Mediatani – Orong-orong (Gryllotalpidae) atau yang juga dikenal dengan anjing tanah adalah hewan karnivora, namun juga dikenal dengan pemakan segalanya, baik larva serangga lain, cacing maupun rumput dan akar tanaman.
Hewan ini sendiri dikenal sebagai musuh bagi para petani, khususnya tanaman padi. Gejala serangan hama orong-orong yaitu, adanya lubang berukuran 2 – 3 cm, pada area tanaman. Akar tanaman akan habis dimakan oleh hama ini. Tanaman juga akan menjadi layu, menguning dan bahkan mati mendadak.
Selain akar, orong-orong juga menyerang batang muda. Gejala yang ditimbulkan yaitu, batang akar bergerigi dan lama-kelamaan akan berlubang yang membuat tanaman menjadi mati.
Serangan hama tersebut bisa Anda atasi dengan 5 cara. Dilansir dari distanbun.ntbprov.go.id, berikut 5 cara membasmi hama orong-orong.
1. Cara Pengendalian Hama Orong-Orong pada Lahan Sawah
Pada lahan sawah dilakukan pencegahan dengan membuat lahan menjadi rata. Ini dilakukan agar air dapat menggenangi lahan secara merata sehingga dapat menekankan perkembangan dan mengurangi risiko hama serta kerusakan tanaman padi.
Sebelum penanaman padi dilakukan, sebaiknya lahan digenangi selama 5 – 7 hari agar dapat menekankan populasi dan penyebaran hama orong-orong.
2. Pengendalian Hama Orong-Orong Secara Mekanik
Cara kedua yaitu pengendalian secara mekanik. Cara pengendalian ini dapat dilakukan dengan menangkap dan membunuh hama orong-orong. Cara ini dilakukan pada saat melakukan pengolahan lahan atau sebelum melakukan penanaman tanaman padi.
3. Menggunakan Bahan Alami dan Insektisida
Cara pengedalian selanjutnya yaitu dengan menggunkan bahan alami dan insektisida. Pengendalian hama orong-orong secara alami dapat dilakukan dengan menggunakan sekam padi sebagai umpan.
Cara ini dilakukan dengan mencampurkan sekam dan insektisida, kemudian diletakkan di lokasi lahan. Cara ini terbilang aman dan ramah lingkungan meskipun menggunakan insektisida kimia.
4. Menggunakan Pestisida Nabati
Cara selanjutnya yaitu dengan menggunakan pestisida nabati. Adapun bahan dan alat yang digunakan untuk membuat pestisida ini yaitu; kulit jengkol 2 kg, tembakau 5 ons, akar tuba 5 ons, wadah (panci, jerigen, atau ember), blender atau alat menumbuk, kain saringan, dan air 6 liter.
Sedangkan cara membuatnya sendiri yaitu, kulit jengkol dihaluskan dengan cara dicincang dan diblender. Setelah itu dimasukkan ke wadah panci dan tambahkan air sebanyak 2 liter, lalu panaskan sampai mendidih sambil diaduk. Setelah itu dinginkan, kemudian peras dan saring.
Tembakau juga dipanaskan dengan 2 liter air atau direndam di dalam air mendidih, setelah didinginkan kemudian diperas dan disaring. Lakukan hal yang sama pada akar tuba.
Setelah semua larutan bahan disaring, campurkan ketiga larutan tersebut menjadi satu dan simpan di dalam ember atau jerigen.
Untuk pengaplikasiannya dilakukan dengan cara menyemprotkan pada bagian pangkal tanaman dan dilakukan pada sore hari.
5. Menggunakan Insektisida Kimia
Cara pengendalian yang terakhir yaitu dengan menggunakan insektisida kimia. Cara ini dilakukan dengan menggunakan insektisida di antaranya Insektidia Rizotin 100EC 100ML, Matador Insektisida cair 50 ml, Matador 25EC 80Ml, Furadan 3 gr, Regent 0,3 GR, ZPT Regent 50SC 100ML, dan lain-lain.
Untuk pengaplikasiannya dilakukan dengan cara disemprot dengan dosis yang dianjurkan.