Jelang Bulan Puasa, Harga Telur Justru Anjlok

  • Bagikan
ILUSTRASI. Aktivitas peternak ayam petelur/Adeng Bustomi/ANTARA/IST.

Mediatani – Sebulan menjelang bulan suci Ramadan, harga telur ayam cenderung turun karena rendahnya daya beli masyarakat. Kondisi ini pun membuat peternak merugi karena melimpahnya pasokan telur ayam yang tidak terjual.

Tidak hanya dihantui oleh harga telur yang turun, peternak pun kini harus menanggung rugi akibat kenaikan harga pakan ayam di saat yang bersamaan.

Melansir, Selasa (16/3/2021) dari situs kontan.co.id, berdasarkan data dari Asosiasi Peternak Layer Nasional, pakan ayam berkontribusi sebesar 68,7% dari Harga Pokok Penjualan (HPP) telur ayam yang dipatok di level Rp 19.500 per kilogram (kg).

Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional Musbar Mesdi menjelaskan bahwa kenaikan harga pakan ayam, utamanya disebabkan oleh melonjaknya harga bahan baku pakan ternak seperti jagung lokal, bungkil kedelai (SBM) dan tepung daging tulang (MBM).

Dirinya menilai, apabila harga telur ayam tak kunjung membaik, maka dia memprediksi akan ada lonjakan produksi afkir ayam pada akhir Maret nanti.

“Apabila harga telur tak kunjung naik hingga akhir bulan Maret 2021, maka peternak kelas Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terpaksa mengafkir indukan produktifnya, dan untuk peternak kelas menengah atas, mereka akan afkir sebagian,” jelas Musbar kepada Kontan.co.id, Minggu (14/3) yang dikutip, Selasa (16/3/2021).

Lonjakan produksi afkir pun diprediksi akan terjadi dengan menipisnya jumlah ayam betina produktif di awal April atau ketika sudah mulai memasuki bulan Ramadan. Hal ini, mampu membuat harga telur ayam melonjak naik karena langkanya pasokan telur yang tersedia.

“Bisa-bisa saat masuk Ramadan harga telur akan melonjak. Di sini bahan pokok penting (bapokting) komoditas telur terjadi inflasi, karena dalam dua bulan terakhir terjadi deflasi untuk komoditi telur,” terang Musbar.

Masih dari sumber yang sama, pada tingkat peternak, harga telur ayam saat ini berada di kisaran Rp 17.500 hingga Rp 18.500 per kilogram (kg). Padahal, berdasarkan Harga Pokok penjualan (HPP) yang berlaku, harga telur ayam seharusnya berada di level Rp 19.500 per kg.

Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional Musbar Mesdi menuturkan bahwa penurunan harga telur ayam ini terjadi karena daya beli konsumen yang juga turun. Hal tersebut sudah terasa sejak dua pekan terakhir.

Maka dari itu, dengan melemahnya serapan telur ayam di pasaran, membuat stok telur ayam yang tidak terjual menumpuk di gudang yang akhirnya menyeret harga telur ayam.

Lebih lanjut Musbar bilang, fenomena ini sontak membuat para peternak merugi. Dan tidak tanggung-tanggung, para peternak dapat mengantongi kerugian antara Rp 1.000 – Rp 2.000, dari setiap satu kilogram telur yang tidak terjual.

“Apabila produksi telur nasional saat ini 12.800 ton per hari, artinya ada 12,8 juta kilogram telur, dikalikan dengan kerugian peternak,” kata dia saat dihubungi Kontan.co,id, Minggu (14/3/2021) dikutip, Selasa (16/3/2021).

Musbar menyebut, efek domino yang ditimbulkan dari pandemi Covid-19 sejak satu tahun ke belakang, membuat daya beli telur di pasaran menjadi tidak stabil.

“Industri padat karya mati suri, pasar becek mengurangi aktivitasnya, pabrik mengurangi aktivitasnya, destinasi wisata banyak tutup dan membawa efek ke daya beli,” terangnya.

Untuk mengurai tumpukan stok telur yang tak terjual itu, baik asosiasi maupun koperasi, peternak meminta bantuan pemerintah untuk dapat menyerap sisa stok telur yang ada.

“Asosiasi dan koperasi peternak sudah kontak Kemenko dan BUMN untuk dapat menyerap telur mereka bagi keperluan program nasional dan bansos,” pungkas Musbar. (*)

  • Bagikan