Mediatani – Masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan keberadaan ikan mas. Ikan air tawar yang satu ini cukup digemari banyak masyarakat Indonesia sejak lama karena memiliki rasa yang lezat jika diolah menjadi berbagai jenis hidangan.
Namun, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ternyata masih tidak puas dengan kelebihan tersebut. Melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), KKP telah melakukan beberapa penelitian hingga menghasilkan ikan mas super yang diberi nama Mustika.
Mustika merupakan jenis Ikan Mas Rajadanu yang sangat tahan terhadap infeksi penyakit Koi Herpes Virus (KHV). Ketahanan KHV ikan mas yang ditingkatkan ini dilakukan melalui program seleksi berdasarkan marka molekuler MHC II spesifik pada alel Cyca-DAB1*05.
Ikan Mas Mustika adalah strain baru ikan mas unggul yang memiliki kemampuan pertumbuhan cepat hasil inovasi riset pemuliaan Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi, di bawah supervisi Pusat Riset Perikanan (Pusriskan) BRSDM.
Kepala BRSDM Sjarief Widjaja menjelaskan bahwa pihaknya melakukan penelitian tersebut antara lain dalam rangka mendukung program prioritas KKP yang dinakhodai Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono.
Adapun tiga program prioritas KKP, yaitu peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumberdaya alam perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan nelayan, pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor, dan pembangunan kampung-kampung perikanan berbasis kearifan lokal.
Senada dengan Kepala BRSDM, Kepala Pusriskan Yayan Hikmayani mengungkapkan bahwa pihaknya terus berupaya melakukan penelitian untuk mendukung tiga terobosan KKP tersebut, baik dengan melakukan riset perikanan tangkap maupun budidaya.
Pengembangan inovasi yang telah ada juga terus dilakukan untuk menghasilkan komoditas terbaik. Dalam hal ini, Ikan Mas Mustika termasuk sebagai salah satu hasil riset perikanan budidaya yang mendukung program prioritas KKP nomor dua dan tiga.
Lebih lanjut Yayan menjelaskan, Ikan Mas Mustika mulai digunakan oleh masyarakat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 24/KEPMEN-KP/2016. Setelah itu, pihaknya juga terus melakukan pemanfaatan dan pengembangan varietas unggul tersebut untuk meningkatkan kualitas dan antisipasi risiko gagal panen yang disebabkan oleh wabah penyakit KHV.
Kepala BRPI Joni Haryadi menyebutkan berbagai keunggulan ikan mas Mustika, pertama yaitu memiliki persentase marka molekuler gen Major Histocompatibility Complex Class II (MHC-II) sebesar 100%. Kedua, memiliki daya tahan terhadap infeksi KHV tinggi (Survival Rate uji tantang 98,89%).
Ketiga, ikan mas ini memiliki pertumbuhan relatif cepat (Specific Growth Rate/SGR atau laju pertumbuhan spesifik 3,01-3,62% bobot/hari). Keempat, efisiensi pakan tinggi (Feed Conversion Ratio/FCR 1,24-2,38). Kelima, produktivitas pembesaraan tinggi (lebih tinggi 5-67% dari pembanding). Keenam, toleransi terhadap cekaman lingkungan tinggi.
Joni juga mengungkapkan, manfaat kesehatan yang diperoleh jika mengonsumsi ikan mas, antara lain mencegah stunting, meningkatkan kemampuan otak dan daya ingat, baik untuk kesehatan jantung, cocok untuk menu diet, serta mencegah penuaan dini.
Selain melakukan pemanfaatan produk unggul tersebut, tambah Joni, pihaknya juga melakukan pembinaan kepada pembenih secara berkelanjutan sehingga penurunan kualitas genetik benih yang dihasilkan tidak kembali terulang.
“Pemanfaatan produk unggul ikan hasil pemuliaan serta pembinaan pengelolaan induk di masyarakat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas budidaya ikan mas serta menciptakan sistem perbenihan ikan mas yang berkelanjutan,” ujarnya.
Sebagai hasil riset BRPI, Ikan mas mustika ini diterapkan di salah satu daerah yang terletak di Pasaman, Sumatera Barat. Kabupaten Pasaman ini sendiri merupakan sentra produksi ikan air tawar, salah satunya ikan mas, yang menjadi komoditas unggulan di wilayah tersebut. Beberapa wilayah yang telah menjadi sentra produksi ikan mas, yakni di Kecamatan Rao Selatan, Rao, Padang Gelugur, dan Bonjol.
Potensi budidaya ikan air tawar di daerah tersebut sangat besar karena didukung oleh sumber air cukup memadai. Pemasaran hasil produksi ikan masyarakat tidak hanya di daerah setempat, tapi juga sampai ke provinsi tetangga seperti Riau, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Utara.