jika dilengkapi dengan koral atau life rock, perlu dilakukan perawatan ekstra guna menyesuaikan kondisi koral.
Sedangkan, jika akuarium hanya diisi dengan ikan, akan jauh lebih mudah untuk perwatannya. Sebab, air dalam akuarim sudah tidak memerlukan Ca (kalsium), KH (carbonate hardness), dan Mg (magnesium). Namun, nitrat dan fosfat harus dijaga agar rendah serta rutin melakukan pergantian air.
Untuk memaksimalkan usia ikan, Agus menyarankan agar akuarium dilengkapi dengan beberapa sump filter yang dapat menghasilkan dua bakteri baik, yakni bakteri nitrifikasi dan bakteri denitrifikasi. Kedua bakteri tersebut dapat menetralisir kotoran ikan.