Ilmuwan Sebut Cumi-cumi Vampir Masih Hidup, Fosilnya Ditemukan di Hungaria

  • Bagikan
Ilustrasi: cumi-cumi vampir

Mediatani – Fosil cumi-cumi vampire kembali ditemukan setelah dikabarkan hilang dari Museum Sejarah Hungaria. Fosil cumi-cumi vampir yang diperkirakan telah berusia sekitar 30 juta tahun itu kembali terpajang di museum tersebut.

Dilansir dari Kumparan, hal itu membuat ilmuwan beranggapan bahwa nenek moyang cumi-cumi vampir masih hidup sampai sekarang. Menurutnya, cumi-cumi tersebut bersembunyi pada lautan dalam dan gelap yang kurang oksigen.

Anggapan itu muncul setelah ahli paleontologi, Martin Kostak, melakukan penelitian untuk menyingkap misteri perkembangan cumi-cumi vampir telah ditemukan sejak 120 tahun lalu. Kostak bersama rekannya menemukan sebuah fosil yang telah lama hilang saat mencari nenek moyang fosil cumi-cumi.

Meski demikian, peneliti masih tidak yakin bagaimana cumi-cumi yang bernama Latin vampyroteuthis infernalis tersebut bisa bertahan hidup dan berkembang di lautan yang minim oksigen.

Fosil yang dianggap nenek moyang cumi-cumi itu awalnya ditemukan oleh ahli paleontologi Hungaria, Miklos Kretzoi, pada tahun 1942. Ia melakukan identifikasi pada cumi-cumi yang berusia 30 juta tahun tersebut dan menamakannya necroteuthis hungarica.

Kostak menjelaskan bahwa penemuan ini adalah hal yang luar biasa karena sebelumnya fosil ini dikabarkan telah hilang atau musnah.

Kostak dan rekannya pun meneliti fosil tersebut dengan menggunakan pemindaian mikroskop elektron dan melakukan pemeriksaan geokimia. Alhasil, dia membenarkan identifikasi yang dilakukan oleh Kretzoi bahwa fosil ini adalah nenek moyang cumi-cumi.

Diketahui, gladius atau cangkang bagian dalam hewan itu membentuk tulang punggungnya dengan panjang hampir 6 inci. Selain itu, juga diketahui panjang cumi-cumi itu sekitar 13,7 inci termasuk dengan panjang lengan.Ukuran itu sedikit lebih besar dibanding cumi-cumi vampir modern yang memiliki panjang sekitar 11 inci atau sekitar 28 cm.

Para peneliti juga menganalisis tingkat variasi karbon dalam sedimen dan menemukan bahwa sedimen kemungkinan berasal dari lingkungan yang anoksik atau rendah oksigen. Kondisi tersebut merupakan ciri dasar dari sebuah laut dalam.

Dengan melihat lapisan batuan di atas tempat fosil disimpan di luar Budapest, para peneliti juga dapat menunjukkan bahwa cumi-cumi mungkin tidak dapat bertahan di laut yang lebih dangkal pada saat itu.

Sebuah penelitian baru yang dirilis dalam jurnal Biology Communications, mencoba mengungkapkan bagaimana nenek moyang cumi-cumi vampir berusaha bertahan hidup di tempat yang tidak bisa ditinggali oleh spesies cumi-cumi lainnya.

Peneliti dari Monterey Bay Research Institute (MBRI) menemukan bahwa saat cumi-cumi bersembunyi di laut dalam, mereka tidak berperilaku seperti predator. Sebaliknya, mereka hanya pasif atau menunggu di habitat gelapnya untuk serpihan bahan organik yang beterbangan. Kemudian, cumi-cumi menangkapnya dengan pengisap yang tertutup lendir.

Berdasarkan catatan fosil hewan yang hidup di wilayah yang lebih dalam, fosil tertua dari kelompok cumi-cumi ini kemungkinan besar berasal dari periode Jurassic atau sekitar 174 juta atau 201 juta tahun yang lalu.

“Perbedaan utama adalah bahwa kondisi kekurangan oksigen ini terjadi di lingkungan air yang dangkal. Ini berarti nenek moyang cumi-cumi adalah penghuni lingkungan perairan dangkal, tetapi mereka sudah beradaptasi dengan kondisi oksigen rendah,”katanya.

Menurutnya, cumi-cumi tersebut kemungkinan telah berpindah ke laut yang lebih dalam pada saat ini. Hal itu disebabkan karena pengalaman mereka dengan kondisi anoksik di Jurassic. Kemampuan seperti itu menjelaskan mengapa cumi-cumi selamat dari krisis yang membunuh dinosaurus nonavian di akhir periode Cretaceous.

“Cumi-cumi yang hidup dalam dari 30 juta tahun lalu membantu menghubungkan sejarah baru-baru ini dengan masa lalu yang dalam,” kata Kostak.

  • Bagikan