Kembangkan Kopi Gayo, Kementan Ajak Universitas Syah Kuala untuk Ikut Terlibat

  • Bagikan
Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono

Mediatani – Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan pengajakan kepada Universitas Syiah Kuala (USK) untuk mengembangkan kopi Gayo dari berbagai aspek sebagai upaya meningkatkan produktivitas dan varietas.

Dilansir dari Antaranews – Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono mengatakan bahwa, kualitas dan ketenaran kopi Gayo merupakan modal besar untuk dioptimalkan dan dapat memenangkan banyak peluang di pasar global (2/5/2021).

Ia juga menjelaskan bahwa saat ini produksi kopi Indonesia di tingkat dunia sedang over supply, sebab produksi kopi dunia saat ini mencapai 10,5 juta lebih, dengan tingkat konsumsi kurang dari sepuluh juta. Karenanya, kopi Gayo dianggap bisa berbicara banyak dengan catatan terus melakukan sejumlah pembenahan.

“Saya tertarik karena USK punya laboratorium ataupun pusat penelitian kopi. Produksi kopi kita terbatas, apalagi produktivitasnya yang tidak lebih dari 0,8 ton per hektare. Kalau bicara produktivitas, kita harus jemput dengan inovasi supaya meningkat,” ungkap Kasdi Subagyono.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pihaknya dalam mengembangkan kopi Gayo, yakni mengembangkan klon atau varietas baru yang produktivitasnya di atas satu ton.

Ia juga mengungkapkan bahwa di lembaga penelitian Dirjen Perkebunan sudah memiliki klon atau varietas yang bisa menghasilkan 2,5-3 ton per hektare.

“Bicara Aceh tidak bisa lepas dari Kopi Gayo, mari angkat itu dan fokus. Kopi Gayo nantinya akan memancing pasarnya,” katanya.

Terkait produktivitas, salah satu strategi yang akan dijalankan Kementan adalah replanting, hal ini terkait soal peremajaan kopi. Oleh karena itu, pihaknya mendorong adanya agenda inovasi yang dapat menggerakkan pertani. Kementan punya konsep pengembangan kawasan berbasis korporasi pertanian.

Rektor Universitas Syah Kuala (USK), Prof Samsul Rizal menyatakan bahwa USK siap berkolaborasi bersama Dirjen Perkebunan untuk menggarap Kopi Gayo yang lebih unggul, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Ia mengungkapkan kemungkinan besar USK langsung memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk KKN ke daerah penghasil kopi seperti Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Gayo Lues.

“Kita akan menggandeng mahasiswa dari Fakultas Pertanian, Perternakan, Ekonomi dan Bisnis serta fakultas lainnya, sehingga akan ada sumber daya baru yang bisa dihasilkan,” kata Rektor.

Perlu diketahui bahwa kopi Gayo adalah kopi arabika asal Dataran Tinggi Gayo yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Saat ini kopi Gayo sudah mampu bersaing dengan kopi arabika yang dihasilkan oleh negara-negara di benua Afrika, Amerika latin (khususnya Bazil) dan beberapa negara Asia seperti Vietnam dan Thailand di pasar kopi dunia.

Kopi Gayo telah mendapatkan pengakuan dunia dengan diterimanya sertifikat Indikasi Geografis (IG) Kopi Arabika Gayo pada tanggal 27 Mei 2010 lalu.

Sementara dalam acara Lelang Spesial Kopi Indonesia yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 10 Oktober 2010, kopi Gayo dinyatakan sebagai kopi organik terbaik di dunia berdasarkan cupping score yang dilakukan oleh para ahli test cup kopi sedunia.

Pola pertanian organik yang terus dipertahankan dalam sistem budidaya kopi Gayo inilah yang mengantarkannya menjadi kopi termahal di dunia, bahkan jauh di atas harga di pasar lelang kopi dunia di New York.

Pengakuan kopi arabika Gayo sebagai kopi arabika terbaik juga datang dari Specialty Coffee Assosiation of Eorope (SCAE), asosiasi kopi spesial ini fokus terhadap standar kualitas kopi dunia di daratan Eropa.

Ketika Ketua SCAE Collin Smith beserta rombongannya yang berasal dari berbagai negara Eropa mengunjungi dataran tinggi Gayo beberapa tahun yang lalu, mereka menyatakan bahwa masyarakat Eropa sudah lama mengenal dan menikmati kopi ini.

 

  • Bagikan