Inovasi, Kotoran Ternak Digoreng lalu Dimanfaatkan untuk Kesuburan Tanah

  • Bagikan
Pemanfaatan limbah ternak untuk menyuburkan tanah/via tribun-bali/ist

Mediatani – Pemanfaatan kotoran ternak dengan cara sangrai atau digoreng kini menjadi solusi dalam pengelolaan limbah peternakan, khususnya ternak sapi sebagai upaya menjaga kesuburan tanah.

Limbah kotoran ternak salah satunya dapat disangrai menjadi biochar.

Biochar sendiri merupakan bahan padat kaya karbon hasil konversi dari limbah organik melalui pembakaran tidak sempurna atau suplai oksigen terbatas.

Teknologi ini pun ternyata diperkenalkan oleh Tim Pengabdian masyarakat, Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa yang dikoordinir oleh Dr. Ir.Yohanes Parlindungan Situmeang, M.Si kepada Kelompok Ternak Satwa Winangun, Desa Tangkas, Kabupaten Klungkung pada Minggu 27 Juni 2021, kemarin.

Yohanes mengatakan, biochar merupakan arang hayati kaya karbon dengan karakteristik, sifat fisik yang berpori. Nah, jika diaplikasikan ke tanah maka dapat meretensi hara dan air, meningkatkan kehidupan mikroba dalam tanah.

Secara keseluruhan, lanjut dia akan memperbaiki kesuburan tanah. Limbah kotoran ternak dapat diubah menjadi biochar yang dapat digunakan sebagai pembenah tanah-tanah pertanian yang miskin unsur hara.

“Biochar dapat menjaga keseimbangan C dan N dalam tanah untuk jangka waktu yang panjang, menambahkan pembenah tanah biochar juga dapat meningkatkan jerapan N, P dan K, serta meningkatkan KTK dan pH tanah” kata Yohanes didampingi anggota tim Dr. Ir. I Dewa Nyoman Sudita, M.P, sebagaimana dilansir, Senin (28/6/2021) dari laman tribun-bali.com.

Menurut dia, pemberian biochar ke tanah berpotensi meningkatkan kadar karbon tanah, pun memperbaiki kesuburan tanah dan memulihkan kualitas tanah yang telah terdegradasi.

Biochar juga meningkatkan kualitas dan kuantitas air, serta mampu meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman.

Pemberian biochar sebagai pembenah tanah dapat meningkatkan ketersediaan kalium, fosfor, nitrogen, kapasitas tukar kation, dan hasil tanaman serta  dapat mengurangi resiko pencucian hara khususnya kalium dan nitrogen.

Adanya pori, luas permukaan dan daya serap alami biochar yang tinggi terhadap hara dan air serta kemampuan biochar untuk bertindak sebagai media untuk mikroorganisme diidentifikasi sebagai alasan utama biochar dalam memperbaiki sifat fisik tanah.

Dalam kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) itu, diperkenalkan pula proses pembuatan biochar dengan teknologi pembakaran biomasa limbah ternak menggunakan alat pembakar mesin molen sangria.

Apalagi, transfer teknologi pembuatan pupuk biochar dari kotoran  ternak belum pernah dilakukan di Kelompok Ternak Satwa Winangun.

Yohanes menuturkan, transfer teknologi bertujuan meningkatkan pemahaman dan ketrampilan mitra untuk berinovasi mengubah limbah ternak menjadi biochar yang bermanfaat untuk memperbaiki kesuburan tanah dan hasil tanaman.

Integrasi usaha ternak sebagai penghasil daging dan hasil samping limbah kotoran ternak yang diolah menjadi pupuk biochar plus yang siap dipasarkan, diharapkan meningkatkan nilai tambah dan pendapatan peternak.

“Penerapan ipteks dalam pengelolaan dan pemanfaatan limbah kotoran sapi yang diolah menjadi pupuk biochar plus dengan metoda yang ditetapkan untuk mencapai pengelolaan ternak sapi dan limbahnya yang terintegrasi dengan baik” papar pria kelahiran Jambi, 1963 ini.

Dia yang juga menjabat Sekretaris Prodi Magister Sains Pertanian, Universitas Warmadewa, menambahkan, memperhatikan manfaat dan potensi bahan baku biochar yang sangat melimpah, maka prospek pengembangan biochar sangat baik ke depannya.

Integrasi usaha ternak dan pengolahan limbah diharap meningkatkan nilai tambah dan pendapatan peternak.

Ketua Kelompok Ternak Satwa Winangun I Nengah Sudarma berharap teknologi yang diperkenalkan dapat diadopsi secara optimal.

Pengelolaan limbah ternak yang optimal nantinya juga dapat berdampak positif  bagi anggota kelompok ternak dan masyarakat sekitarnya.

“Kami berharap nantinya mampu mengolah limbah ternak ini menjadi bahan yang lebih berguna seperti biochar. Bukan hanya kotoran ternaknya saja, tetapi juga sisa pakan ternak, sehingga mampu mewujudkan peternakan yang berkelanjutan” kata Sudarma.

Dalam pengabdian masyarakat itu, juga dilakukan serah terima mesin sangrai pembuat biochar oleh Dr. Ir. Yohanes Parlindungan Situmeang, M.Si kepada Ketua Kelompok Ternak Satwa Winangun, I Nengah Sudarma.

Kelompok Ternak Satwa Winangun adalah Kelompok Tani Ternak yang bergerak di pengolahan pupuk organik dan usaha pembibitan sapi Bali.

Jumlah anggota kelompok tani ini adalah sebanyak 25 orang. (*)

  • Bagikan