Impor Jadi Opsi Stabilkan Harga Daging Sapi di Pasaran

  • Bagikan
ILUSTRASI. daging sapi australia/ist

Mediatani – Daging sapi kini menjadi polemik dan perbincangan hangat tanah air. Diawali naiknya harga hingga mogoknya jualan oleh para pedagang terkhusus di kawasan Jabodetabek.

Dikutip dari Kompas.com, Minggu (24/1/2021) yang melansir dari Antara, dengan tanggal yang sama, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag Syailendra, mengungkapkan kenaikan harga daging sapi dalam negeri itu karena dipengaruhi oleh kenaikan harga daging sapi di salah satu negara pengekspor daging sapi ke Indonesia, yakni Australia.

“Di Australia, mereka ada seperti regenerasi populasi sapi jadi mereka agak sedikit menahan. Bukan menghentikan ekspor. Oleh karena itu, memang gejala supply demand ini agak berubah. Kalau suplainya agak tertahan, harganya pun akan naik,” kata Syailendra.

Namun, dia melanjutkan bahwa  Pemerintah Indonesia tidak tinggal diam. Pihaknya pun mencari alternatif sumber daging sapi bakalan lainnya dari negara lain, seperti impor daging dari India, Brazil, sampai sapi dari Meksiko.

“Ini yang sedang kami jajaki ke depan. Bukan hanya dalam jangka pendek, tapi juga dalam rangka mengisi stok Ramadhan dan Idul Fitri,” jelas dia.

Kementerian Perdagangan pun memastikan bahwa stok daging sapi terutama di pasar-pasar Jabodetabek agar kembali berangsur normal.

Hal itu usai dilakukan pertemuan antar asosiasi pedagang daging sapi dengan asosiasi importir dan perusahaan feedloter.

Sementara itu, Istana Kepresidenan melalui Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko juga turun tangan mencari solusi menstabilkan harga daging sapi.

Hal tersebut dilakukan dengan mempertemukan secara langsung Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) dan Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) untuk merespons kenaikan harga daging sapi ini.

“Melalui pertemuan ini, saya berharap ada solusi agar harga daging sapi tidak terus naik. Apalagi jadi masalah baru dan beban masyarakat di tengah penanganan Covid-19 dan berbagai bencana yang ada,” kata Moeldoko di Gedung Bina Graha Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat lalu.

Pertemuan yang pula dihadiri perwakilan Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Bulog, hingga PT Berdikari itu, ialah upaya Pemerintah untuk mendapat solusi terkait adanya isu kenaikan harga daging sapi, hingga kesiapan stok menjelang hari raya Idul Fitri mendatang.

Moeldoko menjelaskan, para pihak yang hadir pada pertemuan itu pun menyusun kembali perhitungan stok daging yang ada.

Melalui langkah tersebut, ujar dia, setiap pihak diharapkan mampu memetakan persiapan untuk menetapkan harga daging dan memutuskan kebijakan impor daging maupun impor sapi dari beberapa negara.

Adapun mengenai isu kenaikan harga daging yang sedang ramai belakangan ini, dirinya sudah mendapat informasinya bahwa hal itu telah dikendalikan oleh Gapuspindo dan APDI yang difasilitasi Kemendag.

“Olehnya itu, jangan sampai lagi ada konsumen merasa harga masih tinggi. Gapuspindo sebagai pihak hulu sudah menurunkan harga, jangan sampai APDI tetap menaikkan harga ke konsumen,” kata dia menekankan.

Ketua APDI Asnawi juga menyambut positif opsi jalan tengah disepakati bersama Gapuspindo.

Bahkan, Asnawi menuturkan, sejak terjadinya kesepakatan itu, APDI sudah meminta seluruh pedagang daging agar melanjutkan kegiatannya dan menghentikan aksi mogok.

“Sekarang, para pedagang sudah bisa menjual daging sapi dengan harga terendah Rp 105.000 per kilogram dari sebelumnya yang bisa di atas Rp 120.000 per kilogram,” tutur Asnawi.

Sedangkan, Ketua Dewan Gapuspindo Didiek Purwanto mengungkapkan, pihaknya memang telah menaikkan harga daging seiring dengan naiknya harga sapi impor dari Australia.

Didiek melanjutkan bahwa sejak harga sapi impor Australia menyentuh level terendah 2,5 dolar AS per kilogram hidup, terjadi peningkatan harga sampai 3,8 dolar AS per kilogram atau setara Rp 55.460 per kilogram pada akhir Desember 2020 lalu.

“Maka, sebagian anggota kami sudah tidak bisa lagi melakukan impor dari Australia dan itu membuat adanya lonjakan harga setelah pada 2019-2020 tidak ada lonjakan harga. Kami berharap, ke depannya ada alternatif negara yang bisa impor sapi di tengah kondisi impor dari Australia,” ungkap Didiek.

Di lain sisi, perwakilan Bulog dan Berdikari mengatakan kesiapannya agar memenuhi stok kebutuhan daging sapi jelang hari raya Idul Fitri mendatang. Catatannya, ialah proses perizinan impor dari negara di luar Australia bisa dipercepat. (*)

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version