Mediatani – Budidaya hortikultura dalam perawatannya membutuhkan tenaga kerja terampil dan biaya serta sarana yang lebih mahal dibanding budidaya tanaman pangan (agronomi). Sehingga perawatan yang diberikan pun harus lebih intens. Sebanding dengan modal yang besar, nilai jual produk hortikultura pun lebih tinggi. Sehingga memberikan keuntungan yang lebih memadai pula.
Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa latin hortus (tanaman kebun) dan cultura/colere (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Hortikultura berorientasi pada pengusahaan tanaman di sekitar tempat tinggal (kebun) pada areal terbatas. Jenis – jenis tanaman yang diusahakan antara lain adalah tanaman buah, sayuran, obat – obatan, tanaman hias dan bumbu – bumbuan.
Hortikultura dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang budidaya tanaman yang intensif dan produknya digunakan manusia sebagai bahan pangan, bahan obat, bahan bumbu (tanaman rempah), bahan penyegar atau penyedap, dan sebagai pelindung serta penyaman lingkungan (tanaman hias).
Berdasarkan data statistik Pendapatan Nasional Indonesia terlihat bahwa sayuran dan buah-buahan termasuk dalam 10% dari Produksi Nasional Netto (PPN) per tahunnya atau berkisar antara 53 – 76% dari Nilai produksi padi, dan berkisar antara 22 – 29% dari nilai seluruh hasil tanaman pangan di Indonesia. Hal ini berarti bahwa produk – produk hasil hortikultura mengambil peran yang cukup penting dalam pendapatan nasional.
Seperti yang terjadi saat ini, peluang pangsa pasar produk hortikultura di luar negeri cukup besar. Tetapi, para pedagang – pedagang di Indonesia belum mampu memanfaatkan peluang yang ada dengan semaksimal mungkin. Sumber daya alam yang cukup memadai untuk memproduksi hasil – hasil pertanian khususnya produk hortikultura ternyata belum mampu dimanfaatkan sebaik mungkin. Terlebih lagi di masa yang akan datang, kebutuhan akan sayuran dan buah – buahan semakin meningkat. Perkembangan jumlah penduduk dan juga pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi yang berasal dari sayur dan buah yang semakin meningkat pula.
Dimasa pandemi sekarang ini, sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan kesegaran jasmani serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Hadirnya produk hortikultura seolah menjadi salah satu solusi dan cukup diminati oleh masyarakat Indonesia, sebab kandungan dalam produk yang dinilai mampu menstabilkan imun dan menjaga daya tahan tubuh.
Membudidayakan tanaman hortikultura juga dapat dilakukan di mana saja, selama sesuai dengan syarat tumbuhnya terhadap tanaman hortikultura tersebut. Bahkan tiap jengkal tanah diseputar rumah dapat dimanfaatkan untuk usahatani hortikultura dengan nilai keuntungan yang cukup tinggi. Di masa pandemi seperti ini, kegiatan bercocoktanam di pekarang rumah menjadi kegiatan yang cukup diminati.
Namun kendala usahatani hortikultura yang sering ditemukan di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia adalah keterbatasan pengetahuan petani, rendahnya nilai pendapatan petani dan keterbatasan lahan yang dimiliki petani. Hal tersebut menyebabkan rendahnya nilai keuntungan yang diperoleh petani. Selain itu, pola produksi dan distribusi produk hortikultura pada umumnya masih tergantung pada musim. Melihat hal tersebut, diperlukan strategi untuk mengatasi kendala – kendala yang sering terjadi. Seperti memperoleh teknologi budidaya yang tangguh, informasi pasar yang benar, sarana dan prasarana yang memadai, mengefisienkan sistem pemasaran hortikultura sehingga pada saat masa panen raya, semua kebutuhan bisa tercukupi bahkan lebih untuk antisipasi gagal panen di musim selanjutnya.
Menurut Sumeru Ashari dalam bukunya yang berjudul Hortikultura aspek budidaya, menuliskan bahwa untuk menciptakan teknologi tepat guna yang mampu mendukung usaha agribisnis dalam bidang hortikultura dan meningkatkan produktivitas tanaman, diperlukan program penelitian yang terpadu dan komprehensif.