Mediatani – Indonesia merupakan negara yang identik dengan beras sebagai makanan utama penduduknya. Untung saja Indonesia memiliki tanah subur yang bahkan mampu membuatnya menjadi negara penghasil beras terbesar ketiga di dunia.
Tak hanya jumlahnya yang banyak, ternyata Indonesia pernah tercatat memiliki lebih dari 7.000 jenis padi. Sayangnya hal itu hanya terjadi puluhan tahun yang lalu, kini jenis tanaman padi di Indonesia mulai berkurang.
Helianti Hilman dari Javara menegaskan sebelum tahun 60-an, Indonesia pernah punya lebih dari 7.000 jenis tanaman padi penghasil beras. Namun itu dengan ekologi dan geografi yang berbeda.
“Keberagaman beras ini bukan hanya dari sisi warna, nutrisi, rasa dan tekstur tapi juga dari lingkungan tumbuh,” jelas wanita yang akrab disapa Helianti ini.
Helianti mengatakan ribuan jenis padi tersebut tidak hanya tumbuh di sawah dan ladang. Dahulu tanaman padi bisa tumbuh subur di beragam tempat seperti pesisir pantai, permukaan danau, rawa hingga di bawah naungan pohon rimbun.
Di pesisir pantai di Aceh, Helianti pernah melihat tanaman padi hidup dan tahan terhadap air laut. Namun ia menduga jenis padi tersebut telah punah akibat tragedi tsunami yang telah merusak daerah pesisir Aceh.
“Padi pantai yang di Aceh, feeling saya hilang setelah tsunami karena terakhir saya ke sana sudah nggak ada,” kata Helianti yang berkantor di Javara di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Selain itu, di Kalimantan ada padi rawa pasang surut. Disebut demikian karena tanaman padi ini batang padinya akan meninggi jika air sedang pasang, sedangkan jika surut, padi tersebut akan turun kembali.
Untuk di Pulau Jawa, Helianti pernah bertemu petani yang membudidayakan jenis padi yang tumbuh di bawah naungan pohon. Padahal selama ini yang banyak diketahui adalah padi yang tumbuh dengan paparan sinar matahari langsung.
Kemudian di Sembalun, Lombok, di sini ada padi danau yang tumbuh di atas air dengan bantuan rakit. Helianti menyebut padi ini mirip dengan konsep tanaman hidroponik yang belakangan ini sedang gencar dilakukan.
Belum selesai sampai di situ, Helianti juga menemukan padi yang tumbuh di sungai. Padi ini tumbuh di Tobelo, Halmahera Utara. Sementara di Papua ada padi yang bentuknya mirip ilalang.
Sayangnya sejak revolusi hijau di zaman orde baru, jenis padi langka ini harus tersingkirkan. Kini, ribuan padi langka tersebut sudah sangat sulit ditemukan dan bahkan punah di Indonesia.
“Pertanian orde baru ingin menggenjot swasembada pangan. Justru padi-padi ini dipinggirkan karena dianggap tidak produktif dan lama. Petani diminta menanam jenis padi baru,” ujar Helianti.
Produk Javara
Namun beberapa petani di desa masih menanam beberapa jenis padi langka meskipun hasilnya tidak banyak. Lewat Javara, Helianti berhasil mengumpulkan dan memasarkan sekitar 40 jenis beras dari padi yang berbeda. Ia punya beragam koleksi beras daerah seperti andel abang, cempo hitam, saudah hingga menthik wangi.
Javara sendiri adalah perusahaan yang sangat mengunggulkan produk pangan yang ditanam secara organik oleh petani Indonesia. Untuk tiap produk, Javara mengemasnya secara eksklusif dan menonjolkan sisi kearifan budaya Indonesia yang kental.
Berbeda dengan kemasan beras pada umumnya, Javara mencantumkan kisah proses pembuatan produknya yang sehat dan diproduksi oleh petani yang ada di daerah terpencil Indonesia.