Kultur Jaringan, Solusi Pengembangan Bibit Tanaman Unggul

  • Bagikan
Sumber foto: kompas.com

Mediatani – Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, saat ini tengah mengembangkan bibit tanaman unggul di dalam laboratorium kultur jaringan. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menjaga ketahanan pangan terlebih di tengah masa pandemi Covid-19 yang saat ini masih berlangsug.

Terkait dengan ini, Zainul Hakim selaku Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dinperpa) Kota Pekalongan ini menyampaikan bahwa pengembangan bibit tanaman melalui kultur jaringan ini adalah merupakan salah satu teknik untuk memperbanyak tanaman yaitu dengan cara mengisolasi beberapa bagian tanaman contohnya seperti batang, daun, ataupun akar.

Pada bagian yang diisolasi tadi kemudian ditumbuhkan pada media yang telah dibuat sebelumnya. Media tersebut dibuat dengan kandungan yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuhan (hormon). Media ini dibuat secara aseptik atau steril pada wadah tertutup yang bisa tembus cahaya contoh seperti botol kaca.

Kemudian media ini disimpan pada suhu tertentu agar nanti bagian tanaman yang tadi diisolasi mampu memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.

“Saat ini beberapa jenis tanaman yang dikembangkan seperti anggrek dan pisang cavendhis, sudah pada proses aklimatisasi atau penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu organisme terhadap suatu lingkungan baru,” papar Zainul Hakim melalui keterangannya pada hari Senin (05/07)

Konsep kultur jaringan ini, menurutnya, bekerja pada tanaman yang dimulai dari pembibitan hingga masuk proses aklimatisasi. Zainul juga mengatakan bahwa dalam jangka watu proses pembibitan tanaman hingga masuk dalam pertumbuhan akar, setiap jenis tanaman memiliki waktu yang berbeda-beda. Contoh misalnya seperti tanaman anggrek yang diketahui membutuhkan waktu yaitu sekitar dua minggu.

“Dari serbuk sari kami semai, kemudian dipindahkan ke media baru agar tumbuh tunas.Kemudian tunas tanaman, kami pecah lagi menjadi beberapa bagian agar dapat berkembang hingga proses aklimatisasi,” katanya.

Sementara itu pada proses tersebut, lanjut dia, yang paling menentukan kondisi tanaman bisa berkembang dengan baik atau bisa terkontaminasi dan mati adalah pengaruh suhu ruangan. Selain suhunya, ruangan tersebut juga harus steril bahkan juga botol kaca yang digunakan sebagai tempat menanam harus steril. Waktu yang dibutuhkan botol kaca untuk disterilkan adalah enam jam.

“Untuk satu botol saja mampu menghasilkan puluhan bahkan ratusan tanaman dengan suhu antara 23-28 derajat,” kata Zainul.

Dirinya juga menambahkan bahwa metode kultur jaringan ini diyakini memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah tanaman yang dihasilkan nantinya akan lebih seragam, tahan terhadap hama. Tidak hanya itu tanaman yang dihasilkan nantinya memiliki kualitas yang lebih bagus.

Hal yang sama juga dilakukan oleh warga Kalimantan Timur. Pembibitan Pisang Kepok Grecek menggunakan teknik kultur jaringan ditargetkan sebesar empat puluh persen untuk pengembangan komoditas pisang unggulan tersebut.

Terkait hal ini, Devis Hendra selaku Kepala UPTD Balai Benih Induk Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBI TPH) Kalimantan Timur yang menyatakan bahwa hal tersebut dilakukan karena dengan melihat prospek yang tinggi akan kebutuhan bibit Pisang Kepok Grecek.

“Targetnya 40 persen berhasil kultur dengan tembus di subkultur tiga pada tahun ini,” ujarnya dikutip dari keterangan tertulis, pada hari Senin (5/7/2021).

Devis juga mengungkapkan bahwa dengan menggunakan teknik kultur jaringan ini, dari tiga puluh botol yang diinisiasi oleh BBI ini akan mampu menghasilkan hingga 1.024 botol dalam jangka waktu 1,5 tahun saja apabila mencapai subkultur enam.

Teknik kultur jaringan ini diharapkan mampu menghasilkan tanaman yang lebih berkualitas.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version