Kisah Petani Sereh Wangi Sukses Hingga Bisa Sekolahkan Anak Sampai Kuliah

  • Bagikan
Tomuraja Tamba, Petani Sereh Wangi yang sukses hingga sekolahkan anak sampai kuliah

Mediatani – Tanaman sereh wangi dikenal sebagai salah satu tanaman penghasil atsiri dan sudah cukup banyak dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia.

Berbeda dengan sereh yang biasa digunakan sebagai bahan dapur, sereh wangi berfungsi sebagai bahan pembuat hand sanitizer, pewangi ruangan, aroma terapi, hingga menjadi anti nyamuk alami dan jamur kulit.

Mengetahui berbagai manfaat tersebut, banyak petani yang mengambil peluang dengan bertani sereh wangi dan akhirnya bisa menjadi sukses. Salah satunya Tomuraja Tamba, seorang petani sereh wangi asal Desa Sijambur, Samosir, Sumatera Utara.

Melansir dari kanal YouTube Cap Capung (22/3/22), Tomuraja mengatakan bahwa dirinya telah 4 tahun lamanya bertani sereh wangi di Hutan Lomban Pokki, Desa Sijambur.

“Potensi sereh wangi sebenarnya cukup bagus untuk menambah ekonomi keluarga, dimana sereh wangi dengan modal yang sangat sedikit tapi mendapatkan untung yang lumayan,” ungkapnya.

Bukan hanya menilai dari potensi ekonominya, budidaya sereh wangipun nyatanya tidaklah sulit untuk dibudidayakan.

“Inilah bertani yang sangat-sangat mudah, disamping kita tidak direpotkan dengan pemberantasan hama karena sudah anti hama (dapat mengusir hama), jadi yang perlu diperhatikan adalah pembersihan gulma, itupun jika gulma di sekitarnya sudah banyak,” jelas Tomuraja.

Jarak tanam sereh wangi sekitar satu kali satu meter. Jika seseorang memiliki lahan seluas 1 hektare, maka hasil panen yang didapatkan bisa mencapai 10 ton pada panen perdana dan kurang 20 ton di panen kedua.

Panen kedua menuai hasil yang lebih banyak, sebab sereh wangi dapat menghasilkan banyak tunas hingga mencapai satu kilo setengah hingga dua kilo perpohonnya.

Saat penanaman awal, sereh wangi dapat dipanen setelah 6 bulan. Namun, setelah panen perdana, pemanenan dapat dilakukan sekali dalam 3 bulan, sehingga dalam satu tahun bisa sampai 4 kali panen.

Terkait hasil penyulingan, Tomaraja mengaku mendapatkan 1 kilo minyak dari 100 kilo sereh wangi yang belum disuling.

“Yang saya uji coba, dalam 100 kilo sereh wangi dapat menghasilkan minyak seberat 1 kilo, kadang juga bisa lebih,” tuturnya.

Dirinya mengaku jika hasil tersebut sudah menguntungkan dan cukup untuk menghidupi keluarganya. Ia bahkan bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi.

Minyak sereh wangi diperoleh dari penyulingan daun tanaman tersebut. Penyulingan dapat berlangsung sekitar 2 setengah jam dengan menggunakan tungku yang dapat menghemat penggunaan kayu bakar.

Kayu bakar yang diperlukan dalam satu kali penyulingan yaitu sebanyak  ¼ kubik. Dalam satu hari dapat dilakukan penyulingan sebanyak 4 kali.

“Alat yang kami gunakan adalah alat suling manual yang dimodifikasi sendiri dari drum bekas dan kapasitasnya bisa mencapai 60 kilo,” ungkapnya.

Minyak yang telah didapatkan dari proses penyulingan kemudian dipasarkan dengan kemasan botol kecil sesuai dengan kebutuhan pasar.

“Tidaklah ada ruginya ketika kita bertani sereh wangi, yang pasti akan menguntungkan asalkan kita berikan hati kita dan mau berinovasi,” ujarnya.

Terkait harapannya, Tomuraja berharap agar para petani bisa lebih sejahtera dengan meraup keuntungan dari budidaya tanaman sereh wangi ini.

“Semoga petani sereh wangi bisa lebih sejahtera,” harap Tomuraja.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version