Mediatani – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengaku kerap didemo oleh petani karena masalah impor. Padahal, menurutnya, kewenangan tentang impor bukan di bawah kementeriannya, melainkan di kementerian yang lain.
“Itu persoalannya. Kementan hanya memiliki wewenangan untuk melakukan produktivitas. Saya paling tidak suka impor, tapi mau bagaimana lagi kalau kementerian lain yang membuka keran itu (impor), yang didemo saya oleh petani,” kata Syahrul dalam webinar virtual bertajuk ‘Kedaulatan Pangan dan Energi’, Senin (30/11/2020).
Kendati demikian, Syahrul tidak menyebut kementerian yang dimaksud. Karena ia menilai tidak ada yang perlu dipersalahkan terkait masalah itu. Menurutnya, hal yang perlu dipersiapkan adalah kualitas dari produktivitas yang harus lebih sesuai dengan kebutuhan pasar.
Syahrul menjelaskan bahwa tugas dari Kementan selama ini hanyalah menyusun Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH). Ia juga mengaku, impor besar yang ada di kewenangannya hanya terbatas pada daging sapi dan bawang putih.
“Kami hanya membuat RIPH untuk menentukan syarat-syarat yang bisa diimpor seperti bawang putih tidak boleh menggunakan kotoran babi misalnya. Dan yang menentukan izin itu bukan di kita, ini kadang-kadang salah persepsi. Importasi yang besar itu yang langsung dengan kementan hanya 2, yaitu daging sapi 200-300 lebih ton, kedua bawang putih. Ada impor masuk? Ada, tetapi bukan melalui rekomendasi Kementan,” jelasnya.
Terkait masalah impor daging sapi dan bawang putih itu, menurutnya, bukan tanpa alasan dilakukan. Sebab, Indonesia juga selama ini melakukan ekspor dalam jumlah yang besar ke kedua negara asal komoditas tersebut seperti India dan China.
“Kenapa itu (daging sapi) masuk, karena kita ekspor ke India juga dalam jumlah besar. Eksportasi kita ke China itu di atas Rp 90 triliun, data ini. Importasi itu di bawah 50, ini pembicaraan bilateral antar negara yang harus dipahami oleh semua,” imbuhnya.
Meski demikian, dirinya tetap optimis kinerja sektor pertanian akan terus mengalami pertumbuhan meski tertekan pandemi Covid-19. Hal itu dibuktikan di saat banyak sektor lain yang turun, sektor pertanian yang tetap tumbuh
“Saya yakin kalau kita mau lihat data pada 2020 ini, kuartal II menunjukkan 16,24%, sedangkan yang lain minus semua. Kemudian kuartal III kami masih tumbuh menjadi 2,15%, di saat orang bilang nggak mungkin lagi. Kuartal IV saya masih berusaha bahkan saya akan lakukan percepatan,” ucapnya.