Mediatani – Ikan introduksi yang kerap dianggap sebagai ikan lokal ternyata berpotensi menjadi ikan invasif yang dapat mengganggu ekosistem perairan. Ikan introduksi yang dimaksud, diantaranya adalah ikan mujair, lele dumbo, mas, bawal air tawar, dan ikan nila.
Ikan introduksi yang berkembangbiak di luar habitat aslinya ini disebabkan karena adanya campur tangan manusia baik disengaja maupun tidak. Banyaknya ikan introduksi dalam suatu perairan mengakibatkan terjadinya persaingan memperebutkan sumber daya seperti nutrisi, cahaya, ruang, air, dan sebagainya, sehingga memungkinkan spesies lokal menjadi tersingkir.
Dilansir dari Kumparan, Jumat, (26/2), pakar herpetologi sekaligus Kepala Museum Biologi UGM, Donan Satria Yudha mengatakan bahwa situasi ini semakin mengkhawatirkan dengan banyaknya kasus penebaran benih ikan-ikan asing ke perairan Indonesia karena ketidaktahuan.
Bahkan, kata Donan, tidak jarang hal tersebut dilakukan oleh instansi-instansi resmi seperti pemerintahan yang melepas ikan asing ke sungai sebagai bagian dari program pelestarian lingkungan dalam mengembalikan ekosistem sungai atau untuk program ekonomi warga.
Semakin lama ikan-ikan asing tersebut semakin dekat dengan masyarakat karena dapat dikonsumsi dan bernilai ekonomi tinggi, hingga akhirnya ikan asing tersebut dianggap sebagai ikan lokal. Imbasnya, tidak sedikit ikan-ikan lokal asli perairan Indonesia semakin terancam bahkan sudah hilang dari habitat perairannya karena kalah dalam kompetisi.
“Kita bisa lihat, misalnya ikan nila sudah tersebar di hampir semua perairan di Indonesia, sedangkan ikan-ikan lokal justru semakin sedikit populasinya,” tuturnya.
Terlebih, dibanding ikan lokal, kebanyak ikan-ikan asing ini memiliki kemampuan berkembangbiak yang cepat serta lebih tahan terhadap kondisi perairan yang ekstrem, sehingga membuat mereka akhirnya menginvasi habitat asli ikan-ikan lokal.
Setiap daerah di Indonesia, biasanya memiliki Ikan-ikan lokal yang khas dan beraneka ragam di perairannya. Seperti di Jogja, beberapa yang termasuk ikan local, diantaranya adalah ikan kepek, wader, melem, cakul, beles, dan sepat.
Lebih banyak lagi di Merauke, Papua, spesies ikan asli yang ada di daerah ini di antaranya, arwana, kekap putih, sembilang kuning, sembilang hitam, sembilang merah, kakap batu loreng, sumpit, mata bulan, tulang, dan julung. Sedangkan, ikan nila masalah utama di perairan Merauke.
Asal ikan-ikan asing
Ikan nila yang banyak disajikan di hampir semua warung makan di Indonesia ternyata bukan ikan asli perairan Indonesia. Dalam jurnal ilmiah yang dibuat oleh M. Yusuf Arifin dari Universitas Batanghari Jambi pada 2016, menyebutkan bahwa ikan jenis Tilapia ini berasal dari perairan yang ada di lembah sungai Nil Afrika.
Ikan nila awalnya dibawa masuk ke Indonesia pada tahun 1969, 1990, serta 1994 yang masing-masing berasal dari Taiwan, Thailand, serta FIlipina. Sementara itu, ikan mujair yang disebut-sebut ditemukan oleh Mbah Moedjair pada 1930-an ternyata berasal dari perairan Mozambik, Afrika.
Sementara ikan lele dumbo disebut berasal dari perairan Afrika. Mengutip jurnal Estu Nugroho dan Sabara Putera dari Pusat Riset Perikanan LIPI pada 2017, ikan lele dumbo pertama kali didatangkan ke Indonesia melalui sebuah perusahaan swasta di Jakarta pada 1986.
Lele dumbo termasuk ikan yang mengalami pertumbuhan yang spektakuler karena memiliki pertumbuhan empat kali lebih cepat dibanding lele lokal. Hingga akhirnya ikan lele dumbo ini justru lebih sering ditemui di perairan Indonesia ketimbang lele lokal.
Ikan mas juga merupakan ikan asing yang kerap dianggap sebagai ikan lokal. Awalnya, ikan yang pertama kali dipelihara di Indonesia sekitar tahun 1920-an ini sebenarnya berasal dari perairan Amerika, Eropa, serta beberapa negara di Asia. Namun, sebagian besar ikan mas yang terdapat di Indonesia berasal dari China, Eropa, Taiwan, dan Jepang.
BKIPM KKP sendiri telah memasukkan ikan mas sebagai salah satu jenis ikan invasif yang mengancam ekosistem perairan Indonesia. Ikan mas ini dapat memberi dampak terhadap perairan, seperti penurunan kualitas perairan, meningkatkan kekeruhan, dan kompetisi makanan dengan jenis ikan lain dalam suatu habitat.
Catatan Wahyu Tri Handoyo, peneliti dari Loka Riset Mekanisme Pengolahan Hasil Perikanan (LR MPHP) mengungkapkan bahwa ikan introduksi yang membawa ancaman bagi ekosistem asli adalah nyata. Dia menyebutkan ada beberapa pihak yang telah meneliti tentang ancaman ikan invasif di sejumlah perairan lokal Indonesia.
Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Hadiaty yang menunjukkan bahwa kini hanya dijumpai 24 spesies saja dari 86 spesies ikan yang dulu hidup di danau-danau aliran sungai Cisadane. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di Jurnal Iktiologi Indonesia 2011.
“Artinya laju kehilangan spesiesnya mencapai 72,1 persen,” tulis Wahyu.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh Prianto dalam Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (2016), mengungkapkan bahwa khususnya di komplek Danau Malili, keberadaan ikan invasif telah menjadi permasalahan utama bagi pengelolaan perikanan perairan umum daratan.
Keberadaan ikan asing invasif telah memasuki dan mendominasi hampir seluruh perairan komplek Danau Malili. Dikatakan, ikan invasif tersebut telah mengancam keberadaan ikan endemik di perairan tersebut.