Jali Lele, Pakan Mandiri Asal Demak Berbahan Baku Lokal

  • Bagikan
JALI, PENGGERAK PAKAN (3)

Mediatani – Selama ini masyarakat di wilayah Kabupaten Demak dan sekitarnya mengenal Kecamatan Guntur, tepatnya di Desa Tlogoweru, sebagai salah satu desa wisata yang populer di Jawa Tengah.

Daerah tersebut dikenal dengan penangkaran burung hantunya. Awal mula konsep desa wisata ini sebenarnya berasal dari keahlian dari sang kepala desa yang mampu menarik minat para pemilik dana untuk mau membantu pengembangan desa ini melalui produk unggulan lokal yang dihasilkan.

Pandemi Covid-19 yang melanda telah menekan kondisi ekonomi masyarakat Desa Tlogoweru. Kinerja sektor pariwisata mengalami penurunan akibat Penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jawa Tengah, termasuk minat para wisatawan untuk berkunjung ke desa wisata yang berada di desa tersebut.

Pada pertengahan tahun 2016 lalu, salah seorang warga berinisiatif untuk membentuk kelompok yang memiliki tujuan untuk memperkenalkan dan mengembangkan komoditas unggulan lainnya yakni ikan lele. Alhasil, inisiatifnya ini diterima oleh pemerintahan desa dan berjanji untuk memfasilitasi kebutuhan kelompok melalui dana desa.

Salah seorang yang berjuang dibalik pembentukan kelompok ini adalah Kasnadi atau biasa dipanggil bang Jali. Sementara kelompok yang dibentuk itu diberi nama Tri Mino. Bang Jali kemudian berinisiatif memfokuskan bidang usaha kelompoknya pada pembuatan pakan ikan.

Alasannya untuk fokus membuat pakan itu disebabkan karena kendala utama yang dihadapi para pembudidaya ikan lele yang tengah berkembang di Kabupaten Demak yakni biaya pakan yang mahal, hingga banyak pembudidaya ikan yang membuat mereka merugi.

Kemudian pada Tahun 2017, Jali yang memimpin kelompok yang masih muda ini mencoba mengajukan permohonan bantuan paket mesin pengolah pakan ikan. Alhasil, kelompok berhasil menerima bantuan langsung dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yakni berupa mesin penepung bahan baku dan mesin pencetak pellet pada tahun 2018.

Jali mengakui bahwa dalam perjalanannya, ia mendapat banyak sekali kendala, termasuk minimnya penguasaan teknologi dan keterbatasan akses bahan baku menjadi masalah pokok yang kerap mereka hadapi saat awal awal pengembangan pakan mandiri.

Namun berkat tekad dan kerja keras, Jali terus berupaya mencari solusi dengan terus belajar dan mencari berbagai informasi lewat berbagai media. Hingga akhirnya pihak BBPBAP Jepara memberikan bantuan fasilitas untuk mengakses informasi teknologi, dan bahan baku, disamping fasilitasi untuk mengikuti berbagai bimbingan teknis.

“Selama awal pengembangan sekaligus menahkodai kelompok Tri Mino, banyak sekali kendala. Selalu jatuh bangun, bahkan anggota kelompok banyak yang pesimis dan mundur alon alon. Di benak saya, saya bertekad bahwa saya harus berusaha memberikan bukti bahwa usaha ini harus berhasil,”ungkapnya.

Terlebih, tambahnya, sebagai inisiator ia merasa harus menggeluti usaha ini. Ia mengaku sosok Kades yang terus memberikan dukungan sangat mempengaruhi usahanya agar terus bertahan.

“Awalnya saya kerjakan semuanya bersama istri dibantu anak sulungh saya,” kenang Jali.

Selama dinakhodai Jali, perjalanan kelompok Tri Mino selama empat tahun secara perlahan mulai menunjukkan perkembangan pesat. Pada tahun 2019 lalu, Jali berhasil mengembangkan formulasi pakan yang ia racik sendiri dari bahan baku lokal.

Hasilnya formulasi tersebut sungguh memuaskan dan mendapat respon positif dari kalangan pembudidaya. Salah seorang pembudidaya lele, Setiono mengaku pakan produksi kelompok Tri Mino memiliki keunggulan, salah satunya yakni tingkat efisiensi pakan yang baik.

“Saya akui, walaupun bukan hasil produksi pabrikan tapi pakan mandiri ini punya FCR yang rendah yakni maksimal 1,2, disamping harganya yang murah. Ini tentu menambah keuntungan usaha budidaya,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, untuk harga pakan lele pabrikan yang saat ini minimal Rp. 10.500,- per kg, sementara pakan mandiri tersebut hanya Rp. 6.500,- per kg. Dengan begitu, ia mendapat nilai tambah minimal 30%.

Respon positif tersebut telah mendorong Jali untuk memunculkan merk dagang pakan yang diberi nama “Jali Lele”. Meski memiliki namanya Jali Lele, namun jenis pakan mandiri yang ia produksi tidak hanya untuk ikan lele tapi untuk berbagai komoditas ikan tawar.

Tahun yang sama pakan Jali Lele berhasil mendapatkan sertifikasi Cara Pembuatan Pakan Ikan Yang Baik (CPPIB), dan memperoleh nomor registrasi di KKP RI. Sekaligus dua syarat ini menandai legalitas peredaran dan perdagangan pakan mandiri Jali Lele.

  • Bagikan