Lokasi Strategis untuk Sektor Peternakan, Dumai Bakal Dirikan Stasioner Karantina Ternak

  • Bagikan
Ilustrasi. Ternak Sapi/IST

Mediatani – Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Riau, Rahmat Setiyawan mengungkapkan bahwa Kota Dumai bakal direncanakan untuk dijadikan sebagai sentra atau pusat untuk jasa penunjang pengembangan ternak.

Hal ini, kata dia, mengingat Kota Dumai dinilai menjadi daerah dengan posisi strategis, lantaran memiliki kawasan pelabuhan dan menjadi pintu masuk arus lalu lintas perdagangan jalur laut.

“Dumai akan kita plot arahnya untuk jasa, karena pada tahun 2020 kita sudah mendatangkan sapi dari Nusa Tenggara Timur menggunakan laut. Jadi beberapa lahan yang ada di sana yang dulunya merupakan aset Dinas Peternakan Provinsi Riau, telah kita hibahkan,” kata Rahmat, Minggu (28/2/2021) di Pekanbaru dikutip Rabu (3/3/2021) dari situs riaugreen.com.

Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa untuk rencana pengembangan di daerah itu nantinya akan didirikan stasioner karantina ternak, rumah potong dan hal-hal yang berkaitan dengan hilirisasi.

“Jadi nanti ternak yang dimobilisasi dari Jawa, akan disandarkan di Dumai,” ujar dia.

Rencana tersebut, terang Rahmat, sudah menjadi pembahasan pada agenda pertemuan pihaknya dengan para Kepala Dinas Peternakan Kabupaten/Kota di wilayah setempat pada akhir tahun lalu.

“Seminggu yang lalu, Komisi II DPRD Dumai pula sudah datang dengan kepala dinas peternakan, dan kita sepakat bahwa akan diturunkan surat Perwako tentang penentuan lokasi. Jadi sentra pengembangan sapinya sudah di sentralkan,” terangnya.

Penjualan Pakan Ternak Lesu, Laba Japfa Comfeed Anjlok 48,06 Persen

Sementara itu, di berita yang lain, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) mencatatkan penurunan laba bersih sepanjang tahun 2020, lalu. Pada laporan keuangan kuartal IV-2020 perseroan mencatatkan laba bersih sebesar Rp916,71 miliar atau lebih rendah 48,06 persen dibanding tahun 2019 sebesar Rp1,76 triliun.

Dikutip dari situs okezone.com, Rabu (3/3/2021) yang mengutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut bahwa penjualan neto Perseroan di kuartal IV-2020 tercatat sebesar Rp36,96 triliun atau turun 4,90 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp38,87 triliun, dengan laba per saham dasar Rp79.

Adapun penjualan perseroan ini terdiri atas peternakan komersial, pakan ternak, pengolahan hasil peternakan dan produk konsumen, budidaya perairan, pembibitan ayam, peternakan sapi, perdagangan dan lainnya.

Peternakan komersialnya tercatat Rp13,36 triliun atau lebih tinggi dari sebelumnya Rp11,53 triliun; pakan ternak tercatat Rp10,83 triliun atau lebih rendah dari sebelumnya Rp13,53 triliun; pengolahan hasil peternakan dan produk konsumen tercatat Rp5,22 triliun atau lebih rendah dari sebelumnya Rp5,81 triliun; budidaya peraian tercatat Rp3,34 triliun atau lebih tinggi dari sebelumnya Rp3,18 triliun.

Lalu, pada pembibitan ayam tercatat Rp2,37 triliun atau lebih rendah dari sebelumnya Rp3,21 triliun; peternakan sapi tercatat Rp1,12 triliun atau lebih rendah dari sebelumnya Rp1,61 triliun; perdagangan dan lain-lain tercatat Rp1,43 triliun atau lebih tinggi dari sebelumnya Rp735,85 miliar.

JPFA mencatatkan adanya penurunan beban pokok penjualan di kuartal IV-2020 menjadi Rp29,53 triliun dari periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp31 triliun. Beban penjualan dan pemasaran itu tercatat juga mengalami penurunan menjadi Rp1,54 triliun dari sebelumnya Rp1,55 triliun.

Namun, beban umum dan administrasi meningkat menjadi Rp3,24 triliun dari sebelumnya Rp3,17 triliun.

Kas neto yang diperoleh dari aktivitas operasi Perseroan pada tahun 2020 mengalami peningkatan menjadi Rp4,09 triliun dari sebelumnya Rp1,89 triliun.

Japfa Comfeed Indonesia mencatatkan liabilitas sebesar Rp14,53 triliun dan ekuitas Rp11,41 triliun. Adapun total aset perseroan menurun menjadi Rp25,95 triliun dibanding tahun 2019 sebesar Rp26,65 triliun. (*)

  • Bagikan