Mediatani – Nelayan di Kota Tegal, Jawa Tengah, tak bisa berangkat melaut karena ribuan kapal yang menumpuk di kolam Pelabuhan Kota Tegal sejak momen lebaran kemarin.
Dilansir dari Detik, salah seorang nelayan Kota Tegal, Yusuf Baihaqi mengungkapkan dirinya tak bisa berlayar mencari ikan, karena sulit mengeluarkan kapal.
“Karena berada di tengah kolam. Harus menggeser kapal-kapal dulu agar bisa dapat jalan untuk keluar,” ujar Yusuf Baihaqi, Rabu (26/5/2021).
Yusuf mengatakan, kapal-kapal yang memenuhi kolam pelabuhan ini terjadi sejak menjelang lebaran. Hingga pasca lebaran, masih banyak kapal yang masih bersandar atau belum meninggalkan pelabuhan.
“Sejak H-4 Idul Fitri kolam pelabuhan sudah mulai penuh kapal yang bersandar hingga pascalebaran kapal yang bersandar sudah mencapai seribuan lebih,” ujarnya.
Menurutnya, pihak-pihak terkait, seperti syahbandar, ABK dan polair harus melakukan koordinasi untuk membantu pengeluaran kapal-kapal yang ada di pelabuhan. Pasalnya jika tidak, kapal yang berada pada posisi paling dalam akan terus tertahan hingga kapal-kapal yang lainnya keluar dari kolam.
“Ini harus ada koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti antara ABK, syahbandar dan polair untuk mengatur kapal yang mau keluar. Jadi tidak ada yang mengatur, akan timbul gesekan karena apabila kapal yang posisinya di tengah kalau dilepas pemilik atau nakhodanya tidak berkenan dan akan marah,” tutur Yusuf.
Lebih lanjut Yusuf mengutarakan bahwa untuk mengeluarkan kapal-kapal tersebut juga masih harus menunggu keadaan air pasang. Biasanya, air dalam kondisi pasang berlangsung selama 5 jam dan dalam waktu itu hanya bisa mengeluarkan 7 hingga 10 kapal.
Terpisah, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal, Riswanto, menjelaskan bahwa penumpukan kapal di kolam menjadi persoalan bagi nelayan Kota Tegal. Hal ini terjadi karena masih terbatasnya Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Tegal sehingga saat ini sudah tidak mampu menampung kapal dalam jumlah yang banyak.
Riswanto menyampaikan, berdasarkan data di asosiasi HNSI maupun yang ada di paguyuban nelayan, ada sebanyak 1.200 unit kapal yang berada di kolam pelabuhan ini. Hal ini tentunya akan menjadi masalah bagi nelayan yang akan melaut.
“Data kami ada sekitar 1.200-an kapal dan semua memenuhi kolam pelabuhan. Bagi nelayan yang akan berangkat mendahului dan sudah menyiapkan perbekalan, akan sulit untuk keluar akibat di belakangnya masih ada kapal yang masih sandar,” ungkapnya.
Riswanto meminta kepada pihak Pemerintah Kota Tegal, Provinsi Jawa Tengah maupun pemerintah pusat untuk segera mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut.
“Hal itu agar persoalan yang setiap tahun seperti ini muncul bisa terurai, ada solusinya,” harapnya.
Respon Pemerintah
Menanggapai masalah tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap telah melakukan koordinasi lebih lanjut dengan pihak Pemda Kota Tegal.
Plt. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, M. Zaini mengatakan bahwa hal tersebut kerap terjadi saat hari raya atau hari besar keagamaan. Namun, aktivitas perikanan tangkap di Kota Tegal sudah mulai kembali terlihat minggu lalu usai libur lebaran.
“Kemarin sempat meninjau ke lokasi dan memang kondisi kapal bersandar sangat banyak. Beberapa kapal perikanan di Kota Tegal berangsur-angsur sudah mulai berangkat melaut, bertahap sesuai kesiapan pemilik kapalnya,” terangnya.
Menurutnya, masalah perizinan perikanan tangkap juga tidak menjadi kendala penumpukan kapal perikanan yang terjadi di Tegal. Pelaku usaha sudah dapat mengurus secara mandiri dan online melalui aplikasi sistem informasi izin layanan cepat (SILAT). Setelah itu mengurus dokumen keberangkatan kapal melalui syahbandar di pelabuhan perikanan.
“Secara prinsip semuanya tidak ada masalah, hanya pengaturan kapal bersandarnya saja yang membuat kolam pelabuhan perikanan nampak penuh,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari Kota Tegal Bambang Pramono Setyo mengatakan aktivitas nelayan sudah mulai aktif sejak tanggal 19 Mei 2021. Hal ini terlihat dari mulai banyaknya pelaku usaha mengurus dokumen keberangkatan kapal perikanan.
“Penumpukan kapal perikanan terjadi di pelabuhan timur, sedangkan di dermaga barat PPP Tegalsari nampak tidak begitu padat. Secara bertahap penumpukan kapal ini akan terurai perlahan apabila kapal sudah berangkat dan aktivitas akan kembali normal seperti sebelum lebaran,” jelasnya.
Ia mengungkapkan sedimentasi di dermaga kolam pelabuhan perikanan menjadi kendala yang perlu diantisipasi. Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum untuk dilakukan pengerukan agar aktivitas perikanan tangkap dapat berjalan lancar.