Mediatani – Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono meninjau lokasi budidaya kerapu hibrida cantang di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, Jawa Timur, pada Selasa (16/3).
Dalam kesempatan tersebut, ia meminta jajarannya terus berupaya mengembangkan potensi budidaya kerapu hibrida cantang yang sudah berjalan itu. Pasalnya, selain karena pihaknya sudah menguasai teknologi budidayanya, nilai jual komoditas tersebut juga terbilang tinggi.
“Budidaya kerapu hibrida ini perlu untuk terus didorong potensinya, karena selain keunggulannya yang menguntungkan, juga sejalan dengan visi KKP dalam membangun kelautan dan perikanan yang berdaya saing dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat,” ucap Menteri Trenggono.
Selain itu, Menteri Trenggono juga menjelaskan bahwa KKP memiliki Badan Layanan Umum (BLU) LPMUKP yang dapat menyediakan layanan akses pinjaman modal bagi para pelaku budidaya.
Berdasarkan informasi dari BPBAP Situbondo, ikan kerapu telah menjadi salah satu komoditas hasil perikanan budidaya yang memiliki nilai ekonomis tinggi baik di pasar regional maupun internasional.
Hal yang senada juga disampaikan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto. Menurutnya aktivitas budidaya ikan kerapu yang selama ini dilakukan masyarakat merupakan peluang emas di masa pandemi Covid-19, karena dipastikan komoditas budidaya ini dapat menggerakkan ekonomi masyarakat.
“Ini tentu sangat berpeluang untuk menggerakkan ekonomi masyarakat pesisir khususnya,” ungkap Slamet.
Perlu diketahui, Kerapu Hibrida Cantang yang tengah dibudidayakan di BPBAP Situbondo ini merupakan hasil persilangan antara induk kerapu macan betina dengan kerapu kertang jantan.
Ada beberapa keunggulan dari kerapu hasil persilangan ini, diantaranya yaitu memiliki nilai ekonomis yang tinggi, serta memiliki daya tumbuh yang lebih cepat dari induk aslinya, yaitu sekitar 500-600 gram dalam waktu 5-6 bulan dari ukuran tebar 10 cm di Keramba Jaring Apung (KJA).
Kepala BPBAP Situbondo, Nono Hartanto menerangkan bahwa Kabupaten Situbondo akan semakin fokus untuk dapat menjadi pusat budidaya ikan kerapu terbaik, bukan hanya di Indonesia namun juga se-Asia dan dunia.
“Ya, Situbondo ini diharapkan kedepan bisa menjadi tempat belajar masyarakat tentang bagaimana cara budidaya kerapu yang baik dan benar,” tambahnya.
Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo selama ini sudah dikenal sebagai rumah dari ikan kerapu karena hampir semua jenis ikan kerapu telah berhasil dibudidayakan dan dikembangkan di balai tersebut.
Selain berhasil memproduksi semua jenis ikan kerapu, BPBAP Situbondo juga berhasil menciptakan spesies baru ikan kerapu hasil persilangan yang biasa dikenal dengan sebutan kerapu hybrid, seperti kerapu cantang yang saat ini tengah dikembangkan.
Kerapu Hybrid sengaja diciptakan untuk mengatasi permasalahan umum yang terjadi dalam budidaya ikan diantaranya bagaimana mendapatkan benih ikan unggul yang tumbuh cepat, Food Convertion Ratio (FCR) yang rendah, serta daya tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan dan berbagai penyakit.
Kerapu macan yang dibesarkan baik di tambak maupun di karamba jaring apung, membutuhkan waktu 9 – 10 bulan dengan konversi pakan 1 : 7 ( artinya untuk menghasilkan 1 kg ikan diperlukan pakan 7 kg ) untuk mencapai ukuran konsumsi 500 gram, sedangkan kerapu cantang ini hanya membutuhkan waktu 4 – 5 bulan dengan konversi pakan 1 : 6.
Selain itu, keunggulan lain dari kerapu cantang dibanding ikan kerapu macan dan kertang yaitu memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit lebih baik dan lebih toleransi terhadap lingkungan kurang layak dan ruang yang sempit, dapat bertahan hidup di air payau sampai laut, pertumbuhan yang optimum pada salinitas 15-33 ppt, dengan kepadatan yang tinggi.