Mediatani – Menjelang bulan suci Ramadan, banyak pertanyaan yang bermunculan di kalangan masyarakat mengenai masalah ketersediaan dan kenaikan harga bahan pangan. Sebab, bulan suci umat muslim seringkali diikuti oleh kelangkaan dan naiknya harga kebutuhan dapur di pasar.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL), menyatakan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan oleh masyarakat mengenai masalah kebutuhan pangan di bulan mendatang.
Pasalnya, kedua masalah utama mengenai pangan sudah diawasi dan diatasi agar stok pangan tidak menjadi langka dan harganya melambung tinggi selama Ramadhan.
“Melihat masalah pangan itu ada dua sisi. Yang pertama kertersediaan. Yang paling penting, masalah ketersediaan bisa kita jalani dengan betul dan tentu dilakukan pengukuran-pengukuran dari ketersediaan yang ada karena negara ini, dari Sabang sampai Merauke, jumlah penduduk kita dari 273 juta lebih yang membutuhkan (ketersediaan pangan),” jelas Mentan SYL.
Kementerian Pertanian telah melakukan validasi serta aktualisasi agar ketersediaan pangan sepanjang bulan puasa nanti tetap aman. Bahan pangan utama seperti daging dan kedelai akan menjadi perhatian bagi Kementerian Pertanian dan Badan Pangan Nasional.
“Yang kedua, melihat pangan dari segi stabilisasi harga. Dan tentu saja kalau dia menjadi harga yang terkait dengan importasi, dia sangat terkait atau terkontaksi dengan harga-harga global atau harga internasional harian,” lanjut Mentan SYL.
Mentan SYL menyampaikan bahwa kenaikan harga tahu dan tempe yang terjadi belakangan ini memiliki hubungan erat dengan masalah naiknya bahan baku impor.
Amerika dan Brazil, sebagai salah satu penghasil kacang kedelai impor, belum lama ini mengalami kendala dan kegagalan panen sehingga membuat harga bahan baku melambung.
Di samping itu, ketersediaan kedelai lokal belum cukup dalam memenuhi kebutuhan warga Indonesia. Kenaikan harga bahan baku kacang kedelai impor akhirnya mempengaruhi kenaikan harga tempe dan tahu di masyarakat.
Agar dapat mengatasi masalah ketersediaan dan kestabilan harga pangan, Kementerian Pertanian telah mengadakan agenda jangka pendek, jangka menengah, serta jangka panjang. Agenda jangka pendek dilakukan agar menjawab masalah pangan yang biasanya terjadi di bulan puasa.
Menurut Mentan SYL, agenda jangka pendek telah dilakukan dan diselesaikan dengan baik. Masyarakat Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan masalah pangan saat puasa.
Sebagai contoh, masalah tentang ketersediaan daging sapi. Saat ini telah tersedia sebanyak 234 ribu ton daging sapi lokal, sedangkan kebutuhan tertinggi daging sapi di masyarakat hanya sebanyak 202 ribu ton. Hal ini membuat masyarakat tidak perlu khawatir akan ketersediaan bahan pangan di bulan Ramadan.
Namun, untuk menjawab masalah pangan di jangka menengah serta jangka panjang, Mentan SYL akan memberikan dorongan terhadap produksi bahan baku lokal dengan program-program yang dibentuk Kementerian Pertanian dalam membantu petani dan kelancaran distribusi bahan baku.