Mediatani – Menyambut perpindahan Ibu Kota Negara (IKN) yang baru ke Kalimantan Timur, Kabupaten Paser tengah bersiap-siap dalam mendukung pembangunan daerah.
Satu di antra bentuk dukungan itu ialah meliputi pencanangan daerah terbebas dari penyakit rabies.
Kabid Kesehatan Hewan dan Kesmavet pada Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Paser drh. Habib, dikutip Selasa (9/2/2021) dari situs berita Tribunkaltim.co menjelaskan bahwa terdapat beberapa kabupaten/kota yang mencanangkan program bebas rabies.
“Hal ini dalam rangka menyambut IKN, yang rencana akan pindah ke Kaltim. Tentu Kabupaten Paser mencanangkan terbebas dari penyakit menular seperti rabies,” jelas dia.
Menurut dia, Kabupaten Paser sekarang ini belum terbebas dari penyakit rabies, meski tak ada kasus yang signifikan selama beberapa tahun terakhir ini.
Habib mengutarakan bahwa kasus rabies pernah terjadi beberapa tahun yang lalu di Kabupaten Paser.
“Terakhir terjadi itu, pada tahun 2014 tepatnya di Desa Saing Prupuk. Tetapi kasus itu segera tertangani sehingga tak meluas,” tandasnya.
Lebih lanjut, kata dia, Habib membeberkan bahwa penyakit rabies berasal dari anjing, kucing dan kera, tetapi dari beberapa hewan itu penularannya tingkat penularannya tidaklah banyak.
“Paling banyak rabies itu dari anjing, kalau untuk kucing sendiri penularannya tak terlalu,” kata Habib.
Setidaknya lanjut dia, ada beberapa kecamatan yang menjadi perhatian lanjutan, seperti Kecamatan Kuaro, Long Ikis, Long Kali, dan Pasir Belengkong yang memiliki banyak jumlah populasi anjing.
Sesuai dengan arahan Pemerintah pusat bahwa Kabupaten Paser harus terbebas dari penyakit zoonosis atau penyakit menular seperti rabies dan flu burung.
Vaksinasi rutin dilakukan pada tiap tahunnya terhadap hewan yang berpotensi menularkan penyakit dalam mencegah rabies.
Pemerintah sendiri akan mengoptimalkan pemeriksaan di UPT pusat kesehatan hewan (puskeswan) di Kecamatan.
“Pemeriksaan kesehatan aktif dilakukan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskeswan, ini yang rutin dilakukan selain vaksinasi setiap tahun,” tutupnya.
Di berita yang lain, sebagaimana yang sudah diberitakan mediatani.co sebelumnya, bahwa di Kota Jambi, sepanjang tahun 2020 lalu, berbagai macam penyakit sempat ditemukan di tubuh hewan ternak yang tersebar di Kota Jambi.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Kota Jambi, Said Abubakar, dikutip Sabtu (6/2/2021) dari situs Jambikita.id mengatakan bahwa sepanjang tahun 2020, penyakit Orf banyak ditemukan di tubuh hewan ternak.
“Kalau ternak besar dan ternak Kambing itu banyak ditemukan penyakit Orf,” kata dia, Jumat (5/2) dikutip Sabtu (6/2/2021) dari Jambikita.id.
Orf sendiri lanjut dia ialah sejenis penyakit kulit yang dapat menular pada sesama hewan.
Ternak yang terkena penyakit ini pun akan mengalami peradangan di sekitar mulut yang mengakibatkan nafsu makan berkurang.
Hewan yang terkena penyakit itu pun, harus dipisahkan dari hewan yang lain, supaya tidak menyebabkan penularan pada sesama hewan.
Penyakit tersebut, kata Said, lazimnya disebabkan karena perawatan yang kurang maksimal.
Apalagi dengan kondisi cuaca yang cenderung lembab.
“Penyebabnya banyak, misalnya dari segi perawatan ternaknya. Dan memang, dengan kondisi cuaca seperti ini, ada saja gejala penyakit yang timbul pada hewan,” ucapnya.
Selain penyakit Orf, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Jambi pula menemukan berbagai penyakit lainnya.
“Penyakit yang lagi tranding di unggas, yakni Newcastle disease (ND). Kalau anjing ada rabies. Kalau terenak kecil, seperti Kambing itu skabies,” terang Said.
Said pun mengimbau agar para peternak dapat merawat hewan ternaknya dengan baik serta senantiasa menjaga kebersihan kandangnya.
“Kalau ada ternak yang sakit bisa konsultasi di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Jambi, supaya juga bisa diberikan perawatan,” pungkasnya. (*)