Mediatani – Ikan sarden sudah menjadi salah satu ikan yang akrab dikonsumsi oleh masyarakat, baik di Indonesia maupun di negara lain. Ikan yang biasa disebut ikan tembang ini sering kali dijual di pasar dalam keadaan segar atau dalam kemasan kalengan.
Selain sebagai penghilang lapar, ikan sarden kalengan ini mengandung omega-3 yang mampu menjaga kesehatan jantung, menurunkan lemak, dan mencegah penyumbatan darah. Namun, tak banyak yang mengatahui sejak kapan dan kenapa ikan sarden sering dikemas kalengan.
Dikutip dari buku “The Amazing Story of The Stavanger Sardine Industry” yang diterbitkan Norsk Hermetikkmuseum, ikan sarden yang diproduksi dalam kemasan kaleng pertama kali dimulai di Prancis pada tahun 1830.
Sebelum dikemas dalam kaleng atau wadah kaca, ikan sarden terlebih dahulu direbus dalam minyak zaitun. Ikan sarden yang telah dikemas kemudian dipanaskan kembali dalam panci yang terbuka.
Dikutip dari Kumparan, di beberapa negara, kisah awal mula produksi ikan sarden kalengan ternyata berbeda-beda. Sampai sekarang, ikan sarden yang dijual bahkan ada beraneka jenis.
Produsen sarden kaleng di Portugal, Spanyol, dan Prancis menjual pilchards, yakni ikan yang gemuk dan beraroma, biasanya satu kaleng berisi 3-5 ikan. Di pantai timur Amerika, sarden kaleng yang diproduksi adalah ikan haring Atlantik Utara. Sedangkan, di Norwegia, sarden yang dijual adalah Brislings, yani ikan kecil asli Laut Utara.
Produksi sarden kalengan di Prancis untuk tentara
Dikutip dari beberapa sumber, teknik pengalengan ikan pertama kali ditemukan oleh Nicolas Appert pada tahun 1810. Karena penemuan metode pengawetan makanannya itu, ia dia dianugerahi hadiah 12.000 franc dari Napoleon.
Nicolas Appert adalah lelaki asal Prancis yang memulai karirnya sebagai seorang koki profesional. Sejak dirinya menetap di Paris, dia mendirikan sebuah toko kembang gula. Dari tempat usahanya itulah ia mulai mencari cara untuk menyimpan permen dalam gula.
Dalam bukunya Pickled, Potted and Canned, Appert menjelaskan bahwa dirinya bertekad untuk menemukan cara agar makanan berhasil (awet) tanpa merusak rasa atau teksturnya.
Sementara itu, di tempat para nelayan di Prancis Utara yang tepatnya di sepanjang pantai Breton, mereka mencoba mengawetkan sarden hasil tangkapannya dengan menggorengnya, kemudian memasukkannya dalam toples tanah liat.
Joseph Colin, teman Nicolas Appert, kemudian berpikir untuk mencoba menggabungkan konsepnya dengan metode konservasi Breton yang bisa menghasilkan sarden kalengan.
Kolaborasi yang dilakukan Appert dan Colin dalam membuat sarden kaleng itu telah tersebar dengan cepat dan menjadi populer di Prancis, khususnya di kalangan tentara yang membutuhkan makanan instan dan tahan lama.
Hingga akhirnya pada tahun 1836, Colin telah memproduksi sebanyak 30.000 kaleng dalam setahun dan memiliki 30 pabrik kecil lainnya. Sarden kaleng tersebut diproduksi dengan tangan atau secara manual sebelum menjadi kemasan kokoh. Sarden juga dikemas satu per satu ke dalam kaleng dan di tutup rapat dengan solder.
Selama puluhan tahun lamanya, sarden kalengan tersebut juga telah diimpor ke Amerika Utara. Namun, karena terjadinya perang Franco-Prussia pada tahun 1870, bisnis impor menjadi terganggu sehingga menjadi peluang bagi pengusaha Amerika, termasuk Julius Wolff yang mendirikan Eagle Preserved Fish Company, perusahaan sarden kalengan pertama di Amerika.
Industri ikan sarden kalengan di Amerika Serikat
Menurut situs Bridgewater State University, Julius Wolff bersama Henry Sellman mulai menjalankan eksperimen dengan metode ‘Rusia’ dalam memproduksi ikan kaleng yang menggunakan minyak. Eksperimen tersebut dilakukan di bawah arahan perusahaan Eagle Fish di Easport, Maine.
Setahun setelahnya, mereka berhasil mendirikan sebuah pabrik pengalengan sarden pertama. Di bawah perusahaan tersebut terdapat 18 anak pabrik yang beroperasi di bidang yang sama. Mulai saat itu, bisnis sarden kalengan mulai berkembang dan pada awal 1880-an, telah ditiru oleh puluhan pabrik yang muncul di daerah Maine.
Sarden menjadi makanan kalengan yang populer
Selain menjadi makanan praktis bagi jutaan tentara dalam perang dunia, sarden juga menjadi populer sebagai bahan pangan yang banyak diperjualbelikan di wilayah pasifik dan memunculkan banyak industri serupa.
Pada abad ke-20, sarden kalengan telah menjadi sumber penghasilan bagi ribuan orang dan para nelayan. California merupakan salah satu negara bagian yang memiliki industri perikanan sarden yang terbesar. Pada tahun 1936 hingga 1937, nelayan mampu menangkap 726.000 ton ikan sarden.
Namun, karena populasi ikan sarden tiba-tiba mengalami penurunan, industri pengalengan ikan pun banyak yang runtuh pada awal tahun 1950-an, seperti dikutip dari LA Times.
Mengatasi kondisi tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan moratorium dan memberlakukan pembatasan penangkapan ikan sarden pada tahun 1967 hingga 1986. Hal tersebut dilakukan agar ikan ini dapat kembali diperjualbelikan.
Meskipun tidak sebanyak dulu, produk ikan sarden kalengan akhirnya dapat kembali favorit. Hingga saat ini, produk yang awalnya hanya menjadi makanan praktis para tentara ini telah berubah menjadi bahan pangan praktis lezat yang dikonsumsi masyarakat dunia.