Inspiratif! PNS Iya Peternak Iya, Dimas Hasilkan Puluhan Juta Perbulan dari Beternak Anggungan

  • Bagikan
Dimas peternak burung/via Puter Pelung Blitar/IST

Mediatani – Semuanya berawal dari hobi. Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) bernama Dimas Nugroho sukses berternak burung Anggungan jenis Puter Pelung Trah Juara. Sukses beternak, sukses menjadi PNS.

PNS di Bagian Umum Sekretariat Daerah (Setda) Kota Blitar ini mengaku menghasilkan omzet puluhan juta tiap bulannya dari menangkar burung klangenan itu.

“Sejak dulu saya hobi ternak, khususnya burung. Saya pernah ternak burung Ocehan, tapi gagal. Sekarang beralih ke burung Anggungan,” kata pria berusia 35 tahun saat ditemui wartawan surya.co.id di rumahnya, Jalan Barito, Kelurahan Kauman, Kepanjenkidul, Kota Blitar, Jumat (19/2/2021) sore, dikutip mediatani.co, Senin (22/2/2021).

Saat itu, bapak satu anak ini baru pulang dari kantor. Pria  dengan perawakan kecil dan berkulit sawo matang itu langsung menuju ke kandang ternaknya di belakang rumah.

Pemilik Gada Bird Farm itu lalu mengecek pakan dan minum burung puter pelung di kandang ternaknya. Dia kemudian mengisi kembali pakan dan minum burung yang habis di kandang ternak.

“Ini menjadi kegiatan rutin. Kalau pagi, sebelum berangkat ke kantor, burung saya jemur,” ujar Dimas.

Untuk diketahui bahwa burung puter pelung memiliki nama Latin streptopelia Risoria atau ringneck dove yang merupakan satu keluarga dengan burung dara dan merpati.

Menurut para ahli, burung puter merupakan hasil domestikasi burung African Collared Dove atau streptopelia Roseogrisea.  Burung puter memiliki warna putih mulus dan coklat dengan leher warna hitam.

Meski bukan endemik dari Indonesia, burung puter menjadi burung khas di Nusantara terutama di Jawa.  Burung puter juga teah dipelihara orang zaman dulu di Nusantara.

Burung puter pelung pun hasil persilangan dan menghasilkan mutasi suara anggunan yang khas. Burung puter pelung memiliki suara anggungan panjang di bagian tengah yang membedakan dengan puter biasa.

“Puter pelung ini khas Indonesia. Kalau di luar negeri burung puter mengalami mutasi warna, di sini (Indonesia) mengalami mutasi suara,” ungkap Dimas.

Dimas mulai menangkar burung puter pelung sejak 2016, lalu. Dikisahkan, awalnya, dia membeli satu pasang dan satu ekor burung puter. Dia kemudian tertarik dengan suara anggungan burung puter pelung.

Selain daripada itu, perawatan burung anggungan lebih mudah dibandingkan burung ocehan.  “Sebelumnya, saya berternak burung ocehan seperti kenari, lovebird, dan kacer. Karena kesibukan kantor, perawatannya kurang maksimal akhirnya banyak ruginya,” jelasnya.

Menurut Dimas, perawatan burung puter lebih mudah dibandingkan burung ocehan. Untuk makan dan minum pun biasa menggantinya tiap tiga hari sekali.

Makanan burung puter pelung juga hanya biji-bijian. Makanan utamanya milet putih kadang dicampur beras merah. Ukuran kandang ternak burung puter pelung juga tak banyak memakan tempat. Dengan ukuran kandang 40 cm x 60 cm, burung puter pelung sudah bisa produksi lancar.

“Pakai kandang boks lovebird juga sudah bisa untuk ternak burung puter pelung,” katanya.

Kini, Dimas sudah memiliki 45 petak kandang burung puter pelung. Semua indukan burung puter pelung Dimas berasal dari trah juara. Dirinya membeli indukan burung puter trah juara dari kandang utama beberapa peternak di Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Barat.

“Saya memang fokus mencetak burung puter untuk lomba. Untuk itu, saya membeli indukan yang memiliki trah juara,” ujar Dimas.

Produksi peternakan Dimas memang sering mendapat prestasi di perlombaan burung puter. Hampir 85 persen indukan burung puter di kandang ternak miliknya telah berkontribusi dalam prestasi di beberapa even latihan bersama, latihan prestasi, liga, dan nasional.

Terakhir, burung puter milik Dimas mendapat salah satu prestasi terbaik dalam lomba burung puter Liga Jawa Timur pada tahun 2019, lalu.

Dalam sebulan, peternakan milik Dimas minimal menghasilkan 5-10 pasang burung puter. Biasanya, anakan burung puter langsung dibeli pelanggan. Harga jualnya pun paling murah Rp 1 juta untuk satu pasang anak burung puter usia satu bulan.

Bahkan, satu ekor burung puter milik Dimas yang memiliki trah juara telah ditawar Rp 15 juta oleh pelanggan. Namun, Dimas sendiri belum bergeming. Dia belum melepasnya karena masih sayang terhadap burung puter itu.

“Kalau omzet sebulan minimal Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Pernah juga dapat Rp 20 juta sebulan,” bebernya.

Bagi Dimas sendiri, beternak burung puter merupakan hobi yang membawa rezeki. Rezeki yang dimaksud bukan hanya uang, tapi juga saudara. Dengan berternak burung puter, sekarang Dimas memiliki banyak saudara sesama penghobi burung puter.

“Kalau keluar kota, di mana-mana ada saudara sesama penghobi burung puter,” katanya.

Dia pun tidak mengabaikan pekerjaan utamanya sebagai PNS di lingkungan Pemkot Blitar meski sukses berternak burung puter. Prinsipnya adalah melakukan yang terbaik di semua pekerjaannya.

“Prinsip saya do the best, lakukan yang terbaik untuk pekerjaan di kantor dan di rumah,” ucapnya. (*)

  • Bagikan